DUA PULUH TIGA

1034 Kata
Tepat pukul tujuh malam motor Archen sudah terparkir di depan rumah Athena. Sejujurnya Archen takut merasa canggung bertemu dengan Pak Hakim Syarif—Papa Athena—ketika menjemput Athena, tetapi ternyata Papa Athena sedang tidak di rumah karena ada urusan pekerjaan. Kini Archen benar-benar menyadari betapa besarnya dedikasi Pak Syarif sebagai seorang hakim agar bisa menyelesaikan semua kasus dengan baik. “Tante, izin keluar sebentar ya.” Ucap Archen sedikit kaku. Sejujurnya ini kali pertama Archen meminta izin kepada orangtua seorang gadis, karena memang selama ini Archen tidak pernah menjalin hubungan dengan gadis manapun. “Iya, Nak Archen. Pulangnya jangan malam-malam, ya.” Pesan Bunda Athena. “Iya, Tante.” “Ma, Athena berangkat dulu ya.” Ia pun mencium tangan sang bunda ketika berpamitan. Entah mengapa melihat hal itu Archen langsung menirunya, ia pun ikut mencium tangan Bunda Athena. Setelah kurang lebih dua puluh menit perjalanan, motor Archen memasuki salah satu restoran bintang lima di Jakarta, Athena terlihat sedikit bingung, ia pun mengajukan banyak pertanyaan ketika Archen sudah memarkirkan motornya. “Lho katanya kita mau ketemu tante lo?” “Iya, kita ketemu tante gue, acara makan malamnya kan di sini.” Jelas Archen dengan wajah polos. “HAH? ACARA MAKAN MALAM?” Athena sedikit teriak. “Iya, cuma makan malam sederhana aja kok.” Athena baru mengetahui bahwa ia diundang makan malam untuk merayakan ulang tahun Tante Archen di salah satu restoran mewah bintang lima. Archen sama sekali tidak menyampaikan hal itu. Dan kini Athena hanya mengenakan atasan blouse polos dengan celana bahan sebetis, serta rambut yang dibiarkan terurai. Terlebih ia tidak membawa hadiah apapun untuk diberikan kepada tante Archen. “Archen! Kenapa gak bilang sih kalau ini acara makan malam untuk ulang tahun tante lo? Kalau tau gitu kan gue bisa pakai baju bagus dan bawa hadiah.” Jelas Athena sedikit kesal dengan Archen. Ia merasa hanya akan mempermalukan Archen dan meninggalkan kesan yang tidak baik tentang dirinya. “Santai aja, lagian yang datang cuma orang-orang terdekat tante gue doang kok. Dan satu lagi, gak perlu kasih hadiah apapun.” Athena hanya cemberut. Nasi sudah menjadi bubur, yang bisa ia lakukan hanyalah membuat bubur itu menjadi special untuk dinikmati. Dengan perasaan sedikit merasa bersalah karena terkesan tidak menghargai acara yang telah disiapkan, Athena melangkahkan kaki mengikuti pegawai restoran yang mengarahkan mereka berdua menuju ruangan yang telah disiapkan. Di ruangan tersebut sudah ada beberapa orang yang sedang berbincang santai. Di luar dugaan Athena, para tamu undangan yang lain juga tidak mengenakan pakaian formal, melainkan pakaian casual seperti dirinya. Ada seorang perempuan anggun yang sedang berdiri di depan meja utama. Perempuan itu mengenaikan dress simple selutut berwarna merah maroon dengan rambut panjang yang dijepit tengah. Ya, ia adalah Tira. Tira langsung tersenyum ramah begitu melihat Archen memasuki ruangan dengan seorang gadis. Tanpa basa-basi Archen langsung mengenalkan Athena kepada sang tante, “Tante, ini Athena”, “Na, kenalin ini tante gue, Tante Tira namanya.” Lanjut Archen. Tanpa canggung keduanya langsung melakukan cipika-cipiki. “Oh, ini yang namanya Athena. Makasih ya sayang, karena udah bantuin Archen pilih hadiah, tante suka banget sama blazernya. Selera kamu ok banget, Athena!” Athena sedikit terkejut melihat Tante Archen yang sangat humble, berbeda sekali dengan keponakannya. “Iya, tante, sama-sama. Sebenarnya Athena khawatir tante gak suka, tapi syukurlah ternyata tante suka sama blazernya.” Athena tersenyum ramah. Senyum yang selalu terukir di bibirnya. Senyum yang selalu menghangatkan suasana. Dari tatapan mata dan raut wajah Athena, Tira dapat melihat bahwa gadis itu adalah gadis periang dan ramah dengan hati yang tulus. Sementara bagi Athena, sejak pertama kali melihat Tira, perempuan itu memiliki kesan sebagai wanita karir yang mandiri, percaya diri, humble, dan berwawasan luas. Tipikal wanita karir elegant ala ibukota. Benar kata Archen, tamu undangan yang hadir hanya sepuluh orang. Tentu mereka semua adalah orang-orang terdekat Tira, mungkin hanya Athena saja yang saat itu baru mengenal Tira. Saat semua tamu sudah hadir, acarapun di mulai. Di meja utama sudah ada Tira, Archen, dan Bi Ijah, serta MC yang akan memandu acara malam itu. Acara dibuka dengan kata-kata sambutan dari Tira yang mengucapkan terima kasih karena telah hadir dalam acara tersebut. Lagu Happy Birthday pun diputar, semua orang yang ada di ruangan menyanyi bersama, dilanjut dengan tiup lilin dan potong kue. Potongan kue pertama tentu diberikan kepada keluarga Tira satu-satunya, Archen. Seperti acara ulang tahun pada umumnya, terakhir, akan ada sesi doa bersama untuk mendoakan segala hal baik untuk yang sedang berulang tahun. Hanya itu acara intinya. Sekarang semua tamu undangan sudah dipersilahkan untuk menikmati makan malam dengan berbagai menu yang telah dihidangkan. Dari mulai appetizer, main course, hingga dessert. Acara dengan tema intimate memiliki beberapa kelebihan, seperti interaksi antara pemilik acara dengan tamu undangan terjalin sangat dekat, suasana yang tercipta tetap hangat dan nyaman, antara tamu undangan yang satu dengan tamu undangan lainnya saling mengenal sehingga tidak canggung, dan yang terpenting acara tidak perlu dilakukan secara formal dan kaku. Athena memilih untuk mencoba Chicken Cordon Bleu sebagai makanan utama. Daging ayam lembut bersatu dengan beef dan keju yang dibalut dengan tepung crispy membuat Athena sangat menikmati makan malamnyam, sementara Archen memilih untuk makan Fettucine Creamy Sauce. Beberapa lagu dengan tema kebahagiaan diputar sepanjang acara. Tamu undangan saling bercanda, mengobrol, bernyanyi, dan terakhir adalah sesi foto bersama. Setelah foto dengan semua sahabat dan rekannya, Tira memanggil Archen dan Athena untuk berfoto. Beberapa kali mereka bertiga berfoto, hingga akhirnya Tira berinisiatif agar Archen foto berdua dengan Athena. “Nah, sekarang gantian, Sen foto sama Athena ya.” “Eh?” Athena sedikit canggung. Sang photograper memberi arahan kepada Archen agar mendekat dengan Athena. Entah ada angin apa, ia langsung merangkul Athena dan foto pun diambil sebanyak tiga kali. Athena hanya diam dan tersenyum, tak menyangka kalau Archen akan merangkulnya. Di ujung sana, Tira tersenyum penuh arti melihat perubahan baik yang ada dalam diri keponakannya. Acara selesai pukul sembilan malam. Archen mengantar Athena pulang tanpa diminta oleh siapapun. Sesampainya di rumah, Athena merasa ada sesuatu yang janggal. Sejak pertama kali melihat Tante Tira, Athena merasa wajahnya sangat tidak asing, seolah ia pernah melihat Tante Tira sebelumnya. Beberapa saat kemudian Athena menyadari bahwa ia pernah melihat Tante Tira di ruang kepala sekolah. Ya, di hari pertamanya pindah ke SMA Pelita Bangsa. Athena ingat betul kalau waktu itu Tante Tira sedang melakukan pembicaraan yang cukup serius dengan Ibu Kepala Sekolah. Tapi untuk apa Tante Tira ke sekolah? Apakah ada sesuatu mengenai Archen yang ia tidak tahu? Benar, hingga saat itu Athena belum tahu apa-apa tentang Archen dan masa lalunya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN