“Nek, mau ke mana lo?” Lamunan Zia buyar ketika mendengar suara cempreng sahabatnya yang tak lain Meta berteriak ke arahnya. Gadis itu mengernyit mendapati ketiga sahabatnya sedang berkumpul di teras salah satu rumah warga yang menjadi tempat menginap mereka. Mengerucutkan bibir, Zia menghampiri ketiganya sambil menggerutu, “Nak Nek Nak Nek! Sejak kapan gue punya cucu kayak lo!” “Lah abis gue harus panggil lo apa lagi? Orang muka lo udah kayak nenek-nenek galau tingkat kabupaten gitu. Kerutan di sana-sini.” “Kambing! Siapa juga yang lagi galau,” timpal Zia tiba di hadapan ketiga sahabatnya, lantas duduk berhadapan dengan Meta. “Kambing mah enaknya di sate.” Mendangar kalimat yang tidak nyambung itu, Zia melempar tatapan sinis pada pria di sampingnya. “Wah ngomongin soal kambing, gue

