PROLOG.

2030 Kata
PROLOG INI TERLALU PANJANG TAPI KUTAK TAHU GIMANA CARA MEMBUATNYA LEBIH SINGKAT. SEMOGA BESOK BISA UP LAGI , YAAA. PENDAPAT KALIAN TENTANG KISAH INI DONK SELAMAT MALAM SELAMAT TIDUR SEMOGA BESOK PAS BANGUN MIMPI KALIAN UDAH JADI NYATA (PS. MIMPI INDAHNYA AJA YA) PROLOG. BRIGHTON memandangi kotak perhiasan kecil yang sengaja ia letakkan di meja kerjanya. Selama seharian penuh ia merencanakan kejutan yang akan dia berikan pada kekasihnya, Moonlight. Hari ini adalah hari jadi ke 1.825 hari. Satu bulan perkenalan, lima tahun berpacaran dan tiga tahun tinggal bersama, semua itu cukup untuk meyakinkan Bright kalau Moonlight adalah wanita yang tepat untuk menyempurnakan hidupnya. Ia tidak mau menggantung hubungannya dengan Moonlight, Bright ingin wanita itu tahu betapa dia sangat mencintai dan menginginkan Moonlight. Setelah lama berpikir, akhirnya ia memutuskan untuk melamar Moonlight di hari jadi mereka. Ini akan menjadi hari paling istimewa sepanjang sejarah kencan yang telah mereka jalani selama ini. Setelah lama menunggu, akhirnya ia menerima pesan singkat yang dikirim oleh Moonlight. Wanita itu mengatakan kalau saat ini ia tengah menemui saudara kembarnya, Mosha. Bright sama sekali tidak keberatan akan hal itu, sejak mengenal Moon ia juga mengenal Mosha. Mereka menjalin hubungan yang sangat baik layaknya saudara. Meskipun Bright nyaris tidak pernah mempertemukan Moon dengan keluarga besarnya, Moon justru melakukan hal yang jauh berbeda dengan selalu membawa dirinya untuk bertemu seluruh anggota keluarga wanita itu. Moon ingin mereka semua mengenal siapa pria yang saat ini menjalin hubungan dengannya. Bright ingat saat pertama kali bertemu dengan Moon dan Mosha, saat itu ia hampir memukul Mosha karena dia membentak Moon di tempat umum. Awalnya ia mengira kalau mereka adalah sepasang kekasih, tapi ternyata dia salah besar. Mereka bukan dua remaja yang tengah di bertengkar karena percintaan, tetapi dua saudara yang bertengkar hanya karena Mosha tidak mau menemani Moon pergi membeli buku. Mosha hanya ingin bermain bola dengan teman-temannya, dia tidak menginginkan seorang saudara kembar seperti Moon yang hobi mengacau. Tidak ingin membalas pesan Moon, Bright memilih untuk menghubungi kekasihnya. Setelah dering kedua, wajah Moon muncul di layar ponsel Bright. Wanita yang selalu ceria itu tersenyum lebar sembari mengikat rambut panjangnya ke belakang. “Hai,” “Masih lama?” tanya Bright tidak sabaran. “Bagaimana kabar Mosha? Kuharap dia tidak baik-baik saja.” Moon menoleh ke samping. “Mosha dalam keadaan baik. Aku akan pulang satu jam dari sekarang jika kau tidak keberatan.” Bright memeriksa jam tangannya, saat ini pukul lima sore. Tidak masalah jika memang Moon ingin pulang satu jam dari sekarang tapi dia pasti akan terlambat untuk malam malam istimewa mereka. “Mau kujemput?” Persis seperti dugaan Bright, Moon menggeleng. “Mosha akan mengantarku. Tunggu aku di rumah.” “Baiklah kalau begitu,” Bright menyandarkan punggung ke sofa. “hatil-hati di jalan, Moon. Sampaikan salamku pada Mosha. Ti amo, Caro.” Moonlight tidak membalas ucapannya. Wanita itu hanya melambaikan tangan sembari tersenyum kecil kemudian mengakhiri panggilan tersebut. Ini hari jadi mereka, Bright tidak ingin berprasangka buruk pada Moonlight. Mungkin dia sedang terburu-buru atau masih sibuk dengan Mosha. Dia tidak tahu mana yang benar, satu hal yang dia yakini adalah Moonlight mencintainya. ** Malam harinya, Bright melihat Moon masuk ke rumah yang selama ini mereka tinggali bersama. Moon tampak kelelahan setelah menghabiskan seharian penuh bersama Mosha. Rambutnya berantakan dan bajunya bahkan sedikit kusut. Sebelumnya Bright tidak pernah melihat penampilan Moon yang seburuk ini, kecuali saat mereka menikmati kegiatan panas di atas ranjang. Itu bagian terbaik dan terburuk yang pernah Bright lihat dari sosok kekasihnya. “Hai,” Bright menyapa Moon saat wanita itu melewati ruang tamu. Sepertinya Moon tidak menyadari keberadaan Bright. “Aku merindukanmu.” Bright memeluk Moon dan mencuri satu kecupan kecil di bibirnya. Moon mengalungkan kedua tangan di tengkuk Bright. “Aku juga. Mosha memintaku untuk menginap di rumahnya, tapi aku tahu kau tidak akan mengijinkan aku tinggal di sana meski hanya satu malam. Happy anniversary, My Love. Aku tidak percaya sudah lima tahun hubungan ini berjalan.” “Aku masih ingat saat pertama kali kau menciumku.” Bright menyatukan kening mereka. Ia pikir Moon lupa dengan hari jadi mereka, hampir saja dia marah hanya karena hal sepele itu. Rupanya Moon mengingatnya. “Kau masih terlalu lugu saat itu.” Moon dengan sengaja membenturkan hidungnya ke hidung Bright. “Kau pikir kau sudah ahli waktu itu? Kau sama payahnya denganku.” Ia lalu berjinjit dan mengirim ciuman singkat ke bibir kekasihnya. “Aku harus mandi, Bright. Bauku seperti tikus jalanan.” Moon melerai pelukan mereka, ia berbalik untuk pergi ke kamar mereka dan membersihkan diri. Namun Bright justru menahannya dengan memeluk perut Moon dari belakang. “Aku sudah menyiapkan dress untukmu. Nanti kita akan makan malam di luar.” Pria itu mendaratkan kecupan manis di leher Moonlight. “Jika kau tidak keberatan.” Moonlight menyandarkan kepala di bahu Bright. “Kalau kau terus memelukku seperti ini, sepertinya kita akan terlambat.” Ia merangkum jemari Bright dengan jemarinya. “Ada lagi selain dress baru? Sepatu, perhiasan atau yang lainnya?” “Semuanya.” Dengan terpaksa Bright melepas Moonlight. Ia tidak mau mereka terlambat menghadiri pesta kecil yang sudah ia siapkan untuk memberi kejutan pada Moonlight. “Aku menunggumu di sini, Moon.” Moonlight berjalan menjauh dari Bright. “Kau tidak mau menunggu di dalam?” tanya wanita itu sambil lalu. Bright tahu betul apa maksud dari pertanyaan Moonlight, tetapi demi terlaksananya kejutan itu ia menolak mentah-mentah usul Moonlight. “Tidak.” Satu jam berlalu dengan cepat, Bright melihat Moonlight keluar dari lift. Penampilannya malam ini menakjubkan. Dengan dress hitam ketat yang membalut tubuhnya, sepatu hak tinggi dan satu set perhiasan yang ia beli dari Tiffany and Co. Moonlight terlihat jauh lebih dewasa dari usianya. Seandainya saja ia tidak ingin memberi kejutan, Bright mungkin lebih memilih tinggal di kamar mereka dan menikmati sisa hari ini dengan bergelung di atas tempat tidur bersama Moonlight. “Terus terang aku sedikit gugup dengan penampilanku yang sekarang. Bagaimana menurutmu? Apakah aku cocok dengan dress ini atau tidak?” Moonlight berhenti tepat di depan pria Bright. “Kau seperti melihat hantu. Apa-“ “Menakjubkan.” Potong Bright cepat. “Sebaiknya kita berangkat sekarang, aku takut makanan kita dingin setibanya kita di restoran.” Moonlight mengeluh dalam. “Itu mustahil, Sayang. Ngomong-ngomong, ini hanya anniversary tapi kenapa kau terlihat gugup?” tanya Moolight ketika mereka hampir mencapai pintu utama. Ah, ya. Bright memang gugup. Ia takut jika nanti Moonlight menolak lamarannya. Seandainya hal itu terjadi, Bright akan mengingat momen ini hingga akhir hayatnya. “Aku sama sekali tidak gugup, Moon.” “Bright, kuharap kau tidak lupa kalau kita sudah berkencan selama lima tahun.” Moonlight masuk ke mobil setelah Bright membuka pintu untuknya. “Aku mengenalmu cukup baik.” Lanjutnya. ** Akhirnya mereka sampai di restoran setelah perjalanan panjang yang cukup mendebarkan bagi Bright. Ia berkali-kali menarik napas saat keluar dari mobil. Moonlight yang sejak tadi mencurigai sikapnya memilih menyerah. Wanita itu tidak lagi bertanya kenapa Bright terlihat aneh dan gugup. Sebaliknya dia justru menceritakan pertemuannya dengan Mosha hari ini. Tiap kali bertemu dengan Mosha, selalu ada hal-hal baru yang membuat Midnight semakin bersemangat dengan hidupnya. Bright tahu betul pengaruh Mosha bagi Moonlight, tapi sepertinya tidak dengan hari ini. Percakapan mereka sedikit berbeda. “Sekarang aku yang gugup.” Moonlight menggandeng tangan Bright saat mereka mulai memasuki gedung restoran. “Ini berbeda dengan perayaan hari jadi kita yang lain, Bright. Kau merencanakan sesuatu?” “Menurutmu?” tanya Bright lengkap dengan cengiran khasnya. “Aku sama sekali tidak bisa menebak.” Wanita itu mengamati sekeliling. Ini bukan kali pertama mereka datang ke restoran tersebut. “Apa keluargamu ada di dalam?” Bright menggeleng. “Kenapa kau bertanya tentang keluargaku?” “Ya, kupikir setelah lima tahun berkencan aku bisa mendapat kesempatan bertemu dengan keluargamu.” Moonlight menautkan jemarinya dengan jemari Bright. “Seperti yang kulakukan padamu.” Bright menunduk, mencium bibir Moonlight singkat. “Besok aku akan membawamu pada keluargaku.” “Janji?” pinta Moonlight penuh harap. “Janji,” ujar Bright tegas. Keduanya lalu melanjutkan langkah menuju ke sebuah ruangan yang dipesan khusus oleh Bright untuk makan malam mereka. Saat hampir mencapai tempat tersebut, tiba-tiba seorang laki-laki menghadang keduanya. Pria itu melempar senyum penuh arti pada Moonlight dan bahkan menyapa kekasih Bright. “Selamat malam, Moon.” Moonlight tersentak, mendadak kaku saat melihat laki-laki itu tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Bibirnya bergetar saat membalas sapaan dari orang itu. “Selamat malam.” Pria yang tidak diketahui namanya itu memandang Bright sekilas, lalu tersenyum meremehkan. “Bisa kita bicara sebentar?” Moonlight menjawab dengan cepat. “Ya.” Ia menghadap Bright, “Bisakah kau meninggalkan kami sendiri?” Bright menggeleng santai. “Tidak. Aku ingin tahu apa yang kalian bicarakan.” “Bright,” Moonlight menyentuh tangan Bright, ia lalu membawa pria itu menjauh dari laki-laki misterius yang saat ini memandangi mereka berdua. “Tolong tinggalkan kami. Aku akan segera menemuimu setelah urusanku dengannya selesai.” Untuk pertama kalinya sejak menjalin hubungan dengan Moonlight, Bright merasakan ada yang berbeda dengan wanita itu. Selama lima tahun, mereka tidak hanya berbagi tubuh masing-masing, lebih dari itu mereka berbagi perasaan satu sama lain. Namun kali ini ia benar-benar merasa kalau Moonlight adalah orang asing yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Bright pergi meninggalkan Moonlight dan laki-laki yang kini memandangnya dengan sebelah mata. Meskipun besar keinginannya untuk mencincang laki-laki tersebut, ia memilih diam demi menghargai Moonlight. Sekali lagi Bright mengingatkan dirinya sendiri kalau hari ini dia akan melamar Sang Pujaan Hati. Bright tidak ingin mengacaukan rencana yang telah dia susun selama berminggu-minggu ini. Tenang, Bright. Kau harus tenang dan sabar. Dengan berat hari Bright menunggu Moonlight di meja mereka. Ia berdiri dengan kedua tangan yang sengaja dimasukkan ke dalam saku celana sembari memandangi kota di bawah gedung restoran terbaik itu. Ada begitu banyak lampu di bawah sana, ada begitu banyak bintang di langit dan Bright hanya membutuhkan Moonlight untuk dirinya sendiri. Dia bahkan tidak rela melihat ada pria lain yang menghabiskwan waktunya bersama wanita itu. Tanpa terasa sepuluh menit berlalau. Bright memeriksa jam di tangannya, menengok ke belakang dan tidak menemukan siapa-siapa. Ia tidak ingin menunggu terlalu lama. Bright ingin memastikan kalau saat ini Moonlight baik-baik saja. Dia bergegas menyusul wanita itu, jika perkiraannya benar saat ini Moonlight dan laki-laki tadi menghadang mereka berada di balkon. Sesampainya di balkon, Bright menemukan kekasihnya dan pria itu tengah… berciuman. Hatinya hancur berkeping-keping. Bright sama sekali tidak menyangka kalau Moonlight tega mengkhianati dirinya seperi sekarang. Seharusnya malam ini menjadi malam paling indah untuk mereka berdua, tapi sepertinya Bright salah. Ia harus menghadapi rasa sakit akibat dikhianati oleh kekasih hatinya. Sekuat tenaga dia berusaha mengeluarkan dehaman singkat untuk menyadarkan Moonlight dan kekasih barunya. Keduanya tampak menyadari kehadiran Bright, pria yang semula memegang wajah Moonlight berbalik, lagi-lagi memandang Bright dengan tatapan meremehkan. “Apa maksud semua ini, Moon?” ia mengabaikan pria itu, memilih untuk bertanya langsung pada kekasihnya. Namun, alih-alih menjawab pertanyaan Bright, Moonlight justru diam seriba bahasa. “Moon, sebaiknya kita pergi sekarang.” Pria itu menggandeng tangan Moonlight, membawanya pergi menjauh dari Bright. Saat melewati dirinya, Bright berusaha meraih tangan Moonlight, ia ingin mendengar penjelasan dari kekasihnya. Bright ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Bright ingin tahu di mana letak kesalahannya, yang membuat Moolight lebih memilih pria lain di banding dirinya. “Moon, tolong katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi. Jelaskan apa maksud dari semua ini.” Pintanya dengan suara lirih. Moonlight melepas tangan Bright, ia memandang wajah pria itu seksama seolah sedang mengukir setiap detail dari wajah Bright untuk dikenang. Dan tanpa mengucap sepatah kata pun, Moonlight mengecup bibir Bright singkat lalu pergi begitu saja. Bright sama sekali tidak menyangka kalau sepuluh menit yang lalu adalah percakapan terakhir mereka. Sementara itu, di meja yang telah mereka pesan, ada cincin yang sudah Bright siapkan untuk melamar Moonligt. Malam ini tidak berakhir seperti ekspektasi Brighton. Di saat dia ingin meminang kekasih hatinya demi merayakan hari jadi mereka yang ke lima, di saat itulah Moonlight memilih pergi dengan pria lain. Pergi meninggalkan Brighton seorang diri tanpa ucapan selamat tinggal. Dan Bright, dia harus menerima luka akibat kepergian Moonlight. Luka dan rasa malu yang tidak akan pernah dia lupakan bahkan setelah dia tidak lagi ada di muka bumi.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN