Lorra mengemudikan mobilnya menuju ke D Night Club. Tidak bisa dia bohongi bahwa saat ini hatinya sedang kacau.
Melihat perselingkuhan orang yang ia cintai di depan matanya membuat ia merasa sakit. Ia pikir ia telah memiliki pria yang tepat, tapi ternyata ia salah. Apakah mungkin pria di dunia ini memang semuanya tidak setia?
Bukan tanpa alasan Lorra membenci perselingkuhan. Sebelumnya ibunya juga kehilangan sang suami karena perselingkuhan.
Orangtuanya telah menikah selama 10 tahun, tapi sang ayah menyelingkuhi ibunya dan lebih memilih wanita lain daripada ibunya. Alasan lain juga karena saat itu ibunya belum mengandung. Ibunya diceraikan
Lorra belajar dari ibunya, bahwa pria yang sudah berselingkuh tidak perlu diharapkan lagi. Suatu hari nanti pria itu akan kembali berulah. Ibunya begitu mencintainya ayahnya, tapi ibunya tidak mengemis agar tidak diceraikan.
Selain itu ibunya juga direndahkan oleh orangtua ayahnya karena tidak bisa memberikan keturunan, juga karena ibunya berasal dari keluarga biasa.
Sebelumnya Lorra pikir hal buruk tidak akan terjadi padanya jika ia berhubungan dengan pria kaya. Akan tetapi, sekali lagi ia salah. Mungkin ia dan ibunya memang tidak berjodoh dengan pria kaya.
Sepertinya setelah ini ia harus mencari pria yang berasal dari kalangan biasa, dengan begitu kutukan mungkin tidak akan mengikutinya.
Lorra masuk ke dalam club. Ia memesan minuman pada bartender lalu menyesapnya. Lorra memiliki toleransi yang cukup baik dengan alkohol, jadi minum sedikit lebih banyak itu tidak akan membuatnya mabuk.
Selama empat tahun ia menghabiskan waktunya dengan sia-sia. Pada kenyataannya ia tidak benar-benar berada di hati Altair. Pria yang mengejarnya ketika sekolah menengah atas itu mungkin sudah merasa bosan dengannya.
Ia mencintai b******n yang bahkan tidak pantas memiliki sedikit saja cinta darinya. Untungnya Lorra masih memiliki kewarasan, ia tidak menyerahkan hatinya sepenuhnya pada Altair.
Ibunya pernah berkata padanya, cintai pria sewajarnya maka dengan begitu ketika engkau ditinggalkan kau tidak akan begitu terluka. Dan Lorra mengikuti ucapan ibunya, itulah sebabnya ia tidak sampai bunuh diri karena putus cinta.
Bayangan pernikahan sudah ada di depan mata Lorra, tapi hancur dalam sekejap mata. Tidak apa-apa, itu lebih baik daripada ia mengetahui kebusukan Altair setelah menikah. Itu akan lebih menyedihkan lagi. Ia akan menjadi seorang janda. Lorra tidak memiliki cita-cita seperti itu.
Meskipun pada kenyataannya ibunya baik-baik saja dengan status janda, tapi paradigma masyarakat terhadap janda tidaklah baik.
Banyak p****************g yang mencoba menggoda bahkan melecehkan, dan banyak wanita yang menghina bahkan memandang rendah seorang janda.
Tidak terkecuali ibunya. Dahulu ibunya pernah dimaki-maki oleh seorang wanita yang menuduh ibunya menggoda sang suami. Menyebut ibunya wanita rendahan dan berbagai macam kata tidak enak di dengar lainnya.
Lorra hanya tidak ingin mengalami hal yang sama. Itulah kenapa ia selalu memilih dengan siapa ia akan berhubungan.
"Buka botol yang baru." Lorra berkata pada bartender. Itu adalah botol kedua yang akan ia minum malam ini.
"Kau butuh teman, Nona?" Seorang pria mendekati Lorra.
Lorra mengabaikan pria yang bicara. Ia hanya menyesap minumannya. Saat ini ia tidak sedang kesepian, jadi ia tidak membutuhkan teman sama sekali. Lagipula teman yang pria itu maksud memiliki arti lain.
Lorra datang ke club bukan untuk menemukan pria untuk ia tiduri. Ia cukup waras untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikannya hanya karena patah hati.
"Diam berarti kau butuh. Aku akan duduk di sebelahmu." Pria itu tidak mengerti kata diabaikan. Ia duduk di sebelah Lorra dengan rasa percaya diri.
Tidak ada yang Lorra katakan, ia tahu pria di sebelahnya tidak akan mengerti bahasa manusia. Mungkin pria itu berasal dari planet lain.
Lorra berhenti minum ketika tangan pria di sebelahnya merambat ke pahanya. Lorra segera menangkap tangan pria itu dan memelintirnya. "Apa yang sedang coba kau lakukan, hah!"
"Lepaskan tanganku! Kau tidak tahu siapa aku, hah?!" Pria itu menatap Lorra marah.
"Aku tidak peduli siapa kau." Lorra memelintir tangan pria tadi lebih kuat.
Suara ringisan pria itu teredam oleh musik yang menghentak keras.
"Lepaskan aku, Jalang sialan!"
Lorra mendengus. "Enyah dari hadapanku! Atau aku akan mematahkan tanganmu." Kemudian ia melepaskan tangan pria itu setelah menatapnya tajam beberapa detik.
Bukannya pergi, pria itu malah mencoba untuk mencengkram rambut Lorra.
Lorra menyadari gerakan pria itu, tapi ia membiarkannya. Ia akan melakukan sesuatu pada pria itu setelah ini.
"Kau berani menghinaku, hah! Kau pikir siapa kau!" Pria itu mencengkram kuat rambut Lorra.
"Lepaskan rambutku, atau kau akan menyesal!" Lorra tidak hanya mengancam. Ia pasti akan memberi pria itu pelajaran yang tidak akan bisa dilupakan oleh pria itu.
"Aku ingin melihat apa yang akan kau lakukan padaku." Pria itu menantang Lorra.
Lorra memecahkan botol minuman di depannya, lalu ia menggores tangan si pria dengan pecahan beling hingga membuat pria itu melepaskan tangannya dari rambut Lorra.
"Kau wanita gila!" Pria itu meneriaki Lorra.
Lorra turun dari tempat duduknya. Ia paling benci membuat keributan dan selalu menghindari keributan jika terjadi, tapi hari ini ia tidak bisa menghindarinya.
Tidak terima perbuatan Lorra, pria tadi menyerang Lorra. Namun tangannya ditangkap oleh Lorra dengan cepat.
Lorra memelintir tangan pria itu ke belakang pinggang pria itu. Ia kemudian mengarahkan pecahan botol yang ia pegang ke leher pria itu, tepat di mana aorta berada. Dengan sekali gores, Lorra bisa membunuh pria itu.
Malam ini Lorra kembali bertemu dengan jenis b******n lainnya yang hanya memikirkan s**********n wanita.
"Kau ingin mati, hm?" Lorra menekan pecahan beling itu ke leher si pria.
"Apa yang coba kau lakukan padaku, Sialan! Lepaskan aku!"
"Coba saja bergerak. Aku pastikan kau akan mati hanya dalam hitungan detik!"
Pria itu malam ini salah mencari mangsa. Ia pikir ia bisa membawa Lorra ke ranjang, tapi ternyata wanita itu malah ingin mengirimnya ke akhirat.
"Aku akan menuntutmu atas percobaan pembunuhan!" ancam pria itu.
Lorra tersenyum tipis. "Aku hanya melakukan perlindungan diriku sendiri dari b******n sepertimu. Kau menyerangku lebih dahulu. Dan ya, aku akan menuntutmu balik atas kasus pelecehan. Tempat ini jelas memiliki kamera pengintai."
Pria itu gagal menekan Lorra, sebaliknya ia yang merasa terancam. Jika ia sampai dituntut karena kasus pelecehan seksual maka ayahnya pasti akan marah dan akan mencabut semua fasilitas yang ia miliki saat ini. Tidak, ia tidak bisa kehilangan semua itu hanya karena seorang wanita.
"Aku minta maaf. Lepaskan aku sekarang juga." Pria itu meminta maaf dengan tidak tulus.
"Aku tidak mendengarmu," seru Lorra.
"Aku minta maaf." Sang pria mengulanginya lagi. Ia merasa malu karena beberapa orang saat ini melihat ke arahnya, sementara yang lainnya masih sibuk di lantai dansa.
Hari ini ia benar-benar dipermalukan oleh seorang wanita. Ia merasa sangat kesal.
Lorra tidak ingin memperpanjang lagi. Harinya sudah cukup buruk. Ia melepaskan pria di depannya. Dengan cepat pria itu meninggalkannya tanpa melihat ke arah Lorra.
Dari atas, pemilik club tengah memperhatikan Lorra. "Wanita yang menarik." Rex mengomentari singkat.
Ponsel Rex berdering. Ia segera pergi menuju ke ruangannya dan menjawab panggilan itu.
"Kau di mana, Rex? Semua sudah menunggumu."
"Aku akan ke sana sebentar lagi."
"Baiklah, sampai jumpa."
Rex memutuskan sambungan telepon itu. Ia meraih kunci mobil dan jaket kulitnya. Malam ini ia akan mengikuti sebuah balapan mobil.
Melajukan mobilnya, Rex sampai di sebuah tempat yang saat ini sudah dipadati oleh penonton, mobil-mobil mewah berjejer rapi di tempat parkiran. Sudah menjadi kebiasaan bagi Rex mengikuti kompetisi seperti ini.
"Akhirnya kau datang juga, Rex." Daniel, kenalan Rex di dunia balapan terlihat lega melihat Rex.
"Di mana penantangku?" tanya Rex. Ia menjadi juara berturut-turut di tiap balapan, tapi masih ada saja yang berani menantang Rex untuk berduel di jalanan.
"Di sana." Daniel menunjuk ke seorang pria yang dikelilingi oleh empat wanita dan para pendukungnya.
"Ah, dia. Ini pertama kalinya ia mengikuti balapan ini. Cukup menantang," komentar Rex.
"Siapa yang memenangkan pertandingan ini akan mendapatkan hadiah satu juta dolar." Daniel menyebutkan jumlah hadiah yang sangat besar untuk orang lain, tapi tidak untuk Rex.
Rex hanya ingin mengalahkan orang lain, ia tidak begitu peduli tentang hadiahnya.
"Kalau begitu tunggu apa lagi." Rex masuk ke dalam mobilnya, melaju menuju ke tempat start balapan.
Mobil sport lainnya berada di sebelah mobil Rex, kaca diturunkan, pria di dalam mobil menatap Rex sembari tersenyum. "Kau akan kehilangan gelar juara berturut-turutmu malam ini, Rex."
Rex tertawa kecil "Kita belum tahu hasil pertandingannya, jangan terlalu percaya diri."
"Aku hanya memiliki firasat baik malam ini."
"Kau hidup di tahun 2021 dan kau masih membicarakan tentang firasat? Itu menggelikan," balas Rex.
Lawan Rex tidak mengambil hati ucapan Rex. Ia cukup mengenal Rex dari beberapa orang, pria itu memang memiliki mulut yang tajam.
Seorang wanita berjalan ke tengah mobil Rex dan lawannya, wanita itu mengambil aba-aba lalu melemparkan bendera ke atas.
Dua mobil mahal melaju kencang di jalanan. Keduanya saling menyusul. Rex berada di depan, ia menyalip beberapa mobil yang juga mengendarai jalanan malam itu.
Adrenalin Rex semakin terpacu dengan kecepatan mobilnya saat ini. Ia pasti akan memenangkan balapan kali ini.
Namun, sepertinya nasib buruk datang pada Rex malam ini. Seekor kucing melintas di jalanan, Rex menghindari kucing itu hingga membuat mobil mewahnya menabrak pohon.
Lawan Rex tidak berhenti, ia melaju kencang sampai pada titik finish. Orang-orang yang bertaruh untuk Rex melihat jauh ke belakang, tapi mobil Rex tidak kelihatan.
"Di mana Rex?" tanya Daniel.
"Jagoanmu itu mengalami kecelakaan. Mungkin saat ini dia sudah dibawa ke rumah sakit." Lawan Rex menjawab dengan senyuman kecil di bibirnya.
"Sial!" Daniel mengumpat, ia segera pergi menuju ke mobilnya untuk melihat kondisi Rex.
Namun, seperti yang lawan Rex katakan, Rex sudah dibawa ke rumah sakit.
tbc