Bab. 42

1262 Kata

Aku melihat Zia berada di tepi jurang. Dia mengenakan gaun pengantin berwarna putih yang cantik. Rambutnya terurai panjang, namun wajahnya dingin sepucat mayat. Aku dan Zia dipisahkan dinding kaca yang tebal. Jauh. Namun dari sini aku bisa melihatnya melangkah ingin terjun ke jurang dalam. Jantungku berdegup kencang, aku tak ingin Zia melompat dari sana. “Zia!” Kugedor-gedor dinding kaca yang menghalangiku. Berusaha aku mencari jalan keluar agar bisa memperingatkan Zia dari jarak dekat. “Ziaaa!!” Aku kembali berteriak. Tangan kakiku lemas, Zia tidak mendengar suaraku! Kuulangi berapa kali, sampai keringat dingin membasahi pelipisku. Zia hampir melompat. Dia tidak boleh bunuh diri, Zia tak boleh mati! Aku mulai panik. Suaraku serak terus memanggil Zia. Zia. Zia. Hingga rasanya sesuatu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN