2. What, pesantren?!

1373 Kata
"Sandra pulang...!!!", teriaknya seperti biasa setelah masuk ke dalam rumah milik keluarganya. "Brisik dek...," tegur Rizky, abangnya Sandra. "Hehehe... oiya bang papa sama mama mana?" Tanya Sandra yang sama sekali tidak menghiraukan protesan Rizky tadi. "Noh di dalem lagi nungguin kamu, tadi papa sama mama itu mukanya keliatan stress banget tau dek setelah dapet telfon dari sekolah kamu. Kamu bikin ulah apalagi sih hmm?". "Biasa bang... kayak yang ngga tau gue aja". Rizky menghela nafasnya, "kapan sih dek kamu mau berubah nya, hmm? kamu itu perempuan lho. Abang aja yang cowok ngga gitu-gitu amat perasaan". "hah? berubah? kayak power ranger gitu ya bang?" canda sandra, dia sama sekali tidak menanggapi dengan serius kegelisahan abangnya itu. Rizky hanya bisa mendengus dan sabar mendengarnya. Berbicara serius dengan Sandra memang akan hanya selalu berakhir dengan buang-buang waktu seperti ini, dan dia juga sudah merasa sangat terbiasa akan hal itu. "Udah sanalah temuin mama sama papa, pusing abang juga kalo lama-lama sama kamu" usirnya langsung. "masa sih? yaudah lah sebagai adik yang baik sandra nurut...," Jawab Sandra yang langsung melangkah pergi dari ruangan tersebut. "Eh dek, ada yang mau abang kasih tau lagi", tahan Rizky tiba-tiba sehingga membuat sandra sukses menghentikan langkahnya. "Nanti kalau papa sama mama udah buat keputusan kakak ngga bisa bantu kamu ya", lanjutnya. "Hah? maksudnya?", tanya sandra dengan bingung. "Udah sana pergi nanti kamu juga bakalan tau sendiri, inget abang ngga bisa bantuin sama ngebelain kamu!" tegasnya. "Iya-iya" dengus sandra yang kembali melanjutkan langkahnya untuk pergi menemui orang tuanya. "Kenapa mah? pa?" tanyanya setelah sampai disana sambil mengeluarkan muka watadosnya. "Kamu masih tanya kenapa?! sandra kamu tau tadi kamu di D.O lagi dan ini udah yang ke 25 kalinya!", omel papanya dengan emosi. "Terus...?". "Sandra... kamu itu mau jadi apa kalo kayak gini terus? dan apa itu tadi kata kepala sekolah?! kamu kemaren ikut tawuran, ngacak-acak ruang bk, sering ketauan bolos sama terlambat, suka ngerjain guru, papa sudah benar-benar tidak mengerti lagi sama jalan pikiran kamu, papa kecewa sama kamu sandra! kamu itu seperti anak yang tidak pernah di didik oleh orang tuanya padahal kamu kurang apa coba? kasih sayang sama perhatian? kalo iya papa mau tanya selama ini kamu kurang kasih sayang sama perhatian segimana lagi dari kami?! papa sudah tidak tau lagi bagaimana menghadapi kamu, papa bisa meninggal mendadak jika kamu terus seperti ini!", Omel papanya yang suaranya mulai terdengar melemah karna karna beliau tiba-tiba saja merasakan sakit di jantung nya sehingga membuatnya kesulitan untuk bernafas. Sandra tidak pernah melihat raut wajah frustasi papanya yang seperti sekarang ini sehingga perasaan bersalah perlahan mulai menyelimuti hatinya, karna biasanya ketika dia di D.O papanya hanya akan marah. Tapi kali ini wajahnya menunjukkan ekspresi yang sangat lain. disana terlihat raut marah, sedih, kecewa dan putus asa bercampur menjadi satu. tapi sandra tidak bisa berbuat apa-apa akan hal itu, dia hanya bisa mengucapkan 4 kata yaitu, " sandra minta maaf pah". "percuma kamu minta maaf kalo itu hanya sekedar ucapan bukan dari hati kamu, percuma kamu minta maaf kalo pada akhirnya kamu akan mengulangi kesalahan yang sama, dari dulu kamu selalu mengatakan hal yang sama ketika di saat seperti ini dan papa masih bisa memaklumi ulah kamu, tapi kali ini papa sudah menyerah Sandra, kamu sangat membuat papa...," belum sempat papanya menyelesaikan perkataannya, beliau sudah lebih dulu terjatuh tidak sadarkan diri ke lantai sambil memegangi dadanya yang memang sudah terasa sakit sejak tadi. Sandra yang kaget melihat hal itu langsung shok dan menghampiri beliau, "Pa! papa kenapa? papa ngga lucu ih bercandanya! Papa bangun lah!", teriaknya sambil menggoyang-goyangkan tubuh papanya. Tapi sayang papanya tidak kunjung bangun sehingga Sandra menjadi semakin panik, "pa! papa plis Sandra mohon papa bangun pa! jangan bikin Sandra khawatir! Sandra minta maaf pah, sandra janji ngga bakalan jadi anak nakal lagi, ngga bakalan di D.O lagi tapi papa harus bangun pah!" perlahan air matanya mulai mengalir semakin deras dan tangis nya pun pecah karna dia benar-benar tidak dapat membendung perasaan khawatirnya itu, sedangkan mamanya sudah sedari tadi pergi turun ke bawah untuk menelfon dokter keluarga mereka. Tidak lama setelah mamanya menelfon sang dokter pun datang dan langsung menangani papanya, tapi kini sudah setengah jam berlalu dokter tersebut belum juga keluar dari kamar papanya sehingga membuat Sandra benar-benar terlihat seperti mayat hidup saat ini karna dia sangat merasa bersalah terhadap papanya. Tak lama kemudian Dokter pun keluar dari dalam kamar tempat dimana papanya di periksa sehingga membuat Sandra yang khawatir langsung datang menghampirinya untuk mengetahui kondisi papanya, "Keadaan pak umar sudah stabil, tadi dia hanya terlalu stres saja sehingga membuat penyakitnya kambuh", terang sang dokter yang seakan tau apa yang ingin di tanyakan oleh Sandra. "Alhamdulillah", mamanya menghela nafas lega. "pak umar sudah sadar, jadi kalian sudah boleh masuk, saya mohon pamit pergi dulu karna di rumah sakit juga masih banyak kerjaan yang saya tinggalkan tadi" lanjut dokter tersebut. "Oh, iya dok, Terima kasih ya dok, mari saya antar ke depan", sahut mamanya sandra. Sandra dan abangnya langsung masuk ke dalam kamar tempat papanya berbaring saat ini. "Pa..." panggilnya pelan setelah sampai ke samping tempat tidur papanya, namun papa nya hanya diam tidak menjawab. "Pa, maafin sandra ya, sandra janji ngga bakal bandel lagi, tapi papa juga harus janji kalo papa juga ngga akan pernah kayak gini lagi", nada suara sandra semakin bergetar saat mengatakan hal itu. Papanya lagi-lagi hanya diam tidak menjawab sehingga semakin membuat Sandra tidak tenang. "papa marah ya sama sandra?", tanyanya lagi. Sandra menjadi terisak di buatnya, sehingga papanya yang sedari tadi diam langsung menghela nafas sebab tidak kuasa mendengar tangis putri kesayangannya itu. "sandra... papa ngga marah kok sama kamu, papa cuma kecewa aja sama diri papa sendiri karna tidak bisa membimbing anak-anaknya ke jalan yang lurus, ini bukannya salah kamu ini salah papa karna sudah gagal menjadi orang tua". Sandra menggeleng, "papa ngga salah dan papa bukan orang tua yang gagal, Sandra yang salah karna udah milih jalan hidup yang begajulan". "tapi kamu ngga akan jadi anak begajulan kalo seandainya papa dari dulu becus mendidik kamu". "Pokoknya ini semua salah Sandra! Bukan salah papa! Titik!", Sandra tidak mau kalah karna dia memang merasa kalau ini semua adalah salahnya. Ayahnya menghela nafas melihat Sandra itu, "yaudah gini aja, Kamu mau papa maafin ngga?" tanya papanya dengan serius yang langsung mendapat anggukan dari Sandra sebagai jawaban. "papa bakal maafin kamu dengan satu syarat, sekalian ini juga mungkin bisa membuat janji kamu tadi tertepati". "maksudnya? trus syaratnya apa pa?" tanya sandra bingung. "Tadi kamu sudah janji sama papa kalo kamu akan jadi anak baik dan tidak akan jadi brandalan lagi, nah satu-satunya cara agar kamu bisa nepatin janji itu adalah dengan di masukkan ke pesantren sahabat papa yang ada di desa dan papa tidak mau ada penolakan atau kamu telah bersedia untuk tidak di anggap di rumah ini, dan kalo kamu menolak maka kamu udah bukan anak kami lagi, kamu akan di coret dari kartu keluarga". "WHAT, PESANTREN?!!?" Sandra langsung membelalakkan matanya tidak percaya dan berteriak kaget. "iya pesantren, karna papa yakin disana adalah tempat yang pas untuk merubah kamu menjadi lebih baik lagi". "Pa, ayolah pa... masa papa tega sih sama sandra, pesantren itu kan ngga enak pa, sandra janji bakal ngelakuin apapun selain di masukin ke pesantren", melas sandra, walaupun dia tau betul jika papanya sudah memutuskan maka itu tidak akan bisa di ganggu gugat apalagi soal ancam mengancam. "papa sudah bilang tidak ada penolakan, lagian papa sama mama itu pengen kamu jadi anak sholeha, bukan toleha, tapi kalo kamu tetep nolak ya siap siap buat nerima konsekquensinya". "Ih...papa". "Setuju apa ngga?", tanya papanya to the poin. Sandra menghela nafasnya, "iya iya sandra setuju" dengan hati yang ogah-ogah an dia terpaksa meng iyakan. "Oke hari ini kamu siap-siap karna besok kamu akan berangkat". "Iya-iya", Sandra sudah kehilangan semangatnya untuk berdebat jadi dia sudah tidak perduli lagi dengan semuanya. "Sandra..." panggil papanya saat dia sudah mau pergi dari sana. "Apa?" jawabnya lesu. "Ini bukan hukuman kamu yang sebenarnya, hukuman asli kamu yang sudah banyak berbuat ulah itu adalah besok", jelas papanya. "Maksudnya? sandra ngga ngerti deh pa", bingung sandra. "Kamu liat saja besok, sudah sana beres-beres ingat jangan bawa baju-baju kamu yang biasa karna papa tau itu semua pasti pada kurang bahan alias belum jadi". "lah, trus sandra make apa dong? masa t*******g?!", Protesnya. "Siapa bilang? baju-baju kamu sudah di siapin sama mama kamu, jadi kamu tinggal beres-beres yang lainnya, dan satu lagi papa saranin jangan bawa alat alat elektronik seperti hp karna disana tidak ada sinyal, lagian disana juga ada peraturan kalau santri dilarang membawa barang-barang semacam itu", terang papanya. 'What???!". "Kenapa sandra?". "Ngga, sandra mau ke kamar dulu" ucapnya cuek dan langsung pergi meninggalkan kamar ayahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN