Prolog

307 Kata
Seorang gadis yang sedang duduk dimeja makan bersama keluarganya dari tadi gelisah. Tidak, dia bukan lagi seorang gadis, melainkan sudah menjadi wanita. Dia berusaha menyuarakan keinginannya kepada dua orng dewasa yang ada dihadapannya, Mamah dan Papahnya. "Mah," cicit Rara berusaha mati matian menahan rasa gugupnya. "Iya sayang kenapa?" tanya Dita seraya mengoleskan roti untuk suaminya. Dia buru buru, habis ini dirinya beserta sang suami akan berangkat ke negeri Ginseng, Korea. "Aku boleh tinggal sendiri ngga?" "Kenapa sayang?" tanya Dita. "Ya gak papa Mah." "Mah, ayo kita berangkat." perintah Dwi-Papah Rara- seraya bangkit dari kursinya. Diam diam Rara menahan tangisnya. Dia tidak pernah dianggap. "Iya sayang, nanti kabarin Mamah aja ya. Berapa sewa apartemennya." tidak mau ditinggal sang suami, Dita langsung meninggalkan sarapannya. "Mamah berangkat." pamit Dita serata mencium kepala Putri semata wayang nya. Setelah kepergian kedua orang tuanya, Rara mengelus perutnya yang masih rata. "Mulai besok kita hidup berdua ya nak. Bunda sayang kamu," gumam Rara seakan berkata kepada orang didepannya. Nyatanya dia sedang berbicara dengan janin yang sekarang tumbuh diperutnya. Sungguh dia tidak menyalahkan takdir. Dan dia tidak mau menyianyiakan janin yang ada diperutnya. Karena dia tahu rasanya tidak dianggap oleh kedua orang tua. **** Dari tadi orang yang ada dibalik meja kebesarannya tidak berhenti memarahi siapapun yang masuk kedalam ruangannya. Entah itu untuk meminta tanda tangannya ataupun mengumpulkan berkas. "Arrghhh.. Sial! Kenapa sih bayang bayang itu terus dateng ke gue? Orang cuman jalang kenapa dia hinggap terus ke pikiran gue." dumel Aldo seraya menjambak rambutnya. Sekarang keadaan dirinya sudah berantakan. Fikirannya terus berkelana ketika dirinya mengambil mahkota seorang gadis, dan dia mengeluarkan benihnya di dalam rahim gadis tersebut. Kemungkinan besar, ada yang tumbuh di dalam rahim wanita itu. Dengan segara, Aldo menekan tombol interkom nya. "Siapin jalang yang paling top di apartemen. Saya pulang sekarang." Dia bergegas meninggalkan kantornya, dia akan membuktikan jika dirinya tidaklah bergantung hanya kepada satu wanita. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN