*Membaca Al-Qur'an lebih utama*
Puasa ramadhan sudah berjalan selama tiga hari, dan entah mengapa Kemala jadi dekat dengan seorang penulis yang merupakan teman dekat Adi. Bahkan setiap menjelang berbuka puasa, gadis iru akan mengirimkan foto atau pun kalimat yang mengundang hasratnya untuk membatalkan puasa di menit terakhir.
Perbedaan zona waktu yang sangat jauh antara sumatera Utara dengan Jawa timur, membuat gadis yang di sapa Laila itu memiliki peluang besar untuk selalu menggodanya bersama dengan Adi.
Seperti yang sedang terjadi saat ini, Kemala harus menelan ludah berulang kali ketika sebuah foto yang dikirimkan Laila barusan sangat menggugah seleranya. Ada sop buah yang terlihat segar dengan es yang mengambang.
Ditambah lagi dengan bakso goreng yang terlihat sangat mekar, ya tuhan, dosa apa dirinya memiliki sircel pertemanan yang tidak ada akhlak seperti ini? Dirinya sangat lelah.
"Suka hati kakak, Mala mah sabar orangnya." Balas Kemala setelah mencoba menahan hawa nafsunya yang ingin memaki Laila.
Kak Laila
Enak loh, La. Emang kamu gak mau? Ini enak seger.
Tanpa diberitahu juga ia sudah tahu kalau minuman itu seger, bocah cilik pun tahu bagaimana rasanya es ketika masuk ke tenggorokan.
"Iya seger, sabar ya Allah."
Kak Laila
HAHAHAHAH.... Seenak ini ternyata godain kamu.
Kambeng! Dikira dirinya ini apaan enak digodain. Kesannya kayak cabe-cabean seribu tiga. Kemala melirik jam dan mendesah gusar ketika masih lama.waktu berbuka, perbedaan satu jam dengan zona waktu Laila membuat ia sendiri terkadang sangat malas membuka Ponselnya.
Ditambah lagi Adi yabg terkadang mengikuti jejak Laila yang menggodanya. Hanya saja pemuda yang menjabat sebagai kekasihnya itu lewat via telpon bukan pesan seperti yang dilakukan Laila.
"Mala, beli es sana." Teriakan emak nya tanpa sadar membuat Kemala lagi dan lagi harus menahan hawa nafsunya yang semakin menjadi ketika harus berhubungan langsung dengan yang namanya es.
"Kenapa sih kok dingin? Kenapa gak hangat aja?" Tanya Kemala yang ngobrol dengan es batu yang berada di tangannya seolah-olah es itu mengerti apa yang ia katakan.
Kegiatan Kemala yang di perhatikan oleh tetangga tidka mampu membuat seorang Kemala malu atau sekedar tertawa canggung, yang ada semakin menjadi ia menimang es tersebut layak nya seorang anak bayi.
"Udah stres anak orang itu, kelamaan jomblo." Celetuk tetangga nya yang memiliki tingkat kejulid an di atas rata-rata.
Kemala cuek dan memutuskan untuk masuk ke dalam rumah tanpa mengindahkan cibiran para netizen yang sebenarnya tidak akan tahu apa-apa yang terjadi dalam hidupnya.
"Makanya, kalau gak mau diejek cari cowok kau." Ejek Ika yang memang berstatus taken dengan kekasihnya sejak satu tahun yang lalu. Sebenarnya bisa dikatakan adiknya lebih berani dibandingkan dengan dirinya sendiri. Sebab Kemala memiliki ketakutan ketika sikap bapaknya di masa lalu begitu mengetahui dirinya memiliki kekasih akan langsung marah dan memerintah kan dirinya untuk menjauhi, membuat Kemala memilih untuk selalu mencari kekasih yang berada sangat jauh dari nya.
Dan ia sudah cukup kebal dengan segelintir orang yang selalu menyodorkan dirinya pertanyaan yang sama seolah-olah ia merupakan gadis yang langka dan hampir punah di muka bumi. Malah ada yang secara terang-terangan mengatakan dirinya sebagai perawan tua yang pada akhirnya menimbulkan statemen dalam keluarga emaknya ia harus nikah muda..
Ia juga harus siap mental lebaran nanti menjadi bulan-bulanan di keluarga ayah karena dari sekian banyak cucu hanya dirinya yang tidak pernah membawa pacar atau teman lelaki ke rumah, dan terkahir kali ketika dirinya masih sekolah di MAN.
***
Malam harinya setelah berbuka puasa. Kemala memutuskan untuk tidak pergi ke mesjid melaksanakan sholat tarawih, mood nya sedang berantakan akibat Ika yang mencuri takjil miliknya.
"Kak, gak taraweh emang?" Tanya bapaknya yang sudah rapi mengenakan sarung dan baju kokoh.
"Enggak, besok aja."
Sang bapak tampak menggeleng lalu mendesah panjang menyadari jika anaknya yang lain juga mengikuti jejak sang kakak tidak sholat taraweh.
"Udah gede bukannya contohi yang bener malah males-malesan." Sindir sang bapak yang berjalan menjauhi kamar Kemala.
Mendengar sindiran itu sontak Kemala langsung bangkit mengambil air wudhu lalu bergegas menuju mesjid yang jaraknya cukup dekat dengan rumah. Alhasil kedua adiknya juga ikut mengambil air wudhu dan ikut dirinya ke mesjid.
Ternyata benar jika anak pertama itu adalah kiblatnya para adik. Kalau tau begini ia tidak ingin dilahirkan sebagai anak pertama yang memiliki beban yang cukup berat. Terlenuh ketika pendirian bapaknya adalah anak pertama harus berhasil karena anak selanjutnya akan mengikuti jejak anak pertama.
"Pundak anak pertama harus sekuat baja."
Its right. Ini memang benar dan diharuskan, sebab anak pertama itu memiliki sebuah tanggung jawab besar terlebih jika anak pertama laki-laki, ibaratnya jika sang ayah sudah tiada maka dirinya lah yang berperan sebagai pengganti sosok ayah.
Hak yang membuatnya salut dengan Adi adalah pemuda itu yang mampu memuliakaj ibunya, bahkan sedari awal ia kenal Adi sudah mewanti-wanti banyak hal terutama mengenai posisinya sebagai anak laki-laki dan anak ibunya yang hanya dua dan kebetulan keduanya juga laki-laki.
Setelah pulang dari sholat, Kemala mengecek ponselnya memastikan tidak ada pesan yang penting dan terlewatkan. Ia juga melihat alarm yang terpasang dan masih dalam pengaturan sama dengan hari pertama kemarin, lima menit sekali akan berbunyi, beruntung emaknya sudah tidak se cerewet kemarin, malah terkesan semakin biasa saja mendengar suara alarm miliknya yang beruntun. Dan beruntungnya ia berhasil membangunkan Adi meskipun ia sendiri harus menahan kantuk.yang menyerang.
"Alarm kau itu bisa dikecilkan?" tanya emaknya yang baru saja keluar dari arah dapur.
Kemala sendiri hanya bisa memutar bola matanya begitu sadar hal yang baru saja ia bicarakan sudah mendapatkan protes ternyata.
"Enggak, nanti gak bangun aku."
"Emang kau bangunkan siapa coba? orang kau pun mamak bangunkannya."
Kemala terkekeh-kekeh, lantaran meskipun dirinya yang membangunkan Adi. ia akan kembali tertidur setelah memastikan kekasihnya itu sudah bangun bahkan sudah sahur setelahnya barulah ia tidur lagi. dan menunggu dibangunkan emaknya.
"Adalah Mak. calon mantu mamak." jawabnya dengan ringan tanpa beban. yang bahkan sang emak sampai mendelik kaget mendengar jawaban dari anaknya yang di luar dugaan, padahal baru kemarin di tanya punya pacar atau tidak, dan jawabnya cuma diem doang, lah sekarang malah terang-terangan katanya calon mantu.
"orang mana emang pacarmu?"
Kemala terdiam ia sepertinya kelepasan berbicara tadi, sebab baik emaknya maupun bapaknya belum ada yang mengetahui hubungan nya bersama dengan Adi.
"Orang mana?" tanya emaknya ulang.
"emmm orang Lampung, Mak." jawabnya takut-takut.
"HAH?"