The Blood

1701 Kata
  "Serangga itu."   Drew terus menatap tajam pada Hiny yang berada di samping Britney. Sudah dua hari wanita itu mengikuti Britney kemana pun berada. Membuatnya kesal setengah mati karena merasa Hiny berusaha memonopoli Britney.   Bagaimana tidak, dari pagi hingga malam, Hiny selalu menempel pada Britney. Mengganggu segala sesuatu yang direncanakan Drew, yah walaupun semua semua rencananya terinspirasi dari novel. Tetap saja Drew merasa kesal.   Lihat saja sekarang, Hiny tengah asyik menyisir rambut pink Britney yang sepanjang lutut. Ingin sekali Drew menendang Hiny dan menggantikan posisinya untuk menyisir rambut Britney atau membakar penyihir menyebalkan itu hingga hangus. Sayangnya Britney justru sangat senang karena mempunyai teman yang merawatnya. Oleh karena itu Drew hanya bisa memberikan pelototan maut pada Hiny.   'Sabar-sabar, meski tanganku gatal ingin membakar wanita itu dengan api tujuh rupaku...ini demi kebahagiaan Britney. '   Adrian yang melihat tingkah laku ketiga orang itu hanya mendesah." Apa yang terjadi pada plot novel tentang dua orang gadis yang memperebutkan pria, kenapa berubah menjadi seorang pria dan wanita memperebutkan peri wanita...?" tanya Adrian dalam hati. Semua ini sangat menyimpang dari jalur normal percintaan.   Hiny bukannya tidak tahu jika Drew menatap dirinya dengan ganas, ia terpaksa menunda rencana untuk memanfaatkan Britney agar Drew memakan bagian tubuhnya.   'My Lord, cintaku. Jika kau terus memandangku dengan tajam kapan aku bisa memanfaatkan peri bodoh ini,' gerutu Hiny dalam hati.   'Aku harus berbuat sesuatu, ' pikir Adrian.   "My lord, untuk melepas penat alangkah baiknya jika kita mengunjungi club malam," usul Adrian. Daripada dia terus melihat wajah membunuh Drew yang ditujukan pada Hiny lebih baik dia mengajak Drew bersenang-senang.   Drew melirik ke arah Adrian, lalu kembali ke dua gadis yang asyik dengan kegiatan girl times.   'Sepertinya tidak ada cara memisahkan mereka, ' batin Drew.   Dia pun menuju lemari dan memilih pakaian. Sesaat kemudian dia keluar setelah rapi. Jaket yang terbuat dari serat bulu pheonik membingkai tubuh kekarnya dengan sempurna. Tak lupa sarung tangan yang berbahan sama--- yang berfungsi menahan kekuatan api yang ia miliki. Drew tampak angkuh dengan pesona iblis yang mematikan.   "Ayo, kita pergi."   'Iyes! '   Adrian langsung melepas dua kancing kemeja putih yang ia kenakan. Lengan bajunya ia tekuk hingga siku untuk memamerkan otot tangan yang kuat seperti besi. Rambut perak melawan gravitasi menambah kesan panas pada sosoknya yang rupawan. Bisa dipastikan jika mereka berdua adalah perpaduan fatal yang membuat histeris wanita yang melihatnya.   Mereka berdua keluar tanpa memberi tahu Britney. Drew cukup kesal karena hadirnya si pengganggu yang sialnya disukai oleh Britney. Àkhirnya Drew merasa Britney mengabaikan dirinya karena Hiny.   'Apa gadisku tidak mencintaiku?'   'Padahal dia adalah takdir yang yang dikirim untukku.'   Mencoba mengabaikan segala pikiran buruk, Drew naik ke mobil sport yang dikendarai oleh Adrian.   Adrian mengendarai Porce mengenakan kacamata hitam dan Adrian merasa siap menaklukkan wanita di klub nanti. Maklum pasangannya ada di dunia kegelapan jadi dia tidak bisa melepaskan hasratnya untuk sementara waktu.   Bagaimana tentang legenda seorang alfa memiliki satu pasangan seumur hidup? yup itu memang benar tetapi layaknya raja ia hanya memiliki satu ratu tapi ribuan selir dan Adrian adalah jenis alfa yang ini.   Hiny mengetahui rencana mereka berdua yang hendak pergi ke club Malam. Maka dia merasa ini waktu yang tepat untuk menjalankan rencananya. Dengan berlari kecil menuju kamar Britney ia mengambil botol plastik yang berisi darahnya dan kulitnya. Hiny tersenyum senang karena membayangkan jika dia berhasil membuat Drew meminum darahnya dan mengendalikan Drew.   'Aku harus tenang dan merayu peri bodoh itu, ' batin Hiny.   "Nona Britney, bagaimana jika anda belajar kehidupan manusia biasa sekarang," tanya Hiny yang menyembunyikan niat aslinya.   "Itu tidak buruk, tapi itu dimana? Apakah aku bisa mempelajari dunia manusia disana?"   "Itu tempat manusia bersenang-senang, jadi serahkan kepada saya."   Britney mengangguk. Memang benar dia merasa bosan karena dikurung di sini selama ini oleh Drew. Jika terus seperti ini maka ini tidak ada bedanya dengan dunia-peri.   >   Sesuai dugaan, kemunculan Drew dan Adrian menimbulkan jeritan rasa kagum para wanita di club malam. Mereka berpikir jika hidupnya selama ini sia-sia karena belum pernah melihat pria setampan mereka. Bahkan aktor film pun harus malu jika dibandingkan dengan dua pria panas yang baru datang itu.   Sayangnya mereka harus puas dengan hanya melihat Drew dan Adrian yang berada di ruang VIP. Terutama karena para bodyguard yang tidak membiarkan para wanita itu mendekat walau hanya sepuluh langkah. Padahal mereka berniat menghabiskan malam dengan pria tampan itu walaupun bergantian.   Melihat kerumunan orang yang bergerak menggila, mood Drew menjadi lebih buruk. Terutama karena para wanita yang berteriak histeris tanpa alasan saat melihat ke arahnya. Dia benar-benar ingin membakar mereka hidup hidup. Jika mungkin menyedot darah mereka hingga bersih. Jika dipikir Drew sudah tidak meminum darah manusia dalam kurun waktu yang lama. Mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk itu.   Tanpa disadari Drew, suasana club terjebak dalam keheningan. Munculnya gadis yang seolah mengeluarkan cahaya di tubuhnya menghentikan para pengunjung club dari aktivitas mereka. Bisik-bisik mulai terdengar diantara pengunjung.   "Ini hanya ilusi atau gadis itu seperti mengeluarkan cahaya pink?"   "Mungkin terlalu cantik jadi dia seperti mengeluarkan sinar."   "Yah pasti begitu."   "Tapi aku tiba-tiba merasa ingin beribadah."   "Benar, setelah melihat dia kenapa aku jadi ingin menjauh dari tempat ini."   Para pengunjung terus berbisik pada teman-temannya. Mereka melupakan acara minum atau menari yang lazim dilakukan di tempat seperti ini.   Hiny mengepalkan tangannya karena bisikan para pengunjung semakin terdengar jelas.   "Orang suci? Huh orang suci p****t mu," dengus Hiny. Beruntung suara musik begitu keras hingga ucapannya tidak terdengar Britney.   "Britney, bagaimana menurutmu?"   "Aku belum pernah melihat hal seperti ini sebelumnya."   "Hebat, bagaimana jika kita menari di sana," Hiny menunjuk tempat orang menari namun tidak se-liar seperti awal mereka datang.   "Baik.''   Britney berjalan menuju lantai menari. Dia bergerak acak dan meniru Hiny dalam menari. Sekali-kali ia melirik orang-orang yang bergerak di sekitarnya hanya untuk menjiplak gerakan mereka.   Di depannya Hiny bergerak dengan erotis. Dia ingin membuktikan jika dirinya lebih seksi dan menantang dari pada Britney. Jika Drew melihat ke arahnya itu berarti bonus dari tindakannya.   Di ruang VIP Adrian mati-matian menahan Drew yang akan membakar seluruh penghuni club karena cemburu. Mata Drew sudah berubah menjadi Amesty, kemarahan akibat merasakan hatinya dijilat api begitu tidak tertahankan.   "Dari pada marah lebih baik turun dan menari bersama nona Britney."   "Dengan aura anda saya yakin jika tidak ada yang berani mendekat." Ucapan Adrian membekukan Drew. Dia teringat jika dalam novel disebutkan tempat pertemuan yang menggairahkan bisa terjadi di club malam. Barang kali ia bisa mendapatkan momen romantis bersama Britney saat ini. Membayangkan hal ini wajah Drew sedikit memiliki warna.   "Hn kau benar."   Drew dengan percaya diri melangkah mendekati Britney. Kerumunan yang mengelilingi Britney perlahan mundur untuk memberi jalan pada Drew. Dia menarik gadis berambut pink yang sedang menari bersama Hiny.   Britney terkejut seseorang yang tiba-tiba menarik pinggangnya. Hampir saja dia berontak dan menendang orang yang memeluknya dari belakang. Namun setelah tahu jika pria yang memeluknya adalah Drew, Britney menyandar pada d**a bidang Drew.   Tidak ada yang memperhatikan Hiny yang menghilang dari lantai menari. Diam-diam wanita itu mencampurkan darah miliknya pada sampanye yang di pesan Drew lalu memberi mantra. Dia bersorak gembira karena sebentar lagi rencananya akan terwujud.   "Pelayan bawa minuman ini ke ruang VIP di sana." Hiny menunjuk ke arah ruangan Drew yang tengah kosong. Entah kemana hilangnya serigala m***m itu berada. Masa bodoh, yang terpenting bagi Hiny adalah kesuksesan rencananya. Diam-diam Hiny bersembunyi dan mengawasi ruang VIP pesanan Drew.   'Sesuai dengan ramalan ku, jika darahku diminum oleh Drew bersama dengan mantra kuno maka aku tidak akan terbakar jika menyentuhnya. Fufufu."   Adrian baru saja kembali dari kamar mandi. Melihat minuman yang tersedia secara naluriah dia meminumnya. "Kenapa sampanye ini tercium aroma darah?"   Adrian mengendus kembali minuman itu, warnanya memang tidak seperti biasanya dan aroma darah begitu pekat pada sampanye.   "Masa bodoh minuman ini memang sesuai dengan selera kaum dunia kegelapan yang menyukai darah."   Adrian langsung menenggak minuman itu langsung dari botol.   Hiny yang mengawasi dari jauh sangat marah dan hampir menyihir Adrian menjadi kodok. Sayangnya ilmu sihir Adrian jauh lebih tinggi dari dirinya.   "Darahku, sialan! Darahku terbuang sia-sia karena serigala m***m itu," ucap Hiny dalam emosinya.   Terpaksa Hiny melukai jarinya dan mencampur kembali dengan minuman mahal itu." Lama-lama aku bisa terkena anemia."   Ia kembali menyuruh pelayan membawa minuman itu ke ruang VVIP. Sayangnya ia tidak fokus sehingga lupa jika Adrian masih di sana. Tentu saja Adrian langsung menenggak minuman yang berfungsi sebagai makanannya juga.   Hiny hampir gila karena marah. Kepalanya sudah berkunang-kunang karena kekurangan darah. Hiny menggertakkan giginya sambil menaruh darahnya pada minuman untuk Drew lagi. Kali ini Hiny tidak mengirim langsung minuman tapi menunggu Drew dan Britney selesai menari.   Kepala Hiny sudah terasa berputar, darah dari tangannya terus mengalir karena dia mengirisnya terlalu dalam. Namun Hiny masih berusaha tetap sadar agar memastikan jika Drew meminum darah yang ia mantrai.mantrai.   Akhirnya Drew dan Britney selesai menari. Gadis itu tampak senang dengan pengalaman baru yang ia dapatkan. Karena lelah ia ingin beristirahat ," Ini menyenangkan tapi aku lelah."   Drew juga sangat senang. "Kita ke ruanganku..."   Disana mereka menemukan keberadaan Adrian yang berbinar. Efek dari minum darah sebagai vitamin membuatnya nampak berenergi.   "Kalian sudah selesai?" tanyanya dengan nada menggoda.   "Benar, aku sampai berkeringat banyak.''   "Kalau begitu minumlah, kalian pasti haus."   Adrian mengisyaratkan pada pelayan untuk membawa minuman lagi. Hiny dengan energi yang terakhir memberi mantra kuno pada botol sampanye dan menyuruh pelayan itu pergi.   "Akhirnya oh akhirnya rencana ku akan terwujud."   Adrian segera mengambil minuman itu dan meminumnya, namun dengan adanya Drew ia meminum gelas  yang berisi es. Britney yang mencium aroma kotor ingin muntah saat gelas sampanye mendekati hidungnya. Secara refleks ia mendorong tangan Adrian yang membawa minuman. Secara tidak sengaja minuman itu memercik ke mulut Drew dan tertelan. Salahkan Drew yang tidur di pangkuan Britney untuk bermanja-manja.   "Cuih benar-benar kotor. Apa kau menaruh darah babi ke minuman ini?" tanyanya pada Adrian.   "Bukankah ini pesanan khusus anda, My lord.. "   Tiba-tiba Drew merasa tubuhnya aneh. Ada hawa dingin yang seolah membekukan tiap sel tubuhnya.   "Tubuhku terasa aneh. Mari kita pulang."   Adrian menyadari menyadari perubahan tubuh dan gelombang energi Drew. Dengan segera ia menyuruh bodyguard untuk menyiapkan mobil. Mereka lupa keberadaan Hiny yang menghilang.   Dari jauh, Hiny yang mengawasi mereka bertiga tertawa puas. " Berhasil hahaha akhirnya...Ah kepalaku. "   Bruk   Dia pingsan di tempat akibat kekurangan darah. Meski demikian bibirnya tetap tersenyum walaupun dalam keadaan pingsan.   Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN