Saat sedang senyum senyum sendiri membaca pesan dari sahabatnya, ada yang mencoleknya. Ternyata Banan. Hai.. Apa kita bisa bicara?" tanyanya. Dine mengerucutkan bibirnya dan mengangguk. Dendamku sudah terbalaskan dan rasanya sekarang biasa saja. Toh aku sudah mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik. "Silahkan, bicara saja," Dine bersikap tenang. Entah kenapa, tapi kebenciannya hilang. Tidak ada perasaan apapun pada lelaki di hadapannya ini. "Secara pribadi apa bisa?" tanya Banan. "Di sini juga pribadi. Tidak ada orang lain," Dine menjawab apa adanya. Banan menarik nafas panjang, "Ya sudah." "Aku hanya ingin tahu hubunganmu dan Evan," Banan menatapnya. "Mmm.. Sejujurnya, kamu tidak berhak mempertanyakan hal itu.." Dine tidak menutupi perasaan tidak sukanya. "Din, apa k

