BEBERAPA orang yang merasa dirinya kuat, akan menyepelekan orang yang mereka rasa lemah dan tidak berdaya. Tetapi sayangnya, ada kasus di mana orang-orang lemah itu akan menjadi kuat karena keadaan. Sehingga mengalahkan orang-orang yang merasa diri mereka kuat. Tidak jarang populasi orang kuat itu akan menjadi komunitas yang banyak dan akhirnya kembali terkalahkan oleh orang lemah dan begitu seterusnya, seperti rantai makanan yang tidak pernah putus.
Semenjak gedung lima puluh lantai itu berdiri, semua orang seperti tidak percaya bahwa sebuah perusahaan besar akan dimulai dari sana. Tidak ada yang menarik dari gedung itu, kecuali besar dan tingginya. Untuk masalah bentuk gedung, beberapa perusahaan pun sudah mempunyai banyak lantai. Sehingga tidak terlalu spesial. Namun arsitektur gedung lima puluh lantai itu menjadi nilai tambah untuk orang-orang yang melihatnya dari luar. Karena begitu unik dan menarik. Penataannya pun sangat rapi.
Untuk para pesaingnya, mungkin perusahaan itu mereka anggap tidak akan berpengaruh apapun. Namun semakin berjalannya waktu, semua hal berporos kepada perusahaan itu. Perusahaan yang akhirnya menjadi kiblat bagi perusahaan lain karena inovasinya dalam segala bidang. Tak hanya bergerak dalam satu bidang, perusahaan itu meluas hanya dalam kurun waktu lima tahun untuk bisa menancapkan akarnya sampai ke dasar yang paling dalam. Membuat perusahaan lainnya merasa goyah dan akhirnya berusaha menjatuhkan perusahaan ini.
Nepenthes; nama perusahaan yang paling aneh yang pernah didengar oleh orang-orang. Bahkan awalnya pun menjadi bahan guyonan oleh beberapa petinggi yang duduk di kursi pemerintahan. Belum lagi orang-orang yang menjadi pesaing perusahaan itu, mereka jauh lebih keras dalam tertawa. Namun pada kenyataannya, mereka bisa melihat betapa suksesnya perusahaan itu hanya dalam waktu singkat.
Mereka berlomba-lomba untuk bisa menjalin kerjasama, berusaha untuk menemui pemilik dari perusahaan ini. Tapi sayangnya, tidak ada yang pernah bisa bertemu dengan sang pemilik perusahaan, termasuk para pegawainya sendiri. Semua mereka lakukan dengan perintah! Namun tidak pernah bertemu secara tatap muka dengan orang yang mereka sebut sebagai Bos.
Awalnya mereka penasaran dengan siapakah atasan mereka, bagaimana wajahnya, dan apa yang menarik dari atasan mereka tersebut. Namun saat ini, mereka memilih untuk acuh dan tidak mempedulikan batasan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Mereka hanya tidak perlu tahu dan ingin tahu tentang pemiliknya. Itu saja! Mereka juga diberikan larangan untuk tidak masuk ke lantai 50 dan pergi ke rooftop, semuanya mudah untuk tidak dilakukan.
Mereka merasa aman karena gaji yang ditawarkan sangat tinggi, uang tunjangan selalu ada, bonus kadang melimpah dengan door prize yang dilakukan sesekali. Perusahaan itu memang memenangkan hati para pegawainya. Maka dari itu ada banyak sekali tempelan di lorong kantor; pegawai senang, pekerjaan lancar. Sehingga semua itu terus memotivasi mereka agar bekerja lebih giat lagi sehingga uang yang masuk rekening pun lancar.
Tidak ada tuntutan apapun karena yang masuk ke lingkungan kantor adalah orang-orang yang sangatlah berkompeten. Walaupun fresh graduate, namun mereka sudah mempunyai semangat untuk bisa melangkah lebih cepat, mengimbangi para senior. Sehingga semua pekerjaan balance. Dibalik itu semuanya, tentu saja ada harga yang harus dibayar ketika melanggar peraturan. Paling parahnya adalah meninggal dengan cara yang mengenaskan.
"Bagaimana? Kamu sudah mengurus sisanya?" Tanya Arkana sambil duduk di sebuah ruangan dengan kaki yang dinaikkannya di atas meja.
"Semuanya sudah selesai, Tuan. Polisi akan segera memberikan keterangan di konferensi pers nanti. Saya akan memberikan informasi kembali pada Tuan setelah acara tersebut selesai. Dan kedua belah pihak sudah mendapatkan uang kompensasi. Sedangkan pegawai magang yang satunya sudah saya pastikan sedang menerima perawatan dan saya akan menyelesaikan biaya perawatannya." Ucap seorang laki-laki dari seberang sana.
Arkana menganggukkan kepalanya dengan tersenyum sinis, "kamu tahu apa yang harus dilakukan, bukan?"
"Tahu, Tuan! Saya akan kembali melakukan rapat dengan semua divisi membahas tentang hal ini agar mereka bisa menyampaikannya kepada bawahan mereka nantinya. Apa saya perlu membuat keamanan ganda untuk pintu rooftop? Saya juga akan memecat ketua OB yang sudah memberikan kunci pintu rooftop kepada pegawai magang itu." Ucap laki-laki yang merupakan orang kepercayaan Arkana itu.
Arkana tertawa pelan, "tidak perlu melakukannya! Keamanan ganda itu tidak akan berguna. Lagipula, tidak akan ada yang naik ke rooftop jika memang tidak ingin bernasib sama seperti orang-orang yang sudah mati. Kadangkala, orang yang sudah mati itu adalah pembelajaran yang nyata. Kita tidak boleh melanggar privasi orang lain jika tidak mau bernasib sama seperti mereka."
Telepon ditutup! Arkana kembali meletakkan ponselnya di atas meja dengan senyuman evil- nya. Kedua matanya menatap fokus ke depan dengan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi putar yang tengah digunakannya. Dia sedang berada di gedung lima puluh lantainya, duduk dengan santainya di ruangannya dan menunggu keputusan yang biasanya selalu berpihak kepadanya. Segala hal di dunia bisa dibeli, bisa disesuaikan dengan keinginannya.
"Aku selalu serius dengan ucapanku. Aku sudah memberikan kehidupan yang layak untuk kalian semua dan aku hanya memberikan dua larangan yang tidak boleh dilanggar. Dan itu artinya, ... kalian memang tidak pantas mendapatkan kebaikanku." Ucap Arkana berbicara sendiri sambil menatap ke ruangannya yang luas dan kosong.
"Alat akan memindai dalam hitungan tiga! Tiga, ... dua, ... satu." Terdengar alat yang dipasang di ruangannya berbunyi, memindai setiap orang yang berada di perusahaannya.
"Terdeteksi satu orang tidak dikenal. Membawa senjata dibalik kemejanya dan membawa alat perekam dibalik sakunya." Laporan alat itu kepada Arkana yang bisa langsung dirinya lihat dari layar komputernya.
Lalu tidak lama kemudian, muncul data diri orang tersebut—membuat Arkana hanya bisa tersenyum dan memainkan jemarinya di atas meja.
"Santapan baru?" Tandas Arkana yang menekan tombol di teleponnya untuk memanggil seseorang.
"Selamat siang, Tuan. Ada yang bisa saya bantu kembali?" Tanya orang kepercayaan Arkana itu.
Arkana menatap layar komputernya dengan tatapan fokus, "aku melihat tikus kecil di dalam lab. Apakah bisa dimasukkan ke dalam box?"
"Tentu saja, Tuan. Di mana saya mendapatkan tikus kecil itu?" Tanya orang itu lagi.
"Lantai 20, kemeja biru tua, berkacamata, sedang berada di ruangan fotocopy. Berdiri sambil menatap ke kanan dan ke kiri, lalu mengeluarkan sebuah kamera kecil yang ditempelkan di tempat sampah. Aku akan memindai setiap ruangan sekali lagi, tugasmu menghilangkan seluruh ancaman yang ada di dalam gedung ini. Aku akan memberikan reward atas kerja keras yang kamu lakukan? Kamu mengerti?" Tanya Arkana kembali.
"Baik, saya mengerti Tuan." Jawab orang kepercayaan Arkana itu.
Dia diam menunggu, orang yang dia percayai untuk menjaga gedung ini akan menemukan orang yang berpura-pura menjadi pegawai di kantornya. Dia benci penyusup dan orang yang melanggar privasi. Dan hanya membutuhkan waktu lima belas menit untuk memasukkan orang itu ke sebuah ruangan kosong dengan warna cat dindingnya putih bersih tanpa noda dan membuat orang yang melihatnya seperti tengah terjebak di lorong panjang tanpa pintu keluar.
"Dia akan bangun dalam hitungan ketiga." Ucap Arkana sambil melihat layar komputernya di mana laki-laki itu tengah terduduk di kursi dengan mata yang menutup sempurna.
Arkana menghitung dalam diam dan sampai hitungan ketiga, laki-laki itu pun membuka matanya. Seperti apa yang terjadi kepada penyusup lain—orang itu diperlakukan dengan cara yang sama. Terlihat bahwa laki-laki itu merasa bingung dan linglung saat melihat ruangan putih yang terlihat begitu panjang. Laki-laki itu dengan buru-buru beranjak dari duduknya, berjalan terus menyusuri lorong dan kembali lagi ke tempat dirinya yang semula. Dia kembali berjalan, lalu kembali ke tempat semula. Yang awalnya berjalan, kini berlari dan mulai frustasi. Laki-laki itu mulai berteriak-teriak, tapi percuma karena tidak ada yang akan mendengarkan suaranya.
Arkana tersenyum, menekan tombol audio agar bisa mendengar suara teriakan dari laki-laki itu.
"Tolong! Tolong keluarkan aku! Aku tahu ini semua sihir sehingga aku tak bisa menemukan pintu keluarnya! Keluarkan aku! Mendiang nenek moyangku tidak akan tinggal diam. Mereka orang terkuat dalam ilmu sihir. Kamu tahu itu! Keluarkan aku!" Tandas laki-laki itu yang membuat Arkana tertawa dengan kencang di ruangannya.
Mengapa hari ini banyak sekali hiburan untuknya? Menyenangkan sekali. Arkana mulai menghidupkan microphone di mana dirinya bisa berinteraksi dengan orang yang mendengarnya di sana. Hal yang tidak biasa Arkana lakukan karena malas. Namun hari ini, dia melakukannya, berusaha berkomunikasi dengan orang di dalam ruangan itu.
"Kamu seorang wartawan, tetapi percaya kepada cerita fiktif seperti penyihir! Pikiranmu tidak logis untuk seorang yang dituntut berpikir logis. Apakah kamu masuk jurnalistik menggunakan bantuan orang dalam? Bahkan orang yang menggunakan orang dalam tidak sebodoh dan tidak seceroboh dirimu." Ucap Arkana yang tertawa dengan kencang memenuhi ruangan itu.
Laki-laki yang disebut Arkana sebagai wartawan itu hanya terdiam, dia tak bergeming sama sekali karena takut. Seseorang telah membawanya masuk ke dalam ruangan tidak berujung ini.
"Tolong! Tolong lepaskan aku dari tempat ini. Aku berjanji tidak akan masuk kesini lagi, Tuan. Aku tidak akan membocorkan tentang kantor Anda. Aku berjanji!" Sambungnya dengan menautkan jemarinya dan menatap ke seluruh ruangan untuk mencari kamera yang terpasang di saja. Sayangnya dia tidak tahu di mana kamera itu berada.
Arkana tersenyum, "kamu tahu, ... orang-orang hanya akan peduli pada janji mereka ketika terjebak dalam suatu masalah. Namun ketika tidak ada bahaya yang mengancam dan mereka telah bebas, biasanya janji hanyalah sebuah air ludah yang diludahkan disembarang tempat. Jangan pernah mencoba untuk memberikan janji karena di dunia ini, tidak ada yang namanya menepati janji. Jika manusia berkomitmen, belum tentu alam akan memberi komitmen itu."
"Saya benar-benar berjanji! Saya tidak akan mengatakannya kepada siapapun itu."
Arkana beranjak dari duduknya dan menatap ke arah keluar jendela yang ada di ruangannya, "hm, ... dan aku pun sudah berjanji kepada diriku sendiri bahwa aku berhak untuk membunuh orang-orang yang ikut campur urusan perusahanku dan mencari tahu lebih dalam dengan larangan-larangan yang sudah aku buat. Aku tidak akan membiarkan penyusup keluar dengan normal. Kamu bisa memilih, keluar dengan keadaan cacat atau mati? Itu adalah pilihan yang setimpal."
"TIDAK! JANGAN! TOLONG...!"
Teriakan itu seperti tidak berguna sama sekali. Tenggelam dalam sunyi dan hilang dalam keheningan yang menyakitkan. Arkana telah melukai banyak orang hari ini, namun semua itu impas dengan perlakuan mereka kepadanya. Karena terkadang, kita perlu melindungi diri dengan menyingkirkan ancaman di sekitar yang akan melukai.
~~~~~~~~~~