Perkuliahan sudah dimulai lagi setelah libur dua Minggu lamanya, Kemala sudah memasuki semester enam yang artinya ia harus bersiap melakukan rangkaian penelitian baik di lapangan secara langsung atau hanya sebuah pengamatan saja. Mata kuliah yang ia ampuh pun sudah masuk ke mata kuliah genting dalam artiannya memasuki mata kuliah yang membentuk dirinya seorang guru..
"Micro teaching ini kok dosen nya gak kenal yah?" Batin Kemala yang melihat lihat nama dosen yang akan masuk di kelasnya nanti.
Perlu dicatat jika tidak semua dosen memiliki kepribadian yang sama, misalnya ada dosen yang lebih menyukai mahasiswi nya memakai gamis dari pada tunik dengan rok. Sedangkan ada dosen yang lain malah sebaliknya. Bahkan Kemala sempat ditegur karena mengenakan kemeja tunik yang dipadukan dengan rok yang sebenarnya sudah sangat sopan dalam berpakaian. Tapi yang namanya dosen mana pernah salah, kalau dosen salah kembali ke point' yang pertama.
Jadi melihat nama nama dosen yang asing di jadwal kuliahnya membuat Kemala malah ketar ketir sendiri. Takut jika dosen itu merupakan dosen killer.
Hari ini kebetulan hari pertama masuk di semester 6 secara virtual. Mereka akan menggunakan media zoom selama satu semester ini
"Masuk woy, ini link sama pasword zoom nya."- Udin Relator
Kemala hanya membaca pesan itu lalu membuka aplikasi zoom dan masuk di ruang kelas yang ternyata baru terisi beberapa orang saja.
"Woy, tim garcep kita yah." Ujar Kemala yang menyapa teman teman nya.
"Yoi, Bund." Ujar salah seorang teman Kemala bernama Rina yang memang sejak semester awal sudah memanggilnya bunda. Kemala memang dipanggil bunda karena ketika sedang study tour ke barus daerah Tapanuli tengah Kemala yang mengurus makan dan lain lain sebab tempat tinggal Kemala lumayan dekat dengan lokasi study tour. Akibatnya saat ini Kemala memiliki anak dadakan satu kelas nya.
"Din, dah tau dosen nya Cemana?" Tanya Kemala yang melihat Udin sebagai Relator sudah masuk room zoom.
"Udah, Mal. Masih muda kok."
Anjir, masih muda gak tuh. Perlu kalian ketahui sejak awal semester dosen yang masuk ke kelas mereka selalu dosen yang tua, atau gak sudah nikah. Kalau anggota yang lain tahu ini dosen masih muda dan fix jika nanti masih singel siap siap aja bakal heboh.
Menunggu beberapa saat anggota kelas sudah berkumpul lengkap. Bahkan yang jarang menghidupkan kamera hari ini tumben tumbenan membuka kamera dan pada terlihat cantik dengan bibir merah merona.
Rasanya Kemala ingin tertawa jika tidak mengingat dirinya juga penasaran.
"Mana dosen nya woy? Dah lama ini nunggu." Celetuk temannya yang bernama Rahman.
"Iya, jangan lah gini. Gimana kalau kita yang telat, cem mau aja umsu bayar uang paket kita." Balas Tya yang entah sejak kapan sudah masuk room zoom.
"Gila telat nya lama banget yah say... Mana sih dosen nya?"
Suara protes dari teman temannya membuat Kemala memilih diam dan fokus dengan chat nya bersama Adi.
Mas
Jadi masih zoom?
"Iya yang, tunggu yah. Mala zoom dulu." Balas nya yang memang tadi sudah memberitahu Adi bahwa dirinya akan mulai disibukkan dengan kuliah sekarang.
Mas
Oh ya udah, semangat yah.
"Makasih mas."
"Oke, udah berkumpul semuanya?" Kemala langsung tersentak kaget. Itu suara siapa? Berasal dari mana?
Ia melihat grup kelas yang ternyata tengah heboh buka main. Berarti yang mengatakan tadi itu adalah dosen muda yang sedari tadi ditunggu itu?
Tampak seperti foto hasil screenshot an yang dikirim Fitri menunjukkan dosen muda berkumis tipis memakai batik, duh ambayr
"We... Ada penyusup."- Fitri dalam grup kelas.
"Itu dosen, guys ..." Balas Rifa lagi yang mengutip foto tersebut. Awalnya Kemala pikir itu merupakan seniornya yang mengambil kelas bawah, ternyata dosen cuy.
"Ini dosennya? Krak..." Balas Tya dengan krak di akhir kalimat khas anak Medan. Kemala yang membacanya ini sudah mulai tertawa geli.
"Penyusup hati? Krakk..." Balas Clarisa yang semakin membuat Kemala terpingkal-pingkal di tempat.
"Astaghfirullah... Insyaf nak, insyaf." Balas Kemala yang ikut nimbrung dalam kebobrokan anak kelasnya.
"Gini Napa kan, agak seger dikit sore ini," balas Clarisa dengan santainya.
"We agak kondusif dulu di zoom yah, soalnya ini dosen baru kita kenal." Tegur Udin sang ketua kelas.
Kemala menggeleng heran sampai sampai Relator menegur gak tuh bisa bisa nya mereka ribut di grup kelas sedangkan zoom tengah berjalan.
"Seger yah, Risa. Bunda screenshot lah ini yah." Ancam Kemala yang tahu jika Clarisa sendiri sudah memiliki kekasih.
"Bund, di sholawati bisa gak?" Tanya tya dengan emoticon ketawa di ujungnya.
Kemala segera membalas pesan itu dengan mengutip nya. "Bisa, yang keras sekalian nak, biar tembus langit ke tujuh."
"Sumpah we, itu ketua LPTQ kampungku bang Oktri." Balas rifa yang membuat ia terkejut, mungkin teman nya yang lain juga sama seperti dirinya.
"Serius kau fa? Astaghfirullah wkwkwk..." Balas Kemala yang mewakili teman teman lain.
"Serius, dia belum nikah masih lajang." Balas Rifa yang membuat Kemala menepuk jidat, liat saja grup ini bakal langsung ramai.
"OPS .. bisalah bisa lah." Balas Clarisa
"Sholawatin we, sholawati..." Balas Tya.
"Mundur Kelen, aku calon istrinya." Balas Clarisa dengan pede nya di grup kelas. Kemala yang membaca itu langsung mengutip pesan Clarisa dan membalasnya.
"Bundamu di sini siap memantau nak."
"Mampus, Uda be yang ini di skip aja. Kau kan udah punya." Balas Tya yang sebagian memancing huru hara.
"Ingat udah punya mas, Risa. " Balas enjel yang tiba tiba sudah muncul. Enjel ini ibu negara yang dalam artian dia adakah kekasihnya Udin si ketua kelas.
"We, ternyata bapak itu udah punya istri." Pesan Fitri yang membuat Kemala terpaku. Ia langsung tertawa keras di kamar sebab semua harapan teman teman nya terhempas begitu saja.
"Kata Rifa belum tapi?" Tanya enjel memastikan.
"Iya aku calon nya." Balas Tya dengan mengutip oesna dari Fitri tersebut
"Aku nde istrinya." Jawab Clarisa lagi.
Oke di sini terjadi persaingan sengit antara istri dan calon istri pak Oktri.
"Sumpah, krak kali grup ini." Tulis Kemala yang merasa grup ini sangat gokil.
"Ayo semangat kuliah." Ajak Clarisa dalam pesannya.
"Aku istrinya, tolong hargai sedikit." Balas Fitri dengan pede nya membuat Kemala lagi lagi tertawa keras
"Krak anjir. Kelen ini ada ada aja."
"Nyesel aku gak mandi tadi." Balas Fitri lagi. Dan tanpa sadar membuka aib mahasiswi yang kebanyakan selaku mengandalkan lipteen, lipstik, dan bedak.
Tak lama Fitri mengrimkan foto dosen itu lagi dan memang Kemala akui jika dosen muda itu memiliki wajah yang good looking, gak salah teman temannya kayak cacing kepanasan.
"Kacou bah." Balas Tya dengan emot tertawa ngakak di ujung nya.
"Besok besok yang cewek mandi dulu yah we." -fitri
"Mampos kali lah." Balas Kemala yang takjub melihat tingkah teman nya.
"Idaman kali kan we." -clarisa.
"Jangan sampai ayan aku ini we kalau udah ada calonnya." -tya.
"Rifa aman kan dulu." Balas Kemala yang tidak sanggup lagi membaca pesan temannya yang sangat b****k.
"Udah lah we, udah pada ayan ini semua." Jawab Rifa yang bukan mengamankan malah semakin menguat suasana grup tambah lawak.
"Ngakak, Bund. Awak sama Rifa kena ayan jadinya." Balas Tya yang membuat Kemala tertawa terpingkal pingkal.
Hingga secara tiba tiba entah kapan kuliahnya di mulai sudah berkahir saja, dosen muda bernama Oktri itu menyudahi sesi perkuliahan dengan cepat. Mendadak para perempuan yang jomblo jomblo tadi langsung lemas lesu bagai orang yang tidak makan selama seminggu lebih.
Mereka bahkan tidak mendengarkan apa yang menjadi kontrak kuliah dengan dosen ganteng itu. Kemala hanya mendengar sekilas jika mereka akan praktek dengan masing masing mahasiswa ke sekolah pilihannya masing masing. Karena biasanya jika micro teaching kebanyakan praktek di lapangan dengan di dampingi oleh dosen pembimbing, karena sedang covid maka harus di ganti dengan cara mandiri yang nantinya penilaian akan silahkan dengan video berdurasi lebih dari tiga menit.
Hanya itu saja yang ia dengar. Lainnya tidak ada karena fokus dengan grup kelas yang bising. Fix ini dosen akan menganggu konsentrasi mahasiswi kayaknya, apakah dosen ini harus menggunakan topeng saat mengajar?
Liat saja teman teman nya mendadak ayan atau dalam bahasa kedokteran namanya epilepsi. Tapi bukan epilepsi yang benar benar sakit yah, ini hanya serangan mendadak karena melihat dosen ganteng.
"We apa aja tadi yang dibilang bapak itu?" Tanya Rifa yang sama seperti dirinya. Inilah akibat kalau lagi zoom tapi fokus nya ke yang lain.
"Tuh lah entah hapa hapa kelen emang di grup." Balas Rizqi yang mungkin takjub juga melihat tingkah teman ceweknya ini.
"Yah namanya jarang jarang ada dosen gitu we. Jadi gak fokus wkwksk... Besok besok kalau bapak itu masuk mandi Kelen yah." -rifa
"Jadi semangat aku kuliah nya. Rela lah gak libur libur. Kalau zoom kameranya hidup we," balas Fitri menanggapi.
Percayalah, orang-orang yang tidak pernah nimbrung di grup biasanya orang yang paling susah di ajak berembuk saat ada masalah. Sebab mereka akan acc atau dalam kata lain menerima apa pun keputusan, lalu pada saat eksekusi mereka akan menolak karena tidak sesuai keinginan nya.
Jenis jenis orang yang terkadang pengen Kemala bantai.
"Jadi apa aja tadi kontrak nya?" Tanya Kemala yang ingin mendapatkan penjelasan lebih jelas
"Kita buat video lagi ngajar, terus di up ke YouTube, nanti linknya di kasih ke grup kelas. Nah masing masing kita kasih penilaian terhadap video itu, cara ngajar nya gitulah." Balas Sarah menjelaskan secara rinci kontrak perkuliahan mereka.
Kemala mengangguk paham, berarti ia yang harus membuat video dan teman nya yang lain yang menilai nya.
"Ya udah, makasih yah Sarah."
"Sama sama bunda."
Kemala menatap jam dinding di kamar nya yang ternyata Surya menunjukkan pukul tiga sore, saat nya ia masak sembari menunggu mata kuliah selanjutnya yang merupakan mata kuliah krusial untuk mereka.
Keluar dari kamar Kemala menatap sang emak yang ternyata tergelepar di depan tv dengan televisi yang menyala.
"Mak, oh Mak... Mau masak apa ini?" Tanya nya sembari membangunkan sang emak yang tertidur pulas.
"Apa nya?" Balas emak nya dengan emosi dan sewot.
Kemala mengusap dadanya pelan, mencoba untuk bersabar dengan tingkah sang emak yang menyebalkan.
"Tahan la tahan, jangan sempet nambah dosa jadinya." Bisiknya lirih menyabarkan diri.
"Mak mau masak apa ini?" Tanya Kemala lagi
"Terserah lah mau masak apa kau nya. Ganggu orang tidur aja."
Kemala terdiam, ingin rasanya ngamuk sekarang tapi tidak bisa dan tidak mungkin.
"Ya udah terserah lah."
Kemala ke dapur dan memulai sesi masaknya dengan hati yang dongkol. Ia menunggu mata kuliah kedua yang akan dimulai lima menit lagi, dengan segera ia masuk ke dalam room zoom. Ia sengaja mematikan kameranya karena saat ini hendak memasak.
Sembari menunggu dosen masuk, Kemala menggiling cabai dengan gilingan batu, ia bukan tidak memiliki blender atau sejenisnya yang biasa digunakan orang sekarang untuk menggiling bumbu, hanya saja bapak nya tidak menyukai bumbu yang digiling menggunakan mesin seperti itu.
"Diem woy, ibu itu masuk."
Kemala segera menyelesaikan kegiatan menggiling nya sebelum perkuliahan di mulai meski dengan kontrak kuliah saja.
Bertepatan ketika ia masih memasak, bapak nya pulang dari kebun dan melihat dirinya yang kuliah sambil memasak.
"Mana emang orang mamak sama Fika?" Tanya bapak Kemala sembari meletakkan tas yang berisi peralatan untuk nyadap karet.
"Lagi tidur." Jawab Kemala singkat, ia malas harus menjelaskan panjang kali lebar, karena mood nya memang sedang berantakan.
"Jadi, kau gak masuk kuliah?"
"Masuk."
"Sambil masak?"
Kemala tidak menjawab. Kemudian bapaknya pergi masuk ke dalam dan terdengar seperti tengah membangunkan adik serta emaknya.
Biar kan saja, yang penting Kemala sudah hampir selesai, sudah membuat sambal dan juga rebusan.
"Anaknya kuliah disuruh masak, bukan bantuin malah asyik tidur." Samar samar Kemala Bisa mendengar teguran bapaknya.
"Yah biarin lagian kuliah online juga, bisa di sambi."
"Iyalah, yang kuliah kan anakmu gak kuwe jadi mana ngerasakkan gimana capek nya."
"Aku pun kesel lah, nyuci."
Bapak Kemala tampak duduk di ruang sholat Dan bisa ia lihat dari dapur.
"Iyalah, emang kuwe seng paling kesel. Gak Eneng seng lain. Wes paham aku."
Kemala tak berani menyahut bukan apa apa, kemarahan bapaknya akan berimbas kepada dirinya juga karena sang mamak akan melampiaskan nya kepada Kemala. Benar saja, tak lama mamak nya muncul dari pintu dapur dengan wajah yang tertekuk marah meraih kuali yang akan ia gunakan untuk membuat sambal.
"Udah sana, kau kuliah aja gak usah bantuin mamak."
Kemala kebingungan, ia tidak melakukan apa apa tapi emaknya melampiaskan kemarahan ke padanya.
"Gak papa, lagian udah mau siap," ujar Kemala lagi dengan mengambil alih kegiatan memasak, tampak emaknya semakin merenggut tidak suka.
"Baru aja tidur udah diganggu, punya anak gak ada otak semua. Gak bisa buat mamak nya senang, boro boro ngasih uang ngasih waktu buat tidur aja gak bisa. Anjingnya kalian!" Sentak mamak nya dengan membanting pintu dapur begitu kuat.
Kemala mengusap dadanya secara perlahan, mencoba menahan laju air mata yang hendak menetes. Sedari pagi ia sudah disibukkan dengan kuliah dan menulis nya, bahkan ia belum ada beristirahat sedikitpun sejak tadi malam yang tidak bisa tidur karena menyelesaikan target nulisnya di akhir bulan.