Perjuangan Alisha

1126 Kata
Keesokan harinya, Alisha masih dalam keadaan terikat. Ayah dan ibu serta seluruh saudaranya berkumpul di dalam kamar untuk melihat kondisi Alisha. "Siapa sih mas Aji ini?" "Kenapa aku sangat ingin ketemu dengannya?" "Perasaan apa ini?" "Aku tak pernah ketemu dia sebelumnya. Kenapa bayangannya terus tergambar di pikiranku?" "Apa yang terjadi padaku?" "Bu, aku ini kenapa?" "Tolong Alisha bu ... , " Alisha menangis sambil menatap ibunya. "Sabar ya Lis, ibu akan cari cara buat sembuhin kamu," jawab Bu Yuni sambil menangis. Karena Desa melati saat itu masih sangat terpencil dan minim akan ajaran agama. Kebanyakan pikiran orang desa disaat terjadi hal mistis pasti akan meminta bantuan kepada orang pintar atau dukun. Desa desa di dekitar desa melati pun memiliki kebiasaan dan adat yang sama. Saking minimnya ajaran agama dalam desa tersebut, tak ada satupun ustadz atau ahli agama sama sekali. Miris memang, tapi memang itulah yang terjadi. Karena hal tersebut, Bu Yuni serta keluarganya langsung beranjak pergi ke tempat orang orang pintar untuk meminta bantuan. Sayangnya meski mereka telah mencoba berbagai macam orang pintar, tak ada satupun orang pintar yang sanggup menyembuhkan Alisha. Kebanyakan dari mereka selalu berkata, kalau orang yang mengirim guna guna terhadap Alisha sangatlah kuat. Mereka tak sanggup untuk melawannya. Karena memanggil orang pintar tak dapat membuahkan hasil sama sekali, mereka pun akhirnya meminta saran terhadap seorang ustad desa sebelah. Sebut saja namanya Syarif. Ustad Syarif hanyalah ustadz biasa yang mengerti sedikit ajaran agama. Dia tidak pandai dalam dunia persantetan dan sejenisnya. Sehingga dia hanya bisa menyarankan kepada keluarga Alisha, agar menyuruhnya shalat setelah membersihkan diri dari haidnya. Dan berpuasa setiap hari sambil memohon kepada Allah agar diperkuat jiwanya. Karena sudah tak ada cara lain, keluarga Alisha pun menuruti anjuran tersebut. Alisha pun menurutinya karena ingin segera sembuh. Delapan tahun lamanya Alisha menjalani hidup di dalam kamar dengan keadaan terikat. Hingga suatu hari, guna guna yang selalu menyiksanya tersebut mulai menghilang dengan sempurna. Akibat dari peristiwa malang yang dia hadapi tersebut, Alisha melanjutkan hidupnya dalam rasa trauma terhadap seorang laki laki. Disaat dia telah sembuh, Heni yang telah lama tak mengajaknya bermain tiba tiba saja datang berkunjung sambil membawa sisir Alisha. Awalnya Alisha ingin memeluk Heni, namun rasa rindunya berubah menjadi rasa benci ketika mendengar Heni mengakui sesuatu. Dengan wajah yang merasa begitu bersalah, heni berkata, "Maafkan aku Lis, kalau bukan karena aku. Kamu gak bakal jadi seperti ini," "Kenapa kamu minta maaf?" "Kamu kan gak ada hubungannya dengan nasibku?" "Yang aku ingin dengar darimu itu kemana saja kamu selama ini, dan kenapa tak datang berkunjung sejak aku sakit?" tanya Alisha dengan tampang bingung. Heni menunduk malu seakan memiliki rahasia yang sulit untuk dia ungkapkan, namun hatinya yang terus dihantui perasaan bersalah terus mendorongnya untuk menjelaskan. Tanpa berani menatap Alisha, Heni menjelaskan semua tindakan buruknya yang ternyata berkaitan erat dengan kejadian yang menimpa Alisha. Heni mengatakan bahwa dialah yang membantu Aji untuk mengirim guna guna kepada Alisha. Caranya membantu Aji ialah dengan diam diam mencuri foto Alisha dan mengutip rambut Alisha dari sisir yang dia pinjam. "Tega ya kamu Hen!" jawab Alisha sedih. Dia tak pernah mengira bahwa satu satunya teman terdekatnya malah menjadi alasan penderitaannya selama berbulan bulan. Ditengah tengah keterkejutan Alisha, Ibu Alisha tak sengaja mendengar percakapan mereka. Tentunya dia segera naik pitam dan menyeret paksa Heni hingga keluar dari kamar Alisha. "Jangan pernah datang kemari lagi!" "Gara gara kamu, Alisha jadi gak bisa keluar!" "Bilang pada Aji supaya menarik guna gunanya!" "Akan kuusahakan Bu ... ," Heni pergi dalam keadaan penuh rasa bersalah. Sementara Alisha hanya terdiam di kamar karena dilarang pergi dari sana. Selagi guna guna Aji belum hilang sepenuhnya, Alisha hanya bisa diam di kamar dalam keadaan terkunci rapat. "Dasar gadis sialan!" "Sebenarnya apa sih yang Aji kasih, sampai mau menghianati teman sendiri!" Ibu Alisha mengumpat kesal. Delapan bulan lamanya, Alisha menahan diri di kamar. Hari hari dia habiskan hanya dengan shalat mengaji dan berpuasa. Sejak tak ada orang pintar yang dapat membantu, hanya itu saja yang bisa dia lakukan. Beruntungnya, setelah sebulan penuh sejak menjalankan ibadah tanpa henti, Alisha perlahan lepas dari jeratan guna guna Aji. Gambaran Aji yang sudah menghilang dari pikirannya sesekali di waktu pagi dan setiap tengah malam perlahan berkurang hingga akhirnya lenyap tak bersisa. Meski terlepas dari guna guna Aji, Alisha tak dapat hidup biasa seperti sebelumnya. Di dalam hati Alisha kini telah terpatri trauma akan sosok Laki Laki. Dia tak ingin menjalani sembilan bulan penuh pengasingan dari dunia luar lagi. Karena itu, Alisha hanya keluar seperlunya sejak terbebas dari guna guna. Menyapu halaman depan dan belanja di pasar, menjadi kegiatan yang jarang bagi Alisha. Meski begitu, ada saja lelaki yang memperhatikannya setiap kali menyapu halaman. Dan banyak dari mereka datang melamar di kemudian harinya. Akan tetapi, Alisha yang telah menerima trauma dari seorang pria, kerap kali menolak untuk bertemu. Hingga akhirnya para pria itu menyerah setelah ditolak berkali kali. Beberapa minggu setelah itu, Alisha kembali menyapu halaman depan untuk membantu ibunya. Dengan perasaan was was dan khawatir dia selalu melirik ke kanan dan ke kiri saat sedang menyapu. Semua dia lakukan untuk memastikan bahwa tak ada pria yang akan datang mendekat. Tap! Pundak Alisha terasa berat seakan ada tangan yang menempel di kedua pundaknya. Tangan itu terasa kasar layaknya seorang pria, mengejutkan Alisha yang tak sempat menoleh ke belakang. Tubuhnya pun gemetar saat terdengar suara, "Lagi nyari apa Neng?" Suara berat layaknya seorang pria, mengejutkan Alisha yang sedang berusaha melakukan kontak langaung dengan mereka. Dengan perasaan takut dan penuh trauma, Alisha mencoba pergi dengan paksa. Sayangnya pria kali ini sedikit tak tahu malu, dia tak membiarkan Alisha pergi hingga mendekap erat tubuhnya. "Le ... lepaskan aku!" Alisha berteriak dengan takut, namun mulutnya ditutup oleh telapak tangan kanan pria itu. Dan tak lama setelah itu, Alisha yang ketakutan menjadi diam karena sebuah kata yang berbunyi, "Kalau kau menghindariku, akan kuhancurkan keluargamu!" nada bicaranya cukup arogan dan mendominasi. Membuat Alisha yang sudah cukup takut terhadap sosok pria segera diam dan berhenti meronta. "Menikahlah denganku dan akan kuberikan apapun padamu!" ancam pria itu sembari melepas tangannya dari mulut Alisha. "Ji ... jika aku menolak?" tanya Alisha gemetar. "Kalau begitu, kau tak akan pernah bisa menikah dengan pria manapun." "Karena aku akan menghabisi mereka tak peduli apapun caranya," ancam pria itu sebelum melepas pergi Alisha, dan lenyap entah kemana. Alisha yang ketakutan segera menoleh ke belakang lalu mendapati bahwa tak ada siapa siapa disana. Dalam perasaan takut disertai trauma, Alisha pun segera melesat pergi memasuki rumahnya dan berpapasan dengan kedua kakaknya yang berkata, "Ngapain kamu lari lari?" "Kaya abis liat setan aja." Alisha mengabaikan ucapan mereka dan segera masuk ke dalam kamarnya. Brukk! dia menutup pintu dengan cukup kencang karena saking takutnya. "Lis, lu gak papa?" tanya salah satu kakak laki laki Alisha. "Udah deh, jangan kepo," "Palingan juga ketemu laki lagi!" sambung kakak perempuan Alisha.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN