14 - Ambisi Bella.

1507 Kata
Juan mengunci pintu kamarnya, lalu bersandar di pintu. Lega, itulah yang Juan rasakan. Juan merasa lega karena pada akhirnya ia bisa mengakhiri pembicaraannya dengan Alexander dan Pricilia. "Daddy dan Mommy pasti mengerti, kan?" gumam Juan, bertanya pada dirinya sendiri. "Tapi mereka berdua pasti megerti. Awas saja kalau Daddy memaksa aku menikah dengan Bella, aku pasti akan melaporkannya pada Opa," lanjutnya sambil menggerutu. Juan membaringkan tubuhnya di tempat tidur, dan tiba-tiba, ia kembali mengingat ucapan Alexander. "Juan tahu, Dad kalau semuanya tidak akan semudah membalikkan telapak tangan." Tanpa sadar, Juan melamun, memikirkan tentang hubungannya dengan Anna. Saat ini Juan sedang berpikir, bagaimana cara mengakhiri hubungannya dengan Anna, dan di saat yang sama, meminta agar Anna mengerti kalau perpisahan tersebut bukanlah akhir dari hubungan mereka, tapi demi masa depan mereka nantinya. Lamunan Juan tentang Anna seketika buyar ketika Juan dikejutkan oleh ketukan di pintu kamarnya yang cukup nyaring. "Siapa?" teriak Juan tanpa mau beranjak bangun dari tidurnya. "Ini Bibi, Den Juan." Dengan malas, Juan beranjak menuruni tempat tidur, lalu membuka pintu kamar. "Ada apa, Bi?" "Di ruang keluarga, ada Non Bella, Den. Katanya Non Bella ingin bertemu dengan Den Juan." Juan tahu, cepat atau lambat, Bella pasti akan datang menemuinya, tapi Juan tidak menyangka jika Bella akan datang secepat ini. "Bella datang sendiri atau bersama orang tuanya, Bi?" Dalam hari Juan berdoa, semoga saja Bella datang seorang diri. "Non Bella datang sendiri, Den." Tanpa sadar, Juan menghela nafas lega. "Apa Bella sudah bertemu dengan Daddy dan Mommy?" "Belum, Den." Juan mengangguk. "Baiklah, Juan akan menemui Bella sekarang juga. Terima kasih, Bi." "Sama-sama, Den." Pelayan tersebut pergi meninggalkan Juan. Juan pergi menemui Bella. Bella yang sejak tadi duduk santai di sofa sontak menoleh begitu mendengar suara liff terbuka. Juan keluar dari lift, lalu menghampiri Bella. Juan duduk di sofa yang bersebrangan dengan sofa yang Bella duduki. "Ada apa?" Juan tidak ingin basa-basi, dan Juan yakin jika Bella juga memiliki pemikiran yang sama. "Siapa wanita yang kemarin siang kamu temui di restoran?" Seperti yang Juan duga, Bella tidak basa-basi, langsung pada intinya. "Kamu memata-matai aku, heh?" Juan meledek Bella. "Memangnya kenapa? Apa salah mengikuti tunangan sendiri?" Bella menyahut tegas. "Seandainya saja kemarin aku tidak mengikuti kamu, aku tidak akan tahu siapa orang yang kamu temui, dan ternyata kamu menemui seorang wanita." "Ingatlah Bella, kita bertunangan bukan karena kita saling mencintai, tapi karena keperluan bisnis kedua orang tua kita. Jadi, akan lebih baik jika kita tidak saling menganggu urusan pribadi masing-masing." Bella tertawa sumbang. "Kita sudah bertunangan Juan, itu artinya, aku sudah masuk ke dalam kehidupan pribadi kamu." "Kita memang bertunangan, tapi pertunangan kita karena bisnis." Juan menekan kata di akhir kalimatnya, dan kali ini berharap jika Bella mengerti apa maksud dari ucapannya tersebut. Bella memalingkan wajahnya, enggan beradu pandang dengan Juan yang sejak tadi terus memberinya tatapan tajam. Bella kembali memberanikan diri untuk menatap Juan. "Jadi, wanita kemarin adalah kekasih kamu? Apa dia terlahir dari keluarga miskin? Karena itulah kamu tidak berani mengenalkannya pada kedua orang tua kamu? Atau menjadikan dia sebagai tunangan kamu, karena kamu malu?" tanyanya beruntun dengan nada yang jelas sangat mengejek. Dalam sekejap, raut wajah Juan berubah menjadi datar. Kedua tangan Juan mengepal sempurna, membuat buku tangannya sampai memutih, bahkan urat-urat di leher Juan terlihat jelas. Amarah juga terpancar jelas dari kedua mata Juan, tapi tak lama kemudian, Juan menyeringai. "Apa penglihatan kamu sedang tidak baik-baik saja?" tanyanya santai. Bella menatap Juan dengan raut wajah bingung. "Maksud kamu apa?" "Kamu bisa menilainya sendiri dengan kedua mata kamu, bukan? Apa menurut kamu wanita yang kemarin aku temui adalah wanita yang tidak layak untuk menjadi tunangan atau bahkan istri aku?" Penjelasan Juan berhasil membungkam Bella, membuat Bella sama sekali tidak bisa berkutik. Sejak pertama kali melihat wanita yang kemarin Juan temui, sebenarnya Bella sudah tahu kalau wanita tersebut bukanlah dari kalangan bawah atau menengah, tapi dari kalangan atas. Mobilnya, pakaiannya, dan semua yang melekat di tubuh wanita tersebut adalah barang-barang branded yang harganya sangat fantastis. "Kenapa diam?" Bella masih bungkam. "Aku yakin kalau sejak pertama kali kamu melihat dia, kamu sudah tahu, bagaimana strata sosialnya. Hanya saja, kamu mengabaikan fakta tersebut, menolak untuk percaya pada apa yang kamu lihat dengan mata kepala kamu sendiri." "Bisa saja kan dia mendapatkan semua barang-barang mewah itu dari kamu." Juan kembali tertawa, dan memilih untuk tidak menanggapi ucapan Bella. Juan rasa, percuma saja menjelaskan semuanya pada Bella, karena Bella pasti akan menolak untuk percaya. "Lain kali, jaga ucapan kamu, Bella. Jangan memandang seseorang hanya dari strata sosialnya saja, karena kita semua sama di mata Tuhan, tak peduli kamu kaya ataupun miskin." Bella berdeham, dalam hati mengumpat, mengumpati dirinya sendiri yang tadi terbawa emosi sampai tanpa sadar mengucapkan kalimat yang tidak seharusnya ia ucapkan. Bella menyesal, tapi enggan untuk meminta maaf. "Sejak tadi, kamu belum menjawab pertanyaan aku, siapa wanita itu?" Bella sangat ingin tahu siapa wanita yang kemarin Juan temui. Rasa penasaran yang Bella rasakan membuat Bella tidak bisa tidur dengan tenang. Pikiran Bella akan kembali tenang jika Bella sudah tahu siapa wanita tersebut, dan apa hubungannya dengan Juan. Apa wanita itu kekasih Juan? Mantan kekasih Juan? Atau mungkin hanya teman Juan? "Aku tidak ingin menjawabnya." "Ah, jadi benar, wanita itu adalah kekasih kamu." Bella tidak bertanya, tapi memberi pernyataan. Ketidakmauan Juan untuk memberi tahu siapa wanita itu membuat Bella berpikir jika wanita kemarin adalah kekasih Juan. Bella kesal sekaligus marah karena Juan tidak mau menjawab pertanyaannya, tapi Bella bisa menyembunyikan rasa kesal dan marahnya dengan baik. "Apa ada lagi yang ingin kamu tanyakan? Jika tidak ada, sebaiknya kamu pergi. Aku lelah, mau istirahat." Juan sama sekali tidak berniat untuk memberi tahu Bella tentang Anna. Rasanya tidak asik jika ia memberi tahu Bella siapa Anna sebenarnya, biarkan saja Bella merasa penasaran sampai akhirnya mencari tahu sendiri tentang Anna. Respon yang Juan berikan tidak sesusai dengan harapan Bella. Bella berharap Juan membantah pernyataannya, tapi Juan malah mengusirnya secara halus. Bella tidak menanggapi ucapan Juan. Dengan kasar, Bella meraih tasnya, lalu pergi meninggalkan Juan. Juan melambaikan tangan kanannya, dan setelah memastikan jika Bella benar-benar pergi, Juan kembali ke kamarnya. Tanpa Juan dan Bella sadari, sejak tadi pembicaraan keduanya di dengar dan di lihat secara langsung oleh Alexander dan Pricilia. "Astaga, anak itu benar-benar," lirih Alexander tak habis pikir. Alexander meremas kepalanya yang semakin terasa pusing. Jika tahu akhirnya akan seperti ini, maka Alexander tidak akan menjodohkan Juan dengan Bella. Lain Alexander, lain Pricilia, jika Alexander terlihat frustasi, maka Pricilia terlihat sekali sangat tenang. Jujur saja, Pricilia merasa senang dengan jawaban serta nasehat yang tadi Juan berikan pada Bella. Pricilia hanya merasa sedikit kecewa pada Bella, tapi Pricilia sedikit memahami Bella. Bella pasti marah, dan terbawa emosi, karena itulah, tadi membawa-bawa status sosial. Begitu pintu kamar terbuka, Juan mendengar ponselnya yang terus berdering. Dengan langkah lebar, Juan mendekati nakas, lalu mengangkat panggilan dari Anna. "Halo." "Hai, Kak. Kakak di mana?" "Kakak di rumah, kenapa?" Juan membaringkan tubuhnya di tengah-tengah tempat tidur. "Besok, Kakak jadi pergi ke New York?" Mata Juan yang sebelumnya terpejam kembali terbuka. "Jadi, kenapa? Kamu mau ikut dengan Kakak?" Anna menggeleng meskipun tahu jika Juan tidak akan bisa melihatnya. "Tidak, tapi bisakah kita bertemu sebelum Kakak pergi?" Anna tidak tahu kapan Juan akan kembali ke Indonesia, jadi sebelum Juan pergi, Anna ingin bertemu dengan Juan, menghabiskan waktunya berdua dengan Juan. "Tentu saja bisa. Malam ini Kakak berniat untuk mengajak kamu makan malam di luar, kamu mau kan?" "Mau." "Ya sudah, nanti Kakak jemput kamu ya." "Ok. Apa aku harus meminta izin pada Daddy?" "Tidak usah, biar Kakak saja yang nanti meminta izin." "Baiklah." Juan dan Anna sama-sama terdiam. "Anna," panggil Juan penuh kelembutan. "Iya, Kak, kenapa?" "Kamu baru saja menangis?" Suara Anna terdengar sangat parau, membuat Juan yakin jika Anna baru saja menangis. "Iya." Anna memilih jujur, toh tak ada gunanya juga mengelak, Juan sudah tahu jika ia menangis. "Kenapa menangis, hm?" "Anna menangis karena menonton drama menyedihkan, Kak." "Yakin karena itu?" Juan meragukan jawaban Anna. Entah kenapa, firasat Juan mengatakan jika bukan itu alasan kenapa Anna menangis. "Iya, Kak." Juan yakin, jika Anna berbohong, tapi Juan tidak akan memaksa Anna untuk jujur jika Anna memang tidak mau. Juan terus mengajak Anna mengobrol, dan Anna sama sekali tidak menolak. Jika Juan dan Anna sedang mengobrol santai, maka lain halnya dengan Bella yang sejak tadi marah-marah tak jelas. Bella memberhentikkan laju mobilnya di dekat taman, lalu berteriak. "Sial! Sial! Sial!" Bella terus mengumpat sambil memukul setir mobilnya, melampiaskan amarah membara yang kini bercokol di hatinya. "Aku harus mencari tahu siapa wanita itu, dan ada hubungan apa sebenarnya antara dia dan Juan?" Bella menarik dalam nafasnya, lalu kembali merapikan penampilannya yang sedikit berantakan. "Tapi, bagaimana jika wanita itu adalah kekasih Juan?" gumamnya dengan raut wajah penuh amarah. "Jika wanita itu memang kekasih Juan, maka aku hanya tinggal menyingkirnya, bukan?" lirihnya sambil tersenyum sinis. "Aku tidak akan membiarkan siapapun merusak pertunangan aku dengan Juan," desis Bella tajam. "Aku akan menyingkirkan setiap orang yang menjadi penghalang, tak peduli siapapun mereka." Setelah perasaannya sedikit tenang, dan membaik, Bella kembali melajukan mobilnya. Bella akan pergi menemui orang yang bisa membantunya untuk mencari tahu siapa wanita yang kemarin Juan temui.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN