Bab 5 : Siasat Mahasiswa

1424 Kata
*Membaca Al-Qur'an lebih utama* Kemala pagi ini dikejutkan dengan jam yang menunjukkan pukul delapan pagi, ia akibat dirinya yang begadang tadi malam, alhasil bangun kesiangan dan melewatkan perkuliahan online setengah jam yang lalu. "Mampos dah ini, alamat alpa satu. Jatah libur tinggal dua lagi." Rutuk Kemala dengan cepat mencuci mukanya tanpa mandi dan hanya mengenakan hijab serta bantuan lipteen yang sangat membantu. Setelah penampilannya di rasa sudah pas, Kemala tersenyum puas ketika the power of lipteen nya berkerja dengan baik. Ia segera bergabung dengan zoom yang sudah masuk ke ronde kedua, meskipun dirinya sudah alpa paling tidak untuk yang putaran ke dua dengan mata kuliah yang sama ia ikuti. Bilang aja nanti jaringan di kampungnha yang sedang rusak. "Ada yang ingin bertanya?" Suara sang dosen yang sepertinya sudah selesai menjelaskan materi dan masuk ke dalam sesi tanya jawab. "Kemala, gak mau bertanya?" Glek! Kemala langsung meneguk ludahnya kasar begitu dosennya menyebut namanya secara langsung, dirinya saja tidak mengetahui apa yabg dibahas, mana mungkin bisa memberikan pertanyaan. "Kamu baru masuk zoom kan yah?" "Iya, Pak." Jawab Kemala dengan menahan malu lantaran teman-teman laknatnya sudah bergosip ria lewat grup chat kelas. Memang mahasiswa Dajjal memang, mematikan kamera dan mute kan audio, dikira dosen tengah mendengar kan penjelasan nyatanya pada bergosip ria, tidur dan rebahan. Bahkan ada yang kesempatan makan sambil zoom. Kemala terpaksa menghidupkan kameranya sendiri lantaran si pak dosen tengah memantau dirinya saat ini. "Kemala ingin bertanya sesuatu?" "Tidak, Pak. Mungkin Mala akan bertanya dengan rekan yang lainnya." "Kenapa tanya yang lain, mumpung masih ada saya" Kemala rasanya ingin muntah mendengar kalimat yang baru saja dosennya ucapkan. Dosen tua yang dari semester satu kenapa selalu saja masuk di kelasnya. Dosen yang pro dengan namanya poligami dan selalu mendebat kaum perempuan di kelasnya tentang poligami yang Sunnah katanya, tentu saja pendapat dosen nya ini mendapatkan antusiasme dari para buaya jantan di kelas nya yang bercita-cita memilki istri lebih dari satu. Keadaan kelas zoom toba-tiba hening, hingga ketika Dita sebagai sekretaris yang bertugas membuat link zoom berteriak heboh mengatakan jika si buaya tua sudah get out dari zoom. "Guys, buaya udah pergi." Kemala beserta anggota yang lain bersorak riang, sedangkan kaum jantan yang kehilangan kepala sukunya mendesah kecewa karena tidak bisa bergosip ria membahas sesuatu yang berbau poligami. Ia memutuskan untuk melihat grup kepenulisan yang pesannya sudah mencapai ribuan, bahkan dalam waktu beberapa menit saja. Sungguh Kemala terpukau dengan kemampuan mengetik yang dimiliki rekan penulis nya. Ia sampai bingung mau nimbrung bagaimana. Ia membaca semua topik pembahasan yang rata-rata membahas Gaji yang tidak cair-cair. Hingga sederet pesan dari Adi membuat Kemala menghela nafasnya. Buaya sedang beraksi ternyata, lihat saja Adi yang tengah menggoda rekan penulisnya yang lain. Dan Kemala baru menyadari jika Adi ini cukup dekat dengan beberapa orang. "Sekali buaya bakal tetap buaya." Celetuknya setelah membaca secara keseluruhan isi pesan dari Adi. Hingga pengumuman dari grup kelasnya membuat ia panik seketika, dengan cepat ia loncat dari tempat tidurnya, lalu mencari buku catatan yang sayangnya entah di mana ia letak. Ia kembali membuka pesan yang menunjukkan pengumuman dari salah satu dosen yang memang sangat hobby sekali membuat mahasiswa berada di kesusahan. PENGUMUMAN PENTING HARI INI KITA KUIS LISAN MATA KULIAH METODELOGI PENELITIAN LEWAT MEDIA ZOOM. JAM 13:30 "Mampos, ini buku kenapa mendadak bersih banget. Atau akunya yang memang hobby kebersihan sampe gak pernah tega buat nyoret ni kertas." Kemala menatap takjub buku catatannya yang sangat bersih kincolng tanpa ada coretan yang menghiasinya. Ia mendesah frustasi sesaat melihat jam yang sudah hampir tiba masuknya waktu kuis, ya allah seandainya ada keajaiban yang membuat hujan dan listrik mati mendadak, mungkin ia akan sangat berterima kasih karena melepaskannya dari siksaan kuis mendadak, hingga beberapa saat kemudian sebuah ide cemerlang muncul di otaknya yang sangat tidak seberapa itu. "We, awak belum belajar we, cem orang paok lah nanti kalau maksa kali ikut kuis, E pula lah nanti nilaiku." tulis Kemala dalam pesannya, baru beberapa detik dikirim, teman-temannya sudah menimpali dengan mengatakan hal yang serupa. Ia tersenyum riang begitu menyadari jika renacan yang ia susun akan mendapatkan dukungan penuh dari rekan-rekannya. "Aku ijin yah we, soalnya jaringanku lagi gak bener."  Ketik Kemala dengan penuh kebohongan. Ia menanti respon dari rekan-rekannya, namun di luar dugaan, kebanyakan teman sekelasnya malah berniat mengikuti jejak Kemala yang mengatakan jaringan sedang rusak. Arjun PAI We cara Bunda Mala ada benernya juga, we. jadi ada ide aku. Rifa PAI. "Gini aja, kita buat jaringan kita E aja we, terus screenshot kirim jadi bukti. kalau gak cari foto hujan di internet buat solah-olah tempat kalian lagi hujan." ujar Rifa memberikan sarannya, grup di kelas itu semakin ramai saja, kebanyakan setuju dan mendadak mengubah jenis jaringannya menjadi 2G. Kemala ngakak sendiri melihat ide yang ditulis Rifa si bendahara kelas, langsung saja Kemala menyemangati teman-temannya untuk berbolos ria secara jama'ah. ia mengetik sederet kalimat yang nyatanya malah ditanggapi berbeda oleh temannya yang terkena dengan mahasiswa penggila camlaude. "Teruslah semangat wahai anak muda, insyaallah masa depanmu akan suram." "Gimana sih, Bun. kok anak-anaknya malah di ajak ke ajaran sesat. Kalau mau sesat bunda aja jangan ajak kawan lainnya." Tulis Anggi dalam pesannya, Kemala yang memang dipanggil bunda oleh teman sekelasnya melihat ini merasa sangat tersinggung, ini maksudnya apa? perasaan ia tidak ada menyuruh atau bahkan mengajak teman sekelasnya. Ia tadi hanya berpamitan lantaran jaringan, tidak ada kalimat mengajak yang menyesatkan.  "sekate-kate aja kalau ngomong yah, Nggi. Mohon maaf ni, di kalimatku yang di atas tuh, gak ada kata-kata,we ayo bolos, ayo ubah jaringan, gak ada. Jadi nih kalau mau komen itu dicari terlebih dahulu, jangan goyang kali. Nanti gelut kita jadinya." Balas Kemala dengan tegas, ia paling tidak suka dengan mahasiswa pengejar camlaude yang sok paling iya, seharusnya sebagai mahasiswa harus mampu dong memahami narasi dari pesan teks yang ia kirim tadi. Grup khusu kelas mendadak sunyi, hingga ketika grup mata kuliah metodelogi penelitian melihat dosennya sedang mengetik seketika grup kelas ramai lagi dan berbondong-bondong mengubah jaringan sekaligus. Dosen MetoPel "Baik, sudah bisa kita mulai kuis nya?" Kemala yang telah menyusun siasat dengan sangat rapi langsung saja mengetikkan sederet pesan yang membuat semua orang takjub membacanya. "Asaalamu'alaiku, Bu. Mohon maaf saya Kemala Sari  dengan NPM 1802010100 tidak dapat mengikuti kuis yang dilaksanakan siang ini  berhubung karena jaringan sedang rusak." Kirin Kemala lengkap dengan screen shoot sebagai bukti dari alasannya tidak bisa mengikuti kuis hari ini. Dan secara berbondong-bondong teman-temannya yang lain juga melakukan hal yang sama, permisi tidak bisa ikut kuis lantaran jaringan dan jug ahujat lebat, dan yang paling membuat ngakak adalah gamar hujan yang dikirim teman-temannya semua merupakan hasil dari google dan yang lebih lucunya ada yang mengirim gambar yang sama dan sama sekali tidak di sadari oleh dosennya tersebut. Kemala semakin tergelak dalam tawa ketika dengan polosnya salah seorang temannya menggunakan foto hujan dan petir yang menyambar layaknya sedang terjadi badai padahal anaknya tengah asyik jaga warung, siapa lagi jika bukan teman akrabnya Yola. "Be, sungguh dramatis sekali kampungmu, terjadi badai tornado yang sangat hebat." sindir Kemala dengan mengirimkan sebuah pesan secara pribadi kepada Yola. "Udah diem aja, Be. Ini hanya kita yang tahu, biarkan ibu itu pusing karena mendadak mahasiswanya serasa tinggal di pedalaman yang gak punya tower untuk jaringan." Balas yola. Kemala yang membaca itu tidak bisa lagi menahan tawanya, ia tidak habis pikir dengan Yola yang mendadak menjadi seperti dirinya. Stand up comedy PAI Rifa PAI Woy, mampus itu dosen malah minta alamat lengkap udah kayak mau data orang pas pemilu. Buru-buru Kemala membuka grup yang dimaksud dan terkejut melihat dosennya yang mendadak menjadi petugas sensus penduduk, menanyakan alamat lengkap mahasiswanya, yang sepertiny dosen ini tahu  jika mereka sudah kongkalikong. "Mampus lah kelen we, kalau aku emang di pedalamannya aku tinggal." ujar Kemala mengirim pesan suara ke grup kelasnya., seketika ucapan Kemala mendapatkan banyak respon yang ata-rata mengumpati dirinya yang sudah menjerumuskan mereka ke dalam kubangan penuh tipu muslihat ini, padahal dari awal dirinya sama seklai tidak ada mengajak, menghasut atau apa pun itu yang bertujuan untuk mengajak temannya berbuat demikian. Mau tidak mau mereka terpaksa melist alamat tempat tinggalnya. sangking geramnya dengan keribetan dosennya ini, temannya yang lain bahkan dengan lengkap menuliskan alamatnya dnegan dusun, jalan, nomor, kecamata, kabupaten. kota, dan provinsi. Bukan berlaku tidak sopan, tetapi dosen nya yang berjenis kelamin wanita ini sama sekali tidak pernah masuk zoom atau menjelaskan materi dan datang-datang langsung minta kuis, yang benar saja. Setelah selesai dengan urusan siasat mensiasati dosen, Kemala akhirnya membuka pesan yang sedari tadi sudah masuk akan tetapi belum ia buka sama sekali, salah satunya dari Buaya Amazzon. Buaya Amazzon Suaranya bagus. what the fak! ini si buaya kenapa  makin gencar aja nge-chat?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN