Part 02

1296 Kata
Bismillah ... Happy Reading ÷÷÷÷÷÷ Meikaira menatap pantulan dirinya dicermin besar yang berada didepannya dengan intens. Meikaira kerap kali mengerjapkkan matanya hanya untuk memastikan apa itu benar-benar dirinya atau bukan. Dan setelah menyadarinya, memang benar itu adalah dirinya. Terlihat disana seorang gadis yang memiliki tubuh gemuk, mata sipit, pipi gembul dan jerawat menghiasi wajahnya. Meikaira menggeleng pelan menyakinkan dirinya jika apa yang dilihatnya itu salah.  'Kenapa semua nampak berbeda? Kenapa gue berubah seperti Ini? Bagaimana bisa?' batin Meikaira bertanya. Meikaira sibuk dengan pikirannya dan mengabaikan Romeo yang menatap bingung.  Ingin rasanya Meikaira berteriak jika tidak mengingat di ruangan ini masih ada seorang laki-laki tampan yang mengaku-ngaku sebagai pacarannya.  Tunggu dulu, ada yang mengganjal disini. Pertama, ini bukan tubuhnya. Kemana tubuhnya yang dulu. Kenapa tubuhnya sangat berbeda. Kedua, Meikaira tidak mengenal siapa laki-laki dibelakangnya itu. Dan dia sama sekali bukan pacarnya. Meikaira masih ingat betul bagaimana rupa pacarnya meski tidak setampan laki-laki itu.  Dan ketiga, laki-laki itu bilang kalau dirinya berakhir di rumah sakit karena terserempet oleh motor ketika pulang sekolah. Yang menjadi pertanyaannya adalah kenapa dirinya bisa terserempet motor? Meikaira pun berfikir keras atas kejadian ini. Berharap menemukan titik terang yang bisa membuat Meikaira paham dengan keadaan ini. Meikaira masih ingat betul saat itu ia sama sekali tidak pergi kemana-mana setelah mengerjakan tugas kuliah yang bejibun.  Dari kejanggalan-kejanggalan tersebut mungkinkah Meikaira memasuki dunia fiksi? 'Tapi tidak mungkin 'batin Meikaira menyangkal.  Lebih tidak masuk akal lagi kalau ia memikirkan dirinya berada di dunia fiksi. Dunia yang tidak pernah ada. Tetapi, apa yang dialaminya juga membuat pemikiran yang tidak masuk akal itu dibenarkan adanya.  "Apakah gue masuk kedalam dunia fiksi?" gumam Meikaira pelan. Kalau memang benar, Meikaira harus menanyakan beberapa hal kepada laki-laki itu. Meikaira membalikan tubuhnya menghadap laki-laki yang bernama Romeo itu. "Lo pacaran sama gue udah berapa lama?" tanya Meikaira.  Romeo menaikan satu alisnya. "Kamu tidak ingat?" Romeo balik bertanya. Meikaira berdecak kesal karena laki-laki itu malah balik bertanya bukan langsung menjawab. "Kenapa lo malah balik nanya, seharusnya lo jawab pertanyaan gue!" ketus Meikaira.  Romeo menghela nafas pelan. "Satu tahun" jawab Romeo.  Meikaira membulatkan kedua matanya. Satu tahun? Dengan bentuk tubuh yang seperti ini? Lagi dan lagi Meikaira berpikir keras untuk bisa memahaminya. "Satu tahun kita pacaran?" Meikaira kembali bertanya.  Kerutan halus didahi Romeo semakin terlihat. Laki-laki itu bingung dengan pertanyaan kekasihnya yang seakan-akan tidak percaya sudah menjalin kasih selama satu tahun. "Iya," balas Romeo santai.  "Enggak mungkin," Meikaira menggeleng pelan setelah membalikan tubuhnya kembali menghadap cermin.  "Berarti benar gue masuk dunia fiksi. Dunia yang selalu enggak pernah gue percaya keberadaannya. Dan sekarang? Dunia ini benar-benar ada. Lalu tubuh siapa yang gue tempati sekarang ini. Arrrgghh kenapa bisa gue masuk ke dunia ini" ujar Meikaira frustasi.  "Ayo pulang," ajak Romeo.  "Kemana?" tanya Meikaira.  Romeo 'pun terheran-heran dengan sikap kekasihnya ini. Tapi, Romeo sebisa mungkin untuk tidak membuat suasana menjadi lebih membingungkan lagi. "Pulang kerumah, ayo." kata Romeo dengan lembut. Meikaira mengembuskan nafasnya kasar. "Ayo." sahutnya malas.  Meikaira lebih dulu keluar dari pada Romeo. Sepanjang koridor rumah sakit semua pasang mata tidak henti-hentinya mencibir dan menjelek-jelekkan Meikaira.  Sedangkan Romeo? Laki-laki itu dibanjiri pujian dari gadis-gadis itu. Coba saja tubuhnya secantik dulu, pasti banyak yang mengatakan jika mereka cocok.  Huh, nasib-nasib. Karena cibiran dan hinaan orang-orang, Meikaira jadi mempertanyakan apa alasan Romeo menjadikan Meikaira-- maksudnya gadis yang sedang ia pinjam tubuhnya--sebagai pacar laki-laki itu.  Kebanyakan laki-laki tampan seperti Romeo tidak jauh-jauh memiliki alasan seperti taruhan? Atau balas dendam? Baiklah untuk sekarang Meikaira membiarkan tubuh dan batinnya beristirahat lebih dulu. Ia tak ingin ambil pusing dengan hal-hal semacam itu. Sekarang hatinya masih belum percaya jika ia memasuki dunia fiksi ini.  Nanti Meikaira akan mencari tahu kenapa ia masuk ke tubuh orang lain, lebih tepatnya tubuh yang sedang ia tempati sekarang. Dan ia juga akan mencari tahu apa alasan laki-laki ini sehingga berpacaran dengannya sampai selama itu, apa karena cinta atau karena hal lain. Selama perjalanan menuju rumah, Meikaira menatap pemandangan lewat jendela mobil. Meikaira mulai membandingkan antara dunia fiksi dan dunia yang pernah ia jalani sebelumnya. Terlihat begitu berbeda dengan kehidupan yang sebelumnya. Tidak banyak orang yang menggunakan kendaraan bermotor atau mobil, mereka semua lebih memilih menaiki sepeda dengan ditemani kelap-kelip lampu jalan.  "Lama banget sih! Masih jauh ya?" tanya Meikaira tidak sabaran.  Romeo melirik sekilas. "Iya sabar sayang." balas Romeo selembut mungkin.  Meikaira bergidik ngeri "Kok merinding ya saat dia manggil gue sayang." gumam Meikaira pelan.  Lima belas menit kemudian mobil yang dikendarai oleh Romeo 'pun memasuki pekarangan rumah yang amat megah nan indah. Meikaira melongo, ia begitu takjub dengan apa yang ada di hadapannya sekarang. Ia pun kembali berfikir dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Rumah siapa ini? Apakah ini rumahnya? Ah lebih tepatnya rumah sang pemilik tubuh.  "Ya, ampun, rumahnya besar sekali." cicit Meikaira.  "Meira ayo turun," ajak Romeo lantas laki-laki itu lebih dulu turun dari mobil. Lalu ia memutari setengah badan mobil dan membukakan pintu seberang untuk Meikaira.  "Meira?" cicitnya terheran-heran. "Apa itu nama gue yang sekarang?" tanyanya pada diri sendiri.  "Meira," panggil Romeo sekali lagi yang sudah agak lama membukakan pintu untuk Meikaira.  Meikaira mengerjapkkan matanya. 'Astaga, kenapa gue malah ngelamun sih' batin Meikaira. Setelah itu Meikaira turun dan langsung mengikuti Romeo. Dalam hati ia masih berdecak kagum pada rumah megah didepannya ini.  "Meira sayang!" teriakan itu membuyarkan rasa kagum Meikaira terhadap rumah tersebut.  Meikaira berganti pandang, ia melihat seorang wanita paruh baya yang cantik dan mirip dengan dirinya--bukan, lebih tepatnya Meira, tubuh yang ia tempati sekarang.  Wanita itu memeluk Meikaira erat. "Kata Romeo kamu keserempet motor, niatnya Bunda mau temuin kamu. Tapi, kata Romeo tidak usah, menyebalkan sekali bukan?" adu wanita paruh baya itu dengan nada suara kesalnya.  Meikaira mendengkus geli mendengarnya. Usia tidak bisa merubah seseorang sepenuhnya dewasa, buktinya wanita ini seperti anak kecil yang diganggu oleh anak-anak nakal dan mengadukannya kepada ibunya saat pulang.  "Bunda," ujar Meikaira pelan. Mulut Meikaira seakan kelu menyebut nama Bunda. Melihat Bunda Meira membuat Meikaira rindu dengan ibunya, mengingat jarak yang memisahkan dan kesibukan perkuliahannya sehingga Meikaira dan ibunya jarang sekali bertukar kabar.  "Sayang ayo masuk." ajak wanita itu setelah melepaskan pelukannya.  Romeo berdehem pelan. "Maaf tante Melisa, Romeo enggak bisa mampir karena mama sudah nyuruh Romeo pulang." ucap Romeo menolak dengan halus.  Guratan kecewa terlihat jelas disana. "Ya sudah nggak papa, kamu hati-hati dijalan ya nak, terimakasih karena sudah menjaga Meira." jawab wanita itu berusaha menutupi kekecewaannya.  Meikaira memutar bola mata malas mendengar kata-kata penolakan dari Romeo.  'Dasar anak mama' batin Meikaira menghina.  Setelah mobil Romeo meninggalkan pekarangan rumah, Meikaira masuk kedalam rumah bersama wanita paruh baya itu.  Melisa pergi ke dapur sebelumnya menyuruh Meikaira memasuki kamarnya untuk beristirahat. Beruntung di pintu kamar Meira memiliki nama sehingga tidak sulit untuk menemukannya. Meikaira memasuki kamar dan dilihat kamar ini bernuansa merah muda.  'Dasar maniak merah muda' gerutu Meikaira dalam hati.  Meikaira menghempaskan tubuhnya keranjang besar nan empuk yang sudah tersedia dikamar Meira. Rasa sakit ditubuhnya lenyap tergantikan kenyamanan dan hal itu membuat kedua mata Meikaira mengantuk.  Meikaira menatap langit-langit kamar dengan sayu, pikirannya dipenuhi banyak pertanyaan.  Meikaira menghela nafas pelan. Bagaimana dirinya di dunia nyata? Apakah masih tertidur atau jiwa Meira memasuki tubuhnya? Meikaira memandang sekelilingnya dan mendengkus kasar. Kamar Meira dipenuhi oleh barang-barang berwarna merah muda, bukan karena dirinya tidak suka, hanya saja ini sangatlah berlebihan.  Sesuka apapun Meikaira dengan warna merah muda dikehidupan sebelumnya tapi, Meikaira hanya mengoleksi seperlunya saja.  Tidak seperti Meira ini, dilihatnya satu kamar warnanya merah muda semua dan sama sekali tidak ada cela warna lain sedikitpun.  Meikaira tersenyum lebar. "Oke gue akan mulai dengan kamar ini!" ujarnya semangat.  Meikaira akan memulai kehidupan di dunia fiksi sekarang, dan Meikaira memilih mengawalinya dari mengubah gaya dan warna kamar Meira lebih dulu.  Urusan mengenai dirinya di kehidupan sebelumnya dan bagaimana kehidupan Meira di dunia fiksi ini, biarkan Meikaira pikirkan nanti. To be continue ÷÷÷÷÷
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN