"Pelita..." Gibran membelalak kaget ketika mulutnya dengan lancang menyebut nama gadis yang kini berdiri bingung di depannya. Pelita, gadis yang saat ini mengenakan jilbab berwarna pink yang lembut dan tanpa alas kaki, berdiri canggung dengan jarak yang cukup jauh dari tempat Gibran berdiri. "Mas...ada perlu sama saya?" Gibran menunduk dengan geraman tertahan di ujung bibirnya. Tuhan! Bahkan suaranya saja begitu mirip dengan apa yang dia dengar dalam mimpinya. Terutama di bagian Pelita memanggilnya Mas. "Itu.. Saya..." Sialnya Gibran yang tidak pernah gugup di depan orang lain, kini justru tergagap di depan Pelita yang merupakan orang asing untuknya. "Saya ada urusan lain. Maaf saya harus pergi." Tanpa menoleh ke arah Pelita yang kemungkinan menganggapnya orang aneh, Gibran berjala

