UMS. 1. Love in touch.

1372 Kata
Sarah turun dari kamarnya menuju ke meja makan berkumpul dengan keluarga tercinta. Di sana telah hadir tamu paling amat spesial yaitu Rachelia. Sang kakak tercinta paling amat disayangi oleh Sarah tentunya. Ketika Sarah melangkah ke meja makan, Roy mengikuti dari belakang. Tentu Yuki sendiri mengernyit. Sedari tadi mencari keberadaan sahabat baik dari suaminya. Yuki memang sengaja mengundang Roy di rumah ini. Karena Rachelia yang biasa dipanggil Rachel, putri pertama baru saja lulus kuliah dari Amerika. Kini dia pulang, akan membantu bisnis kerja ayahnya sendiri. Sementara Sarah masih menekuni pendidikan kuliahnya. Yuki telah merencanakan akan menjodohkan Roy dengan putri pertama. Maka dari itu Yuki mengundangnya ikut makan bersama. "Kak Rachel? Kapan pulang?" Sarah langsung memeluk Rachel tengah duduk berbincang-bincang dengan seseorang, sosok berbadan tinggi, tegap, yang pasti lebih tampan dari Roy. Dia adalah satu angkatan dengan Rachel di kuliahnya, bisa dibilang sahabat baik. Leonard Damian. Rachel sengaja mengajaknya untuk bisa berkenalan lebih dekat dengan Sarah. "Tadi pagi, Sayang!" sambut Rachel mencium pipi kanan-kiri Sarah. Leonard memperhatikan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ia seperti menemukan sosok bidadari yang sangat cantik. Leonard masih mengamati Sarah. Meskipun mata itu tidak lepas dari posisinya. Sarah merasa diperhatikan oleh seseorang tak dikenal ia pun mencoba melirih, mata mereka bertemu. Meskipun begitu Leonard tidak berikan tanda senyum pada Sarah, walaupun Sarah memberikan semanis sebagai gadis yang ramah. "Ah, Leon, perkenalkan ini adik bungsuku. Pernah kuceritakan kepadamu betapa bawelnya dia ketika menginginkan sesuatu. Namanya Sarah. Sarah perkenalkan Leonard, sahabat kakak." "Sarah!" Sarah mengulurkan tangannya ke Leonard. Leonard tentu membalas. Ia tidak ingin terlihat sok sombong. "Leon!" balasnya senyum. Sarah tentu berikan senyuman manis semanis ketika seseorang mengajak berkenalan dengannya. Cukup lama berjabat tangan, suara deheman membuat keduanya lepas. "Ekhem! Jangan dilupain, aku juga termasuk keluarga ini?!" cibir Roy menatap kedua orang itu, tetapi lebih tepat menatap Leonard. Leonard memindahkan jabatan ke Roy, "Maaf, aku tidak tau. Leon!" ucapnya ramah. Roy menerbitkan senyuman miring lalu membalas jabatan tangan Leon. Sangat erat dapat Leon rasakan tekanan dari pria berbadan tegap, dan bercurah tato pada lengannya. "Roy! Senang berkenalan denganmu?!" ucapnya masih menatap sinis dan ingin membunuh pria muda itu hidup-hidup. Sarah dan Rachel saling berpandangan. Merasa suasana tidak nyaman. Sarah dan Rachel pun menyudahi antara dua pria ini. "Eh ... Om! Kayaknya mama memanggil Om, deh!" seru Sarah pelan, menyentuh lengan Roy. Roy langsung melepas jabatan tangan dari Leon. Leon lega dan terasa kram dengan tekanan dari Roy tadi. Roy senyum, setelah mendapat sentuhan dari gadisnya. Sarah melirih Leon, pasti ada sesuatu di balik wajah tertutup. Sarah tau sikap Roy terhadap Leon karena kecemburuan. Daripada ricuh di sini. Rachel memperhatikan Roy dari sudut menyamping. Ia merasakan gejolak yang berbeda, apalagi mamanya pernah mengatakan bahwa ia akan dijodohkan oleh seseorang. Apakah pria yang bernama Roy itu. Tetapi, Rachel tidak ingin berpikir hal aneh seperti itu. Ia takut rencana dari mamanya bukan Roy, melainkan orang lain. Rachel berharap perjodohan itu adalah Roy. Dengan senang hati, menjadi wanita idaman berada di dekat pria tinggi, tegap, dan bertato di lengannya. **** Acara makan malam telah di mulai, Sarah duduk di sebelah Rachel, sedangkan Yuki dan suaminya, Mario, tentu sebagai kepala keluarga tetap posisi di tengah, sementara Roy dan Leon bersebelahan namun berhadapan dengan dua perempuan yang amat cantik itu. Leon dan Roy tak berhenti memandang wajah Sarah. Sementara Sarah acuh tak acuh menikmati hidangan di piringnya itu. Sementara Rachel sebentar-sebentar melirik Roy dengan pandangan malu-malu. Suasana di meja makan, adalah momen paling menegangkan untuk keluarga Pratama. Cukup lama berdiam di tempat. Mario dari tanggung jawab keluarga di sini. Telah selesai dengan jamuan makan malam. Dia melirik sekitar meja makan dengan lima orang telah hadir begitu sempurna. Seulas senyuman di wajah yang sudah keriput itu pun menyeringai. "Saya ingin mengumumkan kepada kalian semua mengenai kepulangan putri pertama saya. Rachelia Pelangi Sundewi. Sekaligus untuk tamu spesial yang sudah saya anggap saudara atau kerabat dekat, Roy." Semua ada di meja makan terdiam. Menyimak serta menjadi pendengar baik. Rachel pun senyum, meskipun keadaan tegang untuk mendengar lanjutan dari beliau. "Tidak hanya itu, tamu spesial dari putri saya, yaitu Leon. Mungkin kalian sudah saling mengenal sebelum jamuan makan keluarga," lanjutnya berbicara. Roy menatap Leon seakan ingin menerkamnya, Roy merasa tidak menyukai kehadiran lelaki muda itu. Apalagi lirikan matanya selalu fokus kepada gadis secantik, Sarah. Rachel malah tidak sabar untuk mendengar kelanjutan dari ayahnya. Apalagi lelaki di depannya membuat degupan jantung semakin berdebar-debar. Ya, Rachel tahu jamuan makan besar bukan satu atau dua kali. "Mungkin, atas pembicaraan saya untuk kalian. Sedikit tegang, usia saya tidak akan semuda, usia kalian saat ini. Perusahaan yang saya urus akan dipegang oleh putri saya, yaitu Rachel. Dia yang akan mengendalikan semua perusahaan yang telah saya bina selama tiga puluh tahun. Mungkin di usia yang tergolong muda. Sudah mencukupi untuk mengelola yang baru," ucapnya lagi sembari menjelaskan kepada seluruh penghuni di rumah ini. Sarah masih duduk dalam keadaan terdiam, ya, ia tidak terlalu mengurus soal perusahaan bisnis milik orang tuanya. Tetapi, ia merasa aneh pada dirinya sendiri. Apalagi sorot mata tajam masih mengarah kepadanya. Benar, Roy sedari tadi memperhatikan dirinya yang membisu tanpa berkomentar. Seolah-olah perbincangan di rumah ini, adalah radio rusak. Roy, masih mengamati seluruh tubuh gadis di depannya. Roy, memang lelaki yang panas. Tetapi dari kepanasan itu ada alasan tertentu. "Sebelum saya menyerahkan hak milik ke putriku, yakni Rachel. Saya ingin Rachel menikah dengan seseorang yang sudah saya pilih. Dia adalah Roy Hartono Putra. Lelaki yang pantas menjadi pendamping masa depan untuk putriku di keluarga ini," ungkapnya kemudian, semua pun berpaling terkejut. Sebaliknya Sarah, Roy, dan Rachel. Rachel bukan kaget, ia malah senang. Ia telah memiliki firasat pilihan ayahnya adalah Roy. Tentu Rachel bahagia. Tidak untuk Roy, bahkan Sarah. Roy melirik gadis itu, dapat dia temukan larut wajah kesedihan tersembunyi. Roy tahu, bahwa gadis itu menyukai dirinya apalagi sentuhan yang pernah dirasakan olehnya. Walau menolak untuk disentuh. Gadis itu membalas tatapan Roy, senyuman manis yang tidak Roy sukai adalah paksaan. "Benarkah? Wah ... selamat, ya, Kak Rachel! Selamat untuk Om Roy! Semoga langgeng, terus kapan acara pernikahannya, Pa?" seru Sarah memulai bersuara untuk meramaikan suasana yang tegang dan sunyi tadi. Roy semakin menajamkan mata kepada Sarah. Sarah malah mengalihkan pandangan pura-pura jika ia tidak merasakan apa yang pernah dilakukan oleh lelaki di depannya. Leon dapat melihat dua orang tingkah berbeda. Bukan Leon untuk mengetahui dari sorotan mata. Ya, Leon seolah-olah tahu bahwa adik Rachel dan lelaki yang bernama Roy bertato itu memiliki hubungan spesial di antara mereka yang tersembunyi. Bahkan, Leon akan lebih kasihan terhadap Rachel. Tetapi, Leon tidak ingin sembarang menganalisa apakah yang dia lihat itu benar atau bukan. "Kau apaan sih, Dek! Baru juga perkenalan. Masih lama, tetapi, Kakak harap secepatnya. Biar kau bisa memiliki seorang keponakan lucu, beserta cucu untuk Papa dan Mama," senyum Rachel mengangkat suara juga. Yuki, tersenyum. Hanya itu yang bisa ia berikan. Semua telah terencana kan. Mario pun mendesah pelan, "Baiklah untuk pembahasan ini. Saya akhir sampai di sini. Roy, datang ke tempat kerja saya. Ada yang ingin ku sampaikan kepada mu," ucap Mario mengakhiri percakapan di meja makan. Roy tidak menjawab, dia hanya menurut. Sebelum meninggalkan tempat meja makan, Rachel dan lainnya telah meninggalkan tempat itu untuk berdiskusi soal acara pernikahannya. Sementara Sarah masih di tempatnya, akan tetapi dia juga ikut menyusul saudaranya di sana. "Sarah!" panggil Roy, Sarah berhenti namun tak berpaling. Roy menarik Sarah menghilang dari tempat itu. Leon memastikan sekali lagi, tidak menemukan Sarah dan Roy di sana. Sarah mendorong d**a Roy yang mengunci dirinya di tembok tersembunyi. "Om! Apa yang Om ...." Satu kecupan dari Roy untuk Sarah. Roy tahu saat ini gadis didekatnya sedih walau dirinya telah dijodohkan oleh ayahnya sendiri. Roy, sebalik berharap perjodohan tadi calon istri adalah gadis ini. Tetapi, harapan dari doanya tidak terkabul. Sarah tidak bisa berkata-kata, ia merasa terkunci oleh kecupan dari lelaki bertato yang selalu dia panggil "Om" "Aku tahu, kau kecewa dengan perjodohan dari ayahmu? Jangan bersedih, Baby. Setelah ini terlaksana, kau selalu bahagia bersamaku, jadi bersabarlah." Sarah tidak mengerti maksud dari kalimat dilontarkan oleh Roy. "Maksud, Om?" Roy mendekatkan wajahnya ditelinga, membisikkan sesuatu kepadanya. Tak lama kemudian, suara dari Rachel mengganggu mereka berdua di balik tembok tersembunyi. Roy menjauhkan dirinya kemudian pergi. Sementara Sarah, beku dalam diam. Ia hanya bisa melirik Rachel memeluk lengan Roy dan berbincang-bincang seolah-olah lelaki itu hanya permainannya. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN