Part 04

1261 Kata
Bismillah ... Happy Reading ÷÷÷÷÷÷ Di sepanjang koridor sekolah Meikaira memamerkan senyum tipisnya yang membuat murid lain menatapnya heran sekaligus takut. Bruk Meikaira berhenti berjalan. Dahinya berkerut dalam 'tadi apa ya?' tanyanya dalam hati.  Meikaira menundukkan kepalanya ia melihat seorang siswi cupu sedang merapikan buku yang dibawanya.  'Gue nabrak dia ya? Kok enggak berasa sih? ' monolog Meikaira dalam diam.  "Eh, gue nabrak lo ya?" tanya Meikaira basa-basi.  Siswi cupu itu seketika berhenti memungut bukunya kemudian ia mendongak.  Matanya bertemu dengan iris mata milik Meikaira, tiba-tiba tubuhnya bergetar hebat dan bergumam kata 'maaf' yang membuat Meikaira bertanya-tanya dalam hati.  'Gue yang nabrak 'kan kok dia yang minta maaf' batin Meikaira kebingungan.  "Maaf," katanya pelan. "Eh, bukan salah lo kok ini salah gue sini gue bantuin!" Meikaira berjongkok untuk memunguti buku-buku yang berserakan itu.  Meikaira mengabaikan tatapan takut dan tubuh gemetar siswi cupu tersebut.  Meikaira menyerahkan buku yang dipungutnya itu lalu diterima oleh siswi cupu itu dengan tangan gemetar.  "Maaf ya kalau gue nabrak lo tadi, sumpah gue enggak kerasa." ucap Meikaira sambil cengengesan.  Semua orang yang melihat kejadian itu awalnya ketakutan. Mereka takut Meikaira membully siswi cupu tersebut. Padahal siswi cupu itu tidak sengaja menabrak tetapi, setelah mereka semua melihat aksi Meikaira selanjutnya malah membantu dan meminta maaf dengan tulus tanpa sadar mereka bernafas lega walau dalam hati masing-masing masih merasa heran.  Sama halnya dengan siswi cupu itu yang diam seribu bahasa sampai Meikaira yang merasa di abaikan 'pun langsung menyadarkannya dengan memegang bahu siswi cupu itu. "Lo enggak apa-apa 'kan?" tanya Meikaira. Ia takut disalahkan karena membuat anak orang tiba-tiba diam ketakutan.  "Eng-enggak apa-apa kok kak, maaf aku tadi enggak sengaja nabrak kakak." balasnya dan berakhir minta maaf dengan suaranya terdengar gugup, tetapi siswi itu mengatakannya dengan tulus dan merasa bersalah.  Meikaira terkekeh pelan. "Ya enggak apa-apa kok. Udah tenang aja," Meikaira melihat raut terkejut di wajah siswi cupu itu lagi. " Ya udah gue ke kelas duluan yah, lain kali hati-hati jalannya. Dah adik kelas yang manis," lanjut Meikaira lalu bangun dan beranjak pergi meninggalkan seribu tanya dari orang-orang.  "Malu aku," gumam siswi cupu itu merasa malu dibilang 'adik kelas yang manis' oleh Meikaira.  Meikaira melihat kedalam kelasnya melalui jendela, sekilas terlihat sangat ramai meski hari masih pagi. Meikaira memasuki kelasnya dan Meikaira dibuat bingung dengan orang-orang yang menghentikan aktivitas mereka saat dirinya datang.  "Sebenarnya kenapa mereka? Dari gue masuk sekolah, tatapan mereka kayak takut sama gue. Apa gue semenakutkan itu? Lagi pula kenapa setiap tindakan yang gue lakukan selalu buat mereka terkejut sih." gumam Meikaira. Meikaira memutar kedua bola matanya malas. 'Hello ini masih pagi loh, masa udah buat gue enggak nyaman sama kelakuan mereka' dumel Meikaira dalam hati.  "Meira!" panggil seorang siswi dari luar kelas. Meikaira menaikan satu alisnya seolah bertanya 'Siapa sih dia?'  Bukannya membalas, siswi itu justru mendekat lalu memandang keseluruh penjuru kelas dan berakhir terkekeh geli.  "Seperti biasa lo selalu buat mereka takut," ujarnya. Siswi ini tidak takut padanya? Meikaira tersenyum tipis. Siswi ini bisa ia jadikan sumber informasi mengenai hidup Meira sebelumnya. Jujur saja ia merasa seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. "Maksudnya?" tanya Meikaira memulai sesi tanya-jawab.  Siswi itu berhenti terkekeh. "Loh, kok, malah tanya gue sih?" tanyanya bingung.  Meikaira berdehem pelan. "Lah terus gue harus tanya kesiapa dong. Gue aja enggak tahu tuh mereka takut sama gue karena apa?" ujar Meikaira sok polos.  Siswi itu mengangguk mengerti. "Lo amnesia ya?" tudingnya lalu menggelengkan kepala, "enggak mungkin lo amnesia cuma kepentok aspal doang." lanjutnya.  Meikaira gemas langsung menjitak kepala siswi itu. "Kepentok aspal itu sakit b**o," ujar Meikaira.  Meikaira beranjak dari tempatnya dan mulai duduk di bangku kosong entah milik siapa ia tidak terlalu perduli. Ia juga tiba-tiba malas melanjutkan sesi tanya-jawabnya itu.  Siswi itu duduk disebelah Meikaira, dapat Meikaira lihat wajah gadis itu tidak terima atas perlakuan Meikaira.  "Ihhh! lo tuh ya pagi-pagi udah ngeselin aja. Eh btw, gue enggak lihat pacar tampan lo tuh, kemana dia? Apa jangan-jangan lagi mojok lagi sama cewek sok lugu itu." cerocos siswi itu cukup menggangu Meikaira yang akan menenggelamkan kepalanya di lipatan kedua tangannya itu.  "Maksud lo cowok sok baik itu?" tanya Meikaira sinis.  Siswi itu terkejut dengan pertanyaan Meikaira. Tak biasanya Meikaira menjelek-jelekkan pacarnya biasanya juga ia yang marah-marah kala ada orang yang menjelekkan pacarnya.  "Lo beneran amnesia ya?" lagi-lagi pertanyaan itu yang dilontarkan, sehingga membuat Meikaira kesal.  "Enggak! Btw, siapa sih lo? Dari tadi ngajak gue ngomong terus, padahal sedari awal gue masuk sekolah ini semua orang enggak ada yang berani ngajak gue ngomong. Jangankan ngomong, nyapa aja enggak tuh padahal gue udah senyum loh." cerocos Meikaira tanpa sadar mencurahkan kejadian yang dialaminya pagi ini.  Siswi itu terkejut lagi dengan apa yang baru saja ia dengar.  Siswi itu terdiam seribu bahasa mendengarkan cerita Meikaira dan ia juga menangkap berbagai ekspresi di wajah itu. Biasanya Meikaira itu menampilkan wajah datar dan kalau sudah didepan Romeo, barulah Meikaira menampilkan sikap aslinya. "Lo kenapa?" tanya siswi itu dengan tatapan sendu. "Lo amnesia? Terus lo diancam sama Romeo?" tanyanya sambil mengguncangkan tubuh Meikaira kuat-kuat.  Meikaira melihat kekhawatiran dan kesedihan di balik iris mata yang sedang menatapnya tajam. 'Dia siap sih? Tapi tatapannya seperti perduli banget sama Meira?' batin Meikaira bertanya-tanya.  "Iya gue amnesia, tapi soal tuduhan lo mengenai Romeo itu enggak benar. Cowok sok baik itu enggak tahu kalau gue lupa ingatan setelah kecelakaan itu." ungkapnya setengah jujur dan setengah berbohong. Romeo memang tidak tahu jika ia lupa tentang kehidupan sebelumnya. Bukan lupa, tapi yang berada ditubuhnya sekarang ini adalah Meikaira, bukan Meira. Jelas saja ia tidak tahu apa-apa. Ia berbohong pada siswi ini juga ia ingin mendapatkan informasi segera.  Siswi itu terdiam lagi. "Lo enggak bohong kan?" tanyanya lagi dan dibalas anggukan oleh Meikaira.  "Gila! Awas aja tuh cewek lugu, udah berani buat sahabat gue sakit hati dan sekarang amnesia." sewotnya. Meikaira berdehem pelan. Ia pun membuka sesi tanya-jawabnya lagi. "Jadi lo bisa kan bantu gue? Kasih tahu apa aja yang udah terjadi karena gue lupa semuanya." pinta Meikaira tulus.  Siswi itu bergidik ngeri. "Jangan kayak gitu dong, serem tau," ujarnya.  Meikaira mendengkus pelan dan membuang muka serta mengabaikan siswi itu.  Siswi itu terkekeh pelan. "Ciee ... Meira yang sekarang gampang banget ngambek hehe ...,"  Siswi itu mengulurkan tangannya di depan muka Meikaira. Merasa terganggu Meikaira menepis dan kembali menatap wajah siswi itu dengan kesal.  "Ngeselin lo," maki Meikaira meski begitu ia tetap menjabat tangan siswi itu. Siswi itu tersenyum lebar. "Kenalin nama gue Lalisa Manoban." kenalnya percaya diri.  Meikaira menepis tangan itu hingga jabatan tangannya terlepas. Meikaira memandang siswi itu sinis, sedangkan siswi itu tertawa terbahak-bahak melihat respon Meikaira sampai murid dalam kelas itu mengerutkan dahi keheranan. Bisikan-bisikan pun mulai terdengar. Namun, Meikaira tidak menghiraukannya. "Enggak lucu!" sentak Meikaira.  Siswi itu melihat Meikaira sekilas dan kembali tertawa. "Respon lo bener-bener diluar dugaan gue." Siswi itu tahu kalo Meira tidak menyukai candaan. Jika diajak bercanda Meira akan diam tidak menanggapi tapi, kali ini respon Meira sangatlah berbeda dan hal itu mengundang tawa siswi itu.  Aneh saja, biasanya diam tak merespon tapi, sekarang marah.  "Nama gue Salsa, sahabat lo." siswi itu mengenalkan namanya dengan benar.  Tawa yang tadi terdengar sudah hilang dan tatapan bercanda 'pun kini berganti dengan tatapan serius.  Iris mata Salsa menatap Meikaira serius ada lengkungan samar dibibirnya. "Gue akan bantu lo mengingat semuanya. Bahkan kebusukan pacar lo dan sahabat kecil lo itu." lanjutnya.  Meikaira terdiam seribu bahasa mendengarkannya.  "Kalau lo bener-bener mau tahu semuanya, cukup ikutin semua kata gue. Tenang aja, gue enggak kayak sahabat kecil lo yang beraninya nusuk dari belakang."  'Maksudnya?'' tanya Meikaira dalam hati.  ~To be continue~ Alhamdulillah ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN