PART 2

1858 Kata
Perasaan galau yang dialami Freya masih terus berlanjut. Ini sudah masuk dua bulan dari syarat Papa yang berarti sebentar lagi Freya bakal disidang Papa kembali. Freya menelan ludahnya membayangkan Papa bakal jodohin dia dengan kolega bisnisnya yang udah tua itu. "Ulala rasanya mau terbang kebulan saja, eh salah mau jatuh saja !" jerit hati Freya Urusan restoran diserahkan pada orang kepercayaannya otak Freya lagi beku ibarat disihir Putri Elsa dari Frozen. *************** Malam itupun tiba Papa memanggilnya, dan Ibarat maling Freya ketangkap tangan bawa ayam goreng satu plastik. Secara ayam goreng kan emang kesukaan Papa Freya. Eh ... jangan-jangan Papa ini saudaranya Ipin dan Upin ya, batin Freya mencandai dirinya sendiri agar tidak terlalu tegang. Diruang keluarga sudah ada Mama dan juga Papanya. Tidak ketinggalan Kakak laki-lakinya. "Sidang model apaan ni semua enggak ada senyumnya," gumam Freya mulai galau, bukan tingkat dewa lagi tapi dah tingkat tingkatan deh. "Freya sayang gimana hasil pembicaraan kita ? pasti belum ada kan calon kamu ?" Tuduh Papa langsung to the point tanpa membiarkan Freya menarik napas terlebih dahulu dan hanya dibalas cengiran Freya. Bisa-bisa mati perawan nih disidang model begini, cengir Freya. "Tuan ada tamu." Tiba-tiba saja bik Irah asisten rumah tangga memberitahu Papa. Jantung Freya mau lompat rasanya jangan-jangan oh jangan-jangan. "Oh iya saya ke depan, makasih ya bik," ucap Papa pada Bibik lalu mengajak Mama ke ruang tamu. Freya hanya bisa mengintip dari balik gorden mencari tahu siapa tamunya. Ternyata Om Herman, Tante Mila dan ada juga cowok manis bersama mereka yang rasa-rasanya pernah dilihatnya tapi dimana ia lupa. Lega hati Freya, yang penting enggak ada Om tua teman Papa yang kata Papa mau dinikahin sama Freya. Dengan senyum merekah Freya balik ke kamar. Belum sempat pantatnya menyentuh kasur Mama sudah nyelonong masuk.. "Freya sayang … ayo ganti baju dong ada tamu kok ditinggal, kan kamu kenal sama Om Herman dan Tante Mila," ucap Mama dengan lembut. "Freya ngantuk Ma, mau bobok, Kan mereka mau ketemu sama Papa dan Mama," ucap Freya sambil pura-pura menguap tanda mengantuk. "Ayo turun dulu, Papa yang panggil," ucap Mama yang sukses membuat Freya akhirnya menganggukkan kepala. "Tapi pakai baju ini aja ya," ucap Freya enggan ganti baju lagi. "Ganti dong sayang … masak pakai daster gini, mau nyaingin Sarwendah ya istrinya babang Ruben Onsu mamanya Thalia yang cantik itu," ucap Mama yang emang ngefens banget sama Sarwendah. Dengan ogah-ogahan Freya segera mengganti bajunya dengan rok panjang motif yang manis dan kaos polos panjang yang senada dengan bawahannya setelah itu segera diikuti langkah mama menuju ke ruang tamu. "Wah-wah Freya tambah cantik ya," puji Tante Mila sambil berdiri mencium pipi Freya. "Nah mas Herman, langsung to the point saja ya karena anaknya sudah datang ni," ucap Papa seperti biasa tanpa basa-basi yang disambut anggukan om Herman dan Tante Mila. "Freya sayang, ini Adrian putra om herman. Nak Adrian ini seorang Dokter. Papa sama Om Herman ingin berbesanan karena kakek pernah berpesan sama Papa dan mama buat jodohin kamu sama cucu dari sahabatnya dan itu adalah Putra dari Om Herman. Sebenarnya ada si sulung yaitu Devan. Tapi berhubung Devan masih di luar negeri dan belum pulang, maka kami sepakat kamu dinikahkan sama adiknya yaitu Nak Adrian. Walau Papa tahu jarak usia kalian terpaut dan nak Adrian lebih muda dari kamu. Tapi enggak jauhlah cuma dua tahun," ucap Papa panjang lebar menjelaskan maksud kedatangan Om Herman sambil tersenyum penuh kegembiraan. Freya hanya melongo mendengarnya. Ia menatap si manis Adrian yang hanya cuek saja tanpa senyum. "Oh … hidupku bagaimana ini akhirnya," gumam Freya bingung mau ngomong apa. "Dan tanggal pernikahannya kami sudah tentukan dua minggu lagi semua sudah dipersiapkan," ucap Om Herman melanjutkan ucapan Papa. "karena kakeknya Adrian yaitu Ayah saya menginginkan demikian," ucap Om Herman dengan senyum lebar dan makin lebar saat Papa menyetujuinya. Freya makin melongo dan si Adrian tetap diam dan cuek. "Saya permisi ke kamar mandi dulu," ucap Freya berpamitan. Di kamar mandi, Freya mencuci mukanya berharap ini hanya mimpi. Ia berharap saat keluar kamar mandi nanti ada peri baik hati yang mengubah waktu atau menyihir Papanya agar lupa sama perjodohan gila ini. Tapi semuanya enggak sesuai harapan Freya. Salah sendiri sudah kepala tiga belum dapat jodoh rutuk Freya mengutuk dirinya. Dan malam itu keputusan bulat yang enggak bisa ditentang Freya. Karena syarat Papa agar dia mencari sendiri jodohnya tidak ditepati. ******** Waktu pernikahan itu pun terjadi, Freya merasa seperti mimpi di siang bolong. Mana Adrian manis banget batin Freya tapi mukanya enggak ada senyum. Dapat brondong manis kayak makan gulali tapi kecampuran juga sama pete pait deh. Mengetahui Adrian enggak banyak bicara membuat Freya lumayan senang setidaknya Adrian enggak akan cerewet dan membatasi kegiatannya dan juga apapun yang ia lakukan. Flashback teringat pertemuannya dengan Adrian di restoran sambil Adrian menyodorkan kertas untuk ditanda tangani Freya. "Apa ini?" Freya menatap lembaran kertas di meja dengan dahi mengernyit. "Kesepakatan pernikahan," terang Adrian datar. "Kesepakatan pernikahan selama kita menikah." Alis Freya bertaut mendengar kata-kata Adrian. "Aku masih belum mengerti." Freya menatap Adrian dengan tatapan bingung. "Kita menikah karena menuruti kemauan orangtua, bukan cinta. Kamu tidak berencana untuk menikah selamanya, bukan?" Freya tertegun. Tentu saja ia berencana menikah untuk selamanya walaupun karena paksaan orangtuanya. Dan mana si manis-manis kecut di depannya ini brondong lagi bikin hidupnya tambah jungkir balik. Jadi pengasuh anak kecil dong batin Freya kesal. Bagi Freya menikah itu ibadah, bukan perkara main-main. Apalagi Papa pasti sedih kalau ia sampai bercerai. "Maksud kamu, kita menikah hanya sementara, lalu pisah?" Tanya Freya memastikan. "Setelah menikah Anggap saja kita dua orang asing yang hidup di bawah satu atap. Kamu bisa baca dulu." Adrian menyodorkan kertas kepada wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. Freya mengambil dan membacanya. Ia menelusuri setiap poin, sampai matanya melebar ketika membaca salah satu point yang tertulis di sana. "Ini maksudnya apa!" serunya tidak terima. "Kamu bermaksud mempermainkan pernikahan kita !" "Kalau kamu tidak mau menerima, tidak masalah enggak usah dilanjutkan saja pernikahan ini. Memangnya aku apaan, barang pertukaran yang seenaknya saja kamu cerai kalau devan kembali !" ucap Freya agak keras karena Adrian menuliskan akan menceraikan Freya begitu devan kembali. Adrian hanya menanggapinya dengan diam lalu beranjak berdiri dan meninggalkan Freya sendirian. Freya menatap kepergian calon suaminya dengan rasa jengkel . jengkel karena Adrian memutuskan perjanjian itu tanpa bilang apapun pada Freya, tahu-tahu sudah disodorin kertas saja kayak tagih hutang. "Lihat saja kamu Adrian cakra danendra." batin Freya jengkel. ******** "Freya sayang yuk turun penghulu sudah datang tuh." Mama menghampiri Freya dengan mata mendung, sepertinya Mama habis nangis. "kok Mama nangis sih, kalau enggak suka dibatalin aja pernikahannya kan bisa," ucap Freya sekenaknya yang dibalas jitakan Mama pada kepalanya. "Dasar anak bandel, Mama nangis karena bahagia akhirnya anak Mama enggak jadi perawan tua," ucap Mama sambil nyengir yang dibalas cemberutan Freya. KIain karena Freya bakal diambil orang ternyata oh ternyata. "Setelah menikah, sama Suami itu yang nurut ya nak, jangan buat Suami marah. Siapin segala keperluan suami tanpa diminta. Buat rumah selalu ceria dan bersih agar suami betah. Kebiasaan kebonya juga diilangin ya anakku sayang. Bangun pagi- pagi biar suasana ceria." Nasihat Mama panjang lebar sambil memeluk Freya. Mau tak mau air mata Freya keluar juga mendengarnya. "Ayo nak kita turun," ucap Mama sambil menggandeng tangan Freya. Saat Freya turun dari tangga, semua mata memandangnya. Freya yang cantik makin cantik dengan balutan gaun pengantinnya. Diliriknya sekilas Adrian yang juga memandangnya tanpa berkedip. Tapi hanya sebentar bocah sableng itu memandangnya karena setelah itu dia kembali menghadapkan wajahnya ke penghulu. Papa yang menikahkan Freya dengan Adrian, dan Adrian mengucap ijab kabul dengan lancar seakan-akan dia benar-benar menikahi Freya karena cinta. Padahal nikah bohongan batin Freya. Setidaknya enggak bakalan diteror Papa lagi soal calon suami, batin Freya dengan senyum manisnya seakan-akan dia senang dengan pernikahannya. Padahal ingatannya sedang kesal dengan perjanjian yang dibuat oleh Adrian. Sebaliknya Adrian juga tak kalah kesal pernikahan ini bukanlah keinginannya dia rela menikah karena perjanjian yang dibuat kakeknya dan juga almarhum kakek Freya apalagi Maminya sangat senang sekali sama Freya yang katanya sesuai kriteria menantu idamannya. Maminya dari dulu ingin punya anak cewek tapi enggak kesampaian. Maka dari itu ketika mendapatkan Freya sebagai menantu senyumnya merekah bagai bunga. "Semua gara gara mas devan,'' batin Adrian geram. Kalau bukan karena sayang pada kakek dan juga takut jantung Maminya kumat. Dia enggak akan mau dijodohkan. Dan hari ini kakek begitu bahagia. Rona bahagia yang lama tidak pernah dilihat Adrian lagi semenjak nenek meninggal. Sebenarnya Devan yang dijodohkan dengan Freya tapi dasar Kakanya itu keras kepala dan belum mau pulang walau sudah diancam Kakek dan juga Mami. Dan disinilah akhirnya diputuskan Adrian yang menikah karena hari ini bertepatan juga dengan ulang tahun kakek, entah perjanjian apa yang dibuat kakeknya dan juga almarhum kakek Freya sehingga anaknya yaitu Papa sangat mematuhinya. Seremonial usai dan saat ini Adrian dan Freya berdiri berdampingan menerima ucapan selamat dari para tamu dan keluarga yang hadir. Baik Adrian dan Freya ingin segera kabur saja dari suasana kebohongan yang diciptakan keduanya. Tapi acara tetap acara yang harus mereka ikuti sampai selesai dengan senyum basa basi dari keduanya. Dari kejahuan Freya melihat sahabatnya Juna pun datang memberikan ucapan selamat padanya. "Jalani pernikahanmu dan jadilah Istri yang baik ya non," ucap Juna sambil tersenyum manis karena dia tahu sekali pernikahan yang bagaimana yang sedang di jalani sahabatnya saat ini. "Kamu tenang saja nanti tiap hari aku bakal buatkan sarapan berlemak tiap pagi biar dia jadi gendut dan jelek," ucap Freya dengan cekikan khasnya yang dibalas jitakan dari Juna. Bisa-bisanya Freya bercanda nyeleneh begitu saat jadi pengantin. Semoga Adrian enggak membuat hidup Freya seperti di lorong misteri batin Juna. ******** Setelah menikah Adrian dan Freya sementara tinggal di rumah Mami dan Papi Adrian karena permintaan Kakek. Rumah keduanya sedang dalam proses pembangunan, dan mau tak mau mereka harus berada dalam satu kamar. Hal yang membuat keduanya makin menatap tajam. Freya mengetuk pintu kamar Adrian yang ditunjukan oleh Mami mertuanya dan segera masuk begitu pintu dibuka oleh Adrian. Kamar yang manis batin Freya. "Barang-barang kamu taruh saja di lemari itu." tunjuk Adrian pada Freya. "Lemariku yang sebelah sana enggak boleh kamu sentuh," ucap Adrian lagi dengan ketus. "Dan ingat kalu kita berdua adalah orang asing yang kebetulan terperangkap dalam satu atap. Jadi jangan pernah saling mencampuri urusan masing-masing," tambah Adrian lagi "Kamu kayak petasan saja sih dari tadi bunyi terus," ucap Freya tak kalah ketus kepada Adrian. "Aku paham semuanya dan aku juga enggak ada niat ikut campur urusan kamu. Memang ada untungnya buat aku." tambah Freya lagi sambil berjalan ke arah lemari untuk menata pakaiannya. "Dan satu hal lagi, Mami punya sakit jantung jadi jaga rahasia yang telah kita sepakati ini baik-baik," ucap Adrian sambil berlalu keluar kamar. "Kamu aja keles yang sepakat," gumam Freya sambil mencebik ke arah pintu yang sudah tertutup. Freya hanya menarik napas panjang entah pernikahan bagaimana yang dijalaninya kedepannya. Mana nikah sama anak sableng. Irit bicara tapi sekalinya bicara kayak petasan. Kerjanya main ngancem melulu. "Awas ya kapan-kapan kumasakin cabe sekilo biar menjerit tu perutnya," batin Freya kesal sambil memikirkan andai ia punya mantra Mobilicorpus, maka dia pingin mindahin tu si bocah ke kutub utara biar tambah beku otaknya. Freya memikirkan rencana jahat sambil terkikik sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN