3. Kenyataan

1235 Kata
Kennatria Wijaya, nama yang diberikan oleh kedua orangtuanya yaitu Anyelir dan Wijaya Kusuma. Hanya saja Bunda, begitu dia biasa menyapa wanita yang telah melahirkannya, dan beberapa keluarga biasa memanggil lelaki itu dengan sebutan Ken atau ada juga teman-temannya yang menyebut dengan nama Keenan. Papanya seorang seniman, Wijaya Kusuma namanya. Sejak Ken duduk di bangku sekolah menengah atas, kedua orangtuanya telah bercerai. Dan saat lulus sekolah Ken memutuskan mengikuti papanya tinggal di Australia. Ken hidup di sana bersama keluarga barunya yaitu mama tiri juga adik tiri karena papanya telah menikah lagi dengan warga negara Australia itu. Baru beberapa bulan yang lalu Ken kembali ke Indonesia setelah menetap tujuh tahun lamanya di Australia. Rasanya seperti memulai hidup baru di sini. Dia pun mulai meniti karir di salah satu perusahaan property di daerah Surabaya. Sepertinya dewi fortuna sedang berpihak kepadanya. Pasalnya wanita yang telah menjadi kekasih Ken sejak tujuh tahun yang lalu, sekarang dipertemukan kembali dengannya di kantor yang sama tempatnya bekerja saat ini. Wanita yang masih dia cintai, tapi sayangnya dia telah meninggalkannya demi mengejar cita-cita menjadi seorang arsitek. Kalian pasti tau betapa Ken sangat bahagia dan rasanya dia sudah tak sabar ingin segera melamar wanita pujaan hatinya. Tak akan ia lepaskan lagi wanita yang selama ini selalu menjadi bayang-bayang hidupnya. Bahkan karena wnaita itu juga hingga saat ini Ken masih berstatus single lebih tepatnya lagi jomlo. Namun, takdir berkata lain. Kenyataan yang baru ia dapatkan sungguh sangat menyakitkan. Hatinya hancur saat mengetahui jika wanitanya ternyata sudah menikah. Dan laki-laki yang beruntung meminang wanita itu juga bukan lelaki sembarangan. Malvino Revaldy, seorang CEO Revaldy'S company. Perusahaan tersebut merupakan partner kerja PT. Jaya Konstruksi tempat di mana Ken bekerja saat ini. Bisa dikatakan perusahaan di mana dia bernaung melakukan joint venture dengan perusahaan milik Malvino Revaldy. Jujur Ken sedikit minder jika harus bersaing dengan pria itu. Ken hanyalah seorang arsitek muda yang baru meniti karir. Sedangkan Malvino sudah menjabat sebagai seorang CEO. Patah hati, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi Ken saat ini. Bahkan selama di kantor Ken selalu menjaga jarak dengan Aira, cinta pertama yang masih dia harapkan hingga detik ini.   (Kisah cinta Aira, Malvino juga Ken bisa dibaca di story yang berjudul Aira)   *** Saat ini Ken sedang berada di Jogja. Bukan karena dia melarikan diri dari kenyataan, melainkan karena Ken harus menemani Bunda datang ke acara pernikahan anak Pakde Samsul, kakak lelaki Bunda Anyelir. Hitung-hitung sembari refreshing sejenak agar pikiran kembali tenang. Dia tinggalkan gedung resepsi pernikahan saudara sepupunya yang kini tengah menikah. Melihat begitu banyak orang di dalam gedung membuat Ken serasa sesak. Mungkin tak ada salahnya jika dia keluar sebentar. Hanya sekedar jalan-jalan di sekitar sini. Jogja di malam hari tak akan sepi. Kuliner malamnya Jogja yang menjadi favorit semua orang. Ken memakai mobil milik Dio. Dio adalah anak lelaki Pakde Samsul. Kakak dari saudara sepupunya yang lain, yang saat ini menikah. Sebenarnya niatnya hanya ingin putar-putar keliling kota mencari udara segar. Namun, sepertinya kondisi tak bersahabat dengannya. Mendadak mobil yang Ken pakai mogok. Untung saja sedikit banyak Ken mengerti mengenai permobilan. Jadi dia merasa tak kesulitan untuk menemukan penyebab mogoknya mobil milik Dio. Setelah berkutat dengan mobil Dio, tenggorokan pria itu terasa kering. Melihat ada minimarket tak jauh dari tempatnya saat ini. Ken meninggalkan mobil dan berjalan kaki menuju minimarket untuk membeli air mineral dan minuman dingin. Baru akan membuka pintu minimarket saat tiba-tiba ada yang mendorong keluar pintu tersebut dari dalam, pertanda jika ada seseorang yang berada di dalam minimarket tersebut berniat untuk keluar. Brukk   Tubuh Ken bertubrukan dengan seorang gadis dan membuatnya hampir terjerembab. Reflek pria itu segera menahan pinggang ramping gadis itu. "Ah, maafkan saya, Mbak. Saya tidak sengaja." Ken meminta maaf pada gadis itu karena merasa bersalah telah menubruknya. Namun, dengan tiba-tiba gadis itu mendorongnya dan berlari meninggalkan minimarket. Untuk beberapa detik Ken masih diam mematung menatap kepergian gadis itu, hingga dia menyadari jika ada kantung belanjaan yang terjatuh di atas lantai. Pria itu mulai memungut beberapa bungkus snack dan memasukannya kembali ke dalam kantong belanja hingga matanya tertuju pada benda berwarna pink yang ikut terjatuh di bawah kantong belanjaan. Sebuah dompet yang Ken yakini adalah milik gadis tadi. "Mbak! Tunggu! Berhenti!" teriak Ken saat melihat gadis itu sudah berada di pinggir jalan tak jauh dari minimarket. Gadis itu menoleh, tapi secepat kilat berusaha berlari menjauh. Terlihat dari caranya menatap seperti ketakutan. Ken mengernyit tak mengerti hingga saat dia sadar memutuskan untuk mengejarnya saja untuk mengembalikan barang-barang milik gadis itu. Hampir saja Ken berhasil menggapai lengan gadis tak dikenalnya itu, tiba-tiba saja gadis itu meluruh jatuh di atas trotoar. Ken kira gadis itu terjatuh karena tersandung, tapi ternyata dugaannya salah. Gadis  itu pingsan. "Mbak ... Mbak ... Mbak kenapa?" tanya Ken mulai panik. Dengan berani pria itu berusaha menggoyangkan lengan gadis itu dengan harapan agar gadis itu segera tersadar dari pingsannya. Ternyata gadis itu tetap tak bergeming. Ken melirik suasana sekitar yang terlihat sepi padahal baru jam delapan malam. Akhirnya ia pun memutuskan untuk membawa tubuh ramping itu ke dalam gendongan dan memasukkannya ke dalam mobil milik Dio. Jujur saja saat ini Ken tengah panik dan bingung mau berbuat apa. Antara membawa gadis itu ke rumah sakit atau ia antar pulang ke rumah. Tiba-tiba Ken teringat akan dompet yang tadi terjatuh. Dengan lancang Ken berusaha membuka dompet itu dan mencari identitas yang mungkin ada di dalamnya. Benar saja dugaannya, terdapat sebuah identitas atas nama Danisha Revaldy. Tertera alamatnya juga di situ. Hanya saja Ken tidak paham dengan daerah Jogja. Memiliki sebuah ide dengan mengambil ponsel yang ada di saku celana dan mencari bantuan  pada aplikasi google. Ia buka  google map dan mengetikkan alamat sesuai yang ada pada e-ktp dan ternyata alamat itu tak jauh dari tempatnya saat ini. Dengan mantap Ken mulai menjalankan mobil mengikuti petunjuk jalan dari ponsel miliknya.   Berkat bantuan GPS akhirnya Ken sampai juga setelah memakan waktu sekitar dua puluh menit untuk berputar-putar mengikuti instruksi si embak yang bersuara merdu pada GPS miliknya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Posisi saat ini Ken sedang berhenti di pinggir jalan kecil seperti jalan perkampungan. Dia jadi bingung alamat yang dimaksud itu berada di kanan atau kiri jalan. Di kiri jalan terlihat ada gerbang selamat datang, tapi di situ tidak ada papan tulisan seperti sebuah nama perumahan atau nama sebuah desa. Di samping kanan Ken lihat ada rumah warga yang bederet rapi dan tak jauh dari situ ada sebuah ruko. Jadi bingung, kan? Belum lagi jika menurut GPS lokasi yang ia tuju ada di daerah sini. Ken sudah berniat hendak keluar mobil untuk bertanya pada siapa pun yang ada di sekitarnya. Melirik gadis yang duduk disampingnya dan masih betah dengan posisi pingsannya. Keringat keluar dari pori-pori kulitnya padahal suhu AC di dalam mobil cukup dingin. Gadis itu nampak gelisah dalam pingsannya. Ken yang semakin panik akan kondisi gadis itu berusaha menggoyang lengannya cukup pelan. Namun, tak ada reaksi. Justru gadis itu terihat semakin cemas. Dia pun mulai ikut cemas. Ken mengubah posisi duduknya jadi menghadap pada gadis itu dan menepuk pipinya. Perlahan kelopak mata gadis itu bergerak-gerak. Ken menepuknya sekali lagi berharap sang gadis segera sadar agar dapat dia tanyai. "Mbak ... Mbak ... Mbak enggak apa-apa, kan?" tanya Ken sepelan mungkin. Mata itu akhirnya terbuka dan gadis itu mulai mengerjab berusaha menyesuaikan dengan cahaya remang-remang di dalam mobil. Ken tersenyum lega karena pada akhirnya gadis itu sadar juga. Belum juga sempat berucap syukur, Ken sudah dikejutkan oleh teriakan melengking gadis itu. "Aaakkk!"     Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN