TIGA BELAS

1221 Kata
Dua hari setelah kegiatan study lapangan, Athena sudah kembali masuk sekolah. Beberapa teman sekelasnya langsung menanyakan kabar Athena. Meskipun anak baru, gadis itu sudah akrab dengan seluruh murid yang ada di kelas. Sejak dulu Athena tidak pernah pilih-pilih teman. Malah jika ada teman yang tergolong “pendiam”, ia akan terus mendekati dengan caranya, hingga tak heran semua teman-teman Athena merasa nyaman saat sedang dengannya. Bagi Athena, berteman bisa dengan siapa saja. Tugas kita adalah menyaring diri, jika seorang teman melakukan sesuatu yang buruk, kita jangan sampai terpengaruh. Tugas kita cukuplah menasihati, kita juga tak berhak untuk menghakimi orang lain. Pasti ada alasan tertentu mengapa seseorang melakukan sesuatu.             Dean yang pertama kali memeluk dan menyambut kedatangan Athena kini sudah asik menggambar di buku jurnalnya. Sementara Athena sedang mengobrol dengan beberapa teman sekelasnya mengenai study lapangan, Kheanu tiba-tiba saja menghampiri meja Athena. “Lo kok gak bilang sih kalau hari ini udah masuk? Untung aja gue gak jadi bolos.” “Hah? Lo hari ini niat bolos?” tanya Athena. Dean menghentikan gambarnya, “Hari ini kan hari Kamis, Na, ada bahasa Inggris.” “Ya ampun, lo masih gak suka sama pelajaran bahasa Inggris?” “Susah, Na, gue mending disuruh bersihin toilet sekolah deh daripada praktik bahasa Inggris.” “Kenapa lo gak les?” “Ih sayang duitnya, otak dia kan tumpul, Na, kecuali ada orang yang mau ngajarin dia bahasa Inggris secara gratis.” Celoteh Dean. Sejak tahu kalau sahabatnya menaruh perasaan pada Dean, Kheanu kini lebih berhati-hati dalam bersikap. Ia tidak mau menyakiti hati sahabatnya. Oleh karena itu, Kheanu kini tak akan menganggap serius ucapan Dean. Dean sedikit bingung mengapa Kheanu tak membalasnya. “Nah bener tuh, jadi gimana kalau lo aja, Na, yang ngajarin gue bahasa Inggris? Bayarannya gue beliin es campur Bu Jum deh.” “Gue?” tanya Athena heran. Dean hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahnya Kheanu. Sejak awal Dean sudah tahu kalau Kheanu menaruh perasaan pada Athena. “Heemmmm, boleh deh, itung-itung amal.” Jawab Athena. Kheanu senang bukan kepalang mendengar jawaban Athena. Mereka pun memutuskan untuk belajar bahasa Inggris bersama setiap hari Jumat sepulang sekolah. Dean yang tidak terlalu suka belajar, menolak untuk bergabung saat Athena mengajaknya. Perihal tempat belajar, mereka memutuskan untuk tentatif, maksudnya adalah mengikuti situasi dan kondisi. Bisa di rumah Athena, di kantin, di lab bahasa Inggris sekolah, atau mungkin….di perpustakaan, ya walaupun keduanya tak yakin apakah mereka akan betah berlama-lama di perpustakaan. Kheanu merasa hubungannya dengan Athena semakin dekat, namun ia tak ingin membuat gadis yang disukainya itu merasa tak nyaman. Itulah sebabnya Kheanu melakukan berbagai upaya “halus” untuk mendekati Athena. Sementara Athena menganggap Kheanu adalah salah satu teman yang sepertinya akan menjadi sahabat baik. Lahir sebagai anak tunggal membuat Athena haus akan sosok sahabat, ia merasa Kheanu dan Dean adalah seseorang yang pantas dijadikannya sahabat. Sementara sosok lain yang sejak awal sudah mendapat perhatian khusus dari Athena, tidak tahu akan berperan sebagai apa dalam hidup Athena. Sebab ia adalah seseorang yang hidupnya penuh dengan rahasia. Seseorang yang tidak pernah berbagi cerita. Seseorang yang tak pernah berbagi rasa sakit. Saat jam istirahat Athena memutuskan untuk menemui Bu Siska di ruang guru. Gadis itu menanyakan perihal tugas paper study lapangan. Bu Siska mengatakan kepada Athena bahwa ia boleh membuat paper berdasarkan hasil riset dari buku, jurnal, maupun internet, dan harus dikumpulkan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Namun jika Athena tetap ingin mengunjungi Observatorium Bosscha, maka Bu Siska akan memberi perpanjangan waktu selama seminggu. Athena pun memutuskan untuk memilih opsi yang kedua, ia sangat ingin berkunjung ke Bosscha. Perihal perginya dengan siapa, ia akan memikirkannya nanti. Athena kemudian menceritakan keputusannya pada Dean dan Kheanu saat mereka sedang makan siang di kantin. Sejak kedatangan Athena dan sejak Kheanu tahu bahwa Dimas menyukai Dean, hubungan antara Kheanu dan Dean kini semakin membaik. Tak jarang mereka makan bersama saat jam istirahat. “Butuh temen gak, Na, buat ke sana?” tanya Kheanu. “Jangan-jangan! Gue gak rela lo berduaan ke Bandung sama si Kheanu!” “Hahahaha, gak perlu kok, Nu, gue kayaknya pergi sama bunda atau Mas Faiz.” “Mas Faiz?” tanya Dean dan Kheanu bersamaan. “Iya, oh iya gue belum pernah cerita sama kalian ya. Mas Faiz itu kakak sepupu gue, dia sekarang udah kuliah.” “Ganteng gak, Na?” tanya Dean semangat. “Yeh, kecentilan banget sih lo. Lagian ngapain jauh-jauh sama mahasiswa, sama yang deket-deket aja sih.” Ucap Kheanu. Sebenarnya itu adalah sinyal agar Dean menanggapi perasaan Dimas. “Yeh, biarin, suka-suka gue.” “Lagian nih ya, De, daripada sibuk mengejar orang yang lu suka, lebih baik fokus sama orang yang suka sama lo.” Dan itu adalah kode tersembunyi dari Kheanu untuk Athena. “Nu, berisik banget sih lo.” Ucap Dean, ia kini beralih pada Athena, “Na, plis kapan-kapan kenalin gue ke Mas Faiz, ya!” “Iya, iya.” Jawab Athena. Kheanu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Dean, sebab ia langsung teringat Dimas. Sedih banget sih nasib lu, Dim, pikir Kheanu. ****** Sesampainya di rumah Athena langsung berbicara pada sang Bunda mengenai rencananya untuk pergi ke Bosscha. Namun tiba-tiba Bunda Athena mengatakan bahwa dirinya tidak bisa menemani Athena karena saat itu sudah memasuki masa ujian tengah semester di kampusnya. Sehingga sang bunda harus menyiapkan soal-soal ujian serta menjadi pengawas setiap harinya, dan di akhir pekan adalah waktunya untuk mengoreksi jawaban dari para mahasiswa. Tapi begitulah Athena, ia tidak marah atau kecewa sedikitpun dengan sang Bunda, ia mencoba untuk memaklumi kesibukan bundanya. Athena tahu sang Papa juga tidak akan bisa menemani, oleh karena itu ia langsung menghubungi Mas Faiz. Saat Athena menelpone Mas Faiz, ada suara perempuan di dekat kakak sepupunya. “Hemmm…bentar liat jadwal mas dulu ya….” Tiba-tiba saja Athena mendengar suara perempuan berkata, “Inget lho ya, kamu harus nemenin aku beli barang-barang buat persiapan lomba.” Saat itulah Athena tahu bahwa perempuan itu adalah pacar Mas Faiz. Dalam urusan percintaan, Mas Faiz memang tidak pernah bercerita pada Athena. Kakak sepupunya itu sangat tertutup untuk urusan percintaan. Walaupun kalimat yang diucapkan oleh pacarnya Mas Faiz terdengar sedikit menyebalkan, tapi Athena berusaha untuk tidak tersinggung. “Oh, yaudah gak apa-apa, Mas, Athena nanti sama temen aja deh perginya.” “Maaf ya, Na, tapi nanti Mas kabarin lagi ya, Mas usahain supaya bisa anterin kamu.” “Iya Mas, santai, see you kalau main-main ke rumah.” Athena kemudian menutup telephonenya. Gadis itu terus memikirkan harus pergi dengan siapa, ia pun mempertimbangkan tawaran dari Kheanu, tapi kemudian berpikir bahwa itu bukanlah pilihan yang tepat. Athena pun memutuskan untuk mengajak Dean, namun sahabatnya itu berkata bahwa ia sama sekali tak menyukai tempat semacam Bosscha, membosankan, katanya. Dean justru menyarankan kepada Athena agar ia tak pergi ke Bosscha dan menulis laporan dengan hasil riset saja. Tentu itu bukan jawaban yang Athena inginkan. Ia pun terus memikirkan kira-kira siapa lagi yang harus dihubungi, saat itulah ponsel Athena bordering. Terdapat telephone masuk dari nomor yang tak dikenal. “Hallo?” ucap Athena. “Ini gue Archen.” Athena melihat nomor yang ada di layar ponselnya, itu memang nomor yang asing bagi Athena, ia sedikit bingung, padahal selama ini Archen tak pernah mau memberitahukan nomor telpone padanya, sekarang malah lelaki itu yang menghubungi Athena duluan, “Eh…beneran Archen? Kenapa, Sen?” “Gue cuma mau nanya, buku yang bahas sejarah Parthenon udah selesai dipake belum? Denda yang harus gue bayar udah banyak nih.” Athena mengingat-ngingat buku yang Archen maksud, hingga ia sadar bahwa belum mengerjakan tugasnya sama sekali, “Oh iya, itu minjemnya pakai kartu lo ya? Aduh, maaf Archen gue lupa belum ngerjain tugasnya. Gue janji besok gue balikin ke elo.” Jelas Athena. “Ok, ketemuan di perpustakaan aja ya pas jam istirahat.” “Siap, see you tomorrow, Archen.” Goda Athena. Lelaki itu tidak menghiraukan perkataan Athena, ia langsung menutup telponenya. Sementara Athena hanya mengendikkan bahu, gadis itu seolah sudah mulai terbiasa dengan sikap Archen.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN