Chapter 1

1387 Kata
Bagaimana rasanya menikah dengan bunglon? Mungkin itu yang akan dirasakan oleh mahasiswi cantik jurusan kedokteran bernama Rachelta Natasya. Dia harus menikah bukan di dasari oleh cinta. di usianya yang sekarang masih 23 tahun ia harus menerima kenyataan jika dirinya harus dijodohkan karena wasiat dari Ayahnya yang meninggal lima bulan lalu. Dan ada satu lagi alasannya adalah karena kondisi keuangan keluarga yang masih belum stabil, dan semakin memburuk membuat Rachelta harus cepat melangsungkan perjodohan ini. Sedangkan calon Suaminya adalah seorang CEO muda yang tampan dan berbakat, dia mewarisi perusahaan Ayahnya. Tapi sifatnya yang berubah-ubah terkadang membuat Rachelta merasa jika dirinya menikah dengan bunglon                                                                                                   ***             Sepasang pria dan wanita yang baru saja memasuki apartemen baru mereka. Mereka berdua baru saja resmi menjadi sepasang Suami dan Istri beberapa jam yang lalu "Di mana kamarku?" Rachelta membuka suara saat baru sampai di ruang tamu. "Apa maksudmu kamarku? Tidak ada kamarku dan kamarmu, yang ada cuma kamar kita." ucap Edgar datar lalu pergi ke kamar yang di maksud. "Dasar manusia batu." gumam Rachelta saat Edgar sudah pergi, lalu ia pun menyusul pria itu ke tempat yang ia yakini adalah kamar mereka. Rachelta pun memutuskan untuk membersihkan dirinya setelah baru masuk ke kamar mereka. Setelah selesai mandi, wanita itu duduk di tepi ranjang sebelah kiri, dan tidak lama setelah itu Edgar juga ikut merebahkan tubuhnya, pria tersebut langsung tidur di sisi kanan tanpa bicara sepatah kata pun. "A...aku akan tidur di sofa, kau tidur yang nye...nyak." ucap Rachelta gugup sambil berdiri. "Kenapa? Tidak usah gugup dan tidur di sini dengan tenang." ucap Edgar lalu menutup matanya Rachelta pun menurut dan langsung tidur di samping Edgar dengan gugup, dan setelah beberapa lama ia pun juga ikut tertidur.   Pukul: 07.18.           Rachelta mulai membuka matanya sedikit demi sedikit untuk mengimbangi cahaya pagi yang masuk melalu cela-cela jendela kamarnya. Wanita itu menggeliat kan badannya pelan Ia akan duduk tapi sesuatu yang berat terasa di pinggangnya. Rachelta berbalik dan mendapati Edgar yang sedang memeluknya dari belakang, wajah pria itu sangat dekat, bahkan deru nafasnya pun terasa di wajah cantik milik Rachelta. Rachelta memegangi dadanya yang seketika bisa merasakan detak jantunya yang tidak normal. Pandangannya tidak bisa lepas dari wajah damai Edgar yang masih tidur. Di sisi lain Edgar mulai membuka matanya sedikit demi sedikit, sedetik kemudian ia terkejut saat Rachelta berada di depannya dengan posisi yang sangat dekat. Rachelta juga terkejut dan dengan cepat ia memundurkan tubuhnya sambil memandang Edgar dengan gugup. "Ma...maaf." ucap Rachelta terbata, ia takut Edgar salah sangka dan marah. "Apa kau melakukan kesalahan?" tanya Edgar. "Tidak." balas Rachelta sambil menunduk. "Lalu kenapa kau minta maaf?" tanya Edgar, lalu beranjak meninggalkan Rachelta di tempat tidur.                                                                                                   ***   Pukul: 08.30.           Karena merasa jika tidak akan ada yang mereka lakukan jika di apartemen, jadi keduanya memutuskan untuk tetap kuliah dan bekerja. Rachelta dan Edgar sudah sampai di kampus Rachelta, karena keduanya sekarang sudah menikah, itu artinya mereka sekarang akan selalu berangkat bersama. "Nanti aku akan menjemputmu." ucap Edgar. "Iya. Hati-hati di jalan." balas Rachelta yang hanya diangguki oleh Edgar. Setelah itu Edgar menjalankan mobilnya dan meninggalkan Rachelta di depan kampus. Rachelta tersenyum senang karena dirinya sekarang tidak perlu menunggu bus lagi, karena Edgar akan selalu mengantar jemputnya setiap hari Wanita itu berjalan masuk, lalu menghampiri Tania saat melihat sahabatnya itu duduk di bangku kantin. "Rachel." sapa Tania saat Rachelta duduk di depannya "Hai." balasnya. "Bagaimana?" tanya Tania sambil tersenyum jail. "Apanya?" tanya Rachelta balik karena tidak mengerti maksud dari pertanyaan sahabatnya barusan. "First night." jawab Tania sambil tersenyum lebar. "Oh." balas Rachelta acuh. "Kenapa hanya oh? Ceritakan cepat." ucapnya tidak sabar. "Tidak ada yang harus di ceritakan." balas Rachelta. "Maksudmu?" tanya Tania bingung. "Kau seperti tidak tahu pria batu itu, dia kemarin tidur dengan tenang dan tidak ada kata FIRST NIGHT." jawab Rachelta dengan menekankan kata first night. "Aku curiga." ucap Tania. "Curiga apa?" tanya Rachelta. "Kalau dia bukan pria normal." ucap Tania sambil membayangkan dan pura-pura geli. "Itu bisa jadi." balas Rachelta dengan polosnya yang mampu membuat Tania tertawa. "Ayo ke kelas dan jangan pikirkan ucapanku tadi. Aku hanya bercanda." ucap Tania dan Rachelta hanya menurut.   Pukul: 12.30.   Rachelta sedang menunggu Edgar untuk menjemputnya, sedangkan Tania pulang lebih dulu karena sudah di jemput oleh kekasihnya. "Hel." sapa Ghazy. Rachelta yang merasa terpanggil pun menoleh dan menemukan Ghazy yang sekarang sedang berdiri di sampingnya. "Hai." balas Rachelta sambil tersenyum. "Sedang menunggu siapa?" tanya Ghazy. membalas senyum Rachelta. "Edgar." jawab Rachelta singkat "Rachelta, kau tidak bahagia dengan pernikahan inikan?" tanya Ghazy yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Rachelta "Bahagia atau tidak bahagia harus tetap aku jalani, lagi pula ini tidak buruk dan aku akan menyukainya." balas Rachelta ketus. "Aku masih menunggumu." ucap Ghazy dengan tatapan sendu. "Sudah hentikan. Hubungan kita sudah berakhir." balas Rachelta kesal. "Aku akan membuatmu kembali padaku" ucap Ghazy. "Ghazy ka-" "Rachelta." ucapan Rachelta terhenti saat suara itu menghentikan-nya, ya suara itu adalah Edgar. "Apa kau menunggu lama?" tanya Edgar. Pria itu memutuskan untuk mencoba akrab dengan Rachelta saat ini, Bagaimanapun juga Rachelta adalah Istrinya sekarang. "Tid-" "Seharusnya kau yang menunggu dan bukan perempuan yang harus menunggu." sela Ghazy cepat. Edgar menatap lelaki di samping Rachelta dengan tatapan heran, karena dirinya merasa jika dia terlihat kesal saat melihat dirinya. Edgar berpikir mungkin dia menyukai Rachelta, atau dia memang pacar Rachelta? Entahlah Edgar juga tidak tahu, jadi dirinya tidak mau menduga-nduga. "Kita harus pulang cepat untuk siap-siap." ucap Edgar menghiraukan pria itu "Siap-siap untuk apa?" tanya Rachelta bingung. "Honeymoon" jawab Edgar santai. Rachelta dan Ghazy yang mendengarnya pun langsung membelalakkan mata tak percaya. "Aku tidak salah de-" "Tidak, kau tidak salah dengar dan penerbangan kurang 3 jam lagi, jadi ayo cepat." ucap Edgar lalu menarik tangan Rachelta agar celat masuk ke mobilnya. Ayah Edgar memberikan hadiah pernikahan untuk mereka. Honeymoon selama satu minggu ke pulau Bali.                                                                                                   ***   Rachelta dan Edgar memasuki hotel yang sudah di pesanannya oleh Ayah Edgar, mereka baru saja sampai di Bali. "Lelahnya." ucap Rachelta sambil menghempaskan tubuhnya di tempat tidur hotel. "Ganti bajumu, baru setelah itu tidur." suruh Edgar yang sudah mengganti bajunya terlebih dulu. Rachelta pun berdiri walaupun sedikit malas karena baru saja tubuhnya bisa istirahat di tempat tidur, tapi bagaimana pun ia tidak boleh membantah walau itu sekatapun.   Pukul : 21. 00   "Kak, berapa lama kita di sini?" tanya Rachelta sambil berbaring di sebelah Edgar. "Satu Minggu." balas Edgar seadanya tanpa menatap Rachelta, ia hanya fokus dengan majalah yang sedang di bacanya. Rachelta yang mendengar jawaban singkat dari Edgar pun hanya bisa diam dan memilih untuk melihat langit-langit kamar. Niatnya supaya bisa berbicara lebih banyak denfan pria itu pun ia urungkan. Edgar meletakkan majalah yang sudah ia baca ke atas nakas dan beralih menatap Rachelta. "Tidur." ucap Edgar. "Aku belum bisa tidur." balas Rachelta. "Katanya lelah?" tanya Edgar. "Hem." balas Rachelta. Lalu suasana hening pun menyelimuti mereka kembali, karena sampai saat ini mereka masih merasa canggung bahkan hanya untuk bicara sekalipun rasanya sulit sekali. Rachelta sudah mencoba untuk akrab tapi Edgar tetaplah manusia batu dan susah untuk di mengerti jalan pemikiran dan sifat yang kadang tak menentu. "Apa kau lapar?" tanya Edgar memecah keheningan "Kita baru makan satu jam yang lalu Kak, jadi mana mungkin aku lapar sekarang." jawab Rachelta dan diangguki oleh Edgar. "Rachelta." panggil Edgar. "Iya?" balas Rachelta. Edgar mendekat, lalu langsung menindihi Rachelta yang sedang membelalakkan matanya tidak percaya atas perlakuan Edgar yang bisa di bilang sangat mengejutkan. Tanpa menunggu lama ia pun mencium bibir Rachelta dengan lembut dan penuh perasaan. Sedangkan Rachelta, ini adalah kedua kalinya dirinya dicium oleh Edgar, yang pertama saat mereka baru resmi menikah. Lama-lama Rachelta terbuai atas ciuman pria itu, ia menutup matanya dan membalas ciuman Edgar yang terasa sangat manis baginya. Mereka pun melepas ciuman manis itu saat merasa kehabisan oksigen, dan setelah itu sibuk mengatur nafas masing-masing supaya bisa bernafas dengan teratur. Edgar menatap dalam mata Istrinya itu, ia tersenyum kecil saat melihat pipi Rachelta bersemu merah "Kak." Rachelta bersuara dengan gugup. Edgar langsung mendudukkan diri di samping Istrinya itu, lalu membersihkan bekas ciumannya di bibir Rachelta, ia masih tersenyum entah untuk apa. Tanpa disadari oleh Edgar, Rachelta sedang terpesona sekarang ini karena bisa melihat wajah pria itu yang sedang tersenyum. "Sekarang tidurlah ini sudah malam." ucap Edgar. Ia membaringkan tubuhnya dan memeluk Rachelta dengan erat. Membiarkan wanita itu untuk tidur di d**a bidangnya. Rachelta menutup matanya, ia menyukai sikap manis Edgar sekarang ini, dirinya harap sikap pria itu tidak berubah-ubah. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN