Ketahuan?

1091 Kata
Akhirnya hari minggu telah tiba, di hari itu Seo woo tidak perlu pergi sekolah ataupun tempat les. Tugas sekolah pun sudah di kerjakan olehhnya semalam sehingga hari ini bisa ia habiskan untuk bersantai di rumah. Seperti biasa, meski hari minggu tapi rumah tetap kosong dan hanya ada dirinya dan juga pekerja rumah tangga. Ayah dan ibunya sibuk di rumah sakit sementara kakaknya akan segera magang di rumah sakit, kehidupan sebagai anak dokter memang tak seindah yang orang-orang bayangkan. Menjadi anak seorang dokter harus menerima kenyataan di tinggal setiap hari, jika ingin di hitung waktu berkumpul hanya ada beberapa jam dalam sepekan. Seo woo benar-benar merasa sangat kesepian saat ini, tiba-tiba saja Seo woo berpikir untuk menghubungi Jae hoon setidaknya pria itu bisa mengajaknya ke suatu tempat yang menyenangkan. Untungnya ia sudah mempunyai nomor Jae hoon sehingga membuatnya langsung menghubungi nomor pria itu. Semenit dua menit hingga beberapa menit kemudian Jae hoon tidak mengangkat panggilannya, wajah sendu Seo woo kini terpancar jelas. Sekarang apa lagi yang akan dia lakukan, memanggil Minju dan Byeolim ke rumahnya pun tidak bisa karena mereka berdua juga sedang menikmati waktu libur mereka masing-masing. " Aku benar-benar bosan sekarang. " Ucap Seo woo menjatuhkan tubuhnya di atas sofa, meraih remote dan mulai menyetel televisi. Mood Seo woo seketika berubah ketika melihat salah seorang artis favoritnya sedang di wawancara, Lee Ruby namanya, dan Seo woo sangat mengidolakan artis cantik itu. Alasan Seo woo ingin menjadi artis datang dari dirinya, kecantikan serta kepintaran Lee Ruby dalam berakting benar-benar membuat Seo woo terinspirasi hingga ingin menjadi Lee Ruby kedua. Kelas akting yang di ikuti nya diam-diam saat ini membuat skill aktingnya mulai meningkat, setelah lulus dari kelas itu siswa yang berbakat akan di promosikan pada produser perfilman dan Seo woo sangat menantikan akan hal tersebut. Ponsel Seo woo berdering menandakan ada panggilan yang masuk, terlihat nama kontak ayahnya di sana sehingga membuatnya langsung menjawab panggilan tersebut tanpa berpikir panjang. " Ada apa ayah.? " Tanya Seo woo setelah menempelkan ponsel ke telinga. " Bisa ke rumah sakit sekarang? Tolong bawakan baju ganti ayah yang ada di atas meja di kamar, malam ini ayah harus lembur, kamu bisa kan.? " Sahut beliau di seberang sana. " Hmmm baiklah, aku akan segera mengantarnya. " Jawabnya pelan. Sebenarnya Seo woo enggan ke rumah sakit, ia tak ingin sampai bertemu dengan teman ayahnya yang akan menjodohkannya dengan putranya itu, namun tak ada alasan untuk menolak permintaan ayahnya dan setidaknya ada alasan untuk tidak di rumah hari ini. *** Suara sirine ambulans mewarnai suasana siang itu, tim medis yang bergerak dengan cepat segera memindahkan seseorang yang baru saja tiba di rumah sakit dan segera membutuhkan pertolongan. Sekujur tubuhnya berlumur darah segar seperti habis kecelakaan, di ikuti oleh orang-orang yang mengikutinya dengan tangisan kesedihan. Seo woo sebenarnya benci dengan adegan seperti itu, ia tidak suka melihat seseorang terluka dan menangis karena hal tersebut. Itulah yang menjadi alasan Seo woo untuk tidak mengikuti jejak keluarganya untuk menjadi seorang dokter. Lamunan Seo woo buyar ketika seseorang yang di kenalnya berlari memasuki rumah sakit, langkahnya pun tergerak mengejar pria yang tak lain adalah Ayahnya sendiri. " Ay~" Seo woo menggantung ucapannya setelah melihat ayahnya yang sibuk menangani pasien tadi, sepertinya beliau akan sangat sibuk sehingga Seo woo akan mengantar baju ayahnya ke ruangan ibunya saja. Tok…tok…tok… Seo woo langsung membuka pintu ruangan ibunya dan tidak menemukan wanita itu di dalam, terpaksa dia hanya menaruh tas berisikan pakaian ayahnya di atas meja kerja ibunya kemudian mengirim pesan pada ayahnya bahwa barangnya sudah ada di sana. Gadis itu keluar dari ruangan sambil fokus ke layar ponselnya hingga tak sengaja menabrak seseorang, ponsel Seo woo terjatuh dan langsung di ambilnya tanpa melirik seseorang yang baru saja menabraknya itu. " Maaf, aku tidak sengaja." Ucap Seo woo kemudian. " Seo woo.?" Lontar pria itu membuat Seo woo menatapnya dengan kaget. " Ahjussi, apa yang kau lakukan di sini.? " Tanya Seo woo penasaran. Jae hoon yang panik pun mulai memikirkan jawaban yang tepat, saat itu dia masih mengenakan jas dokternya sehingga membuatnya langsung kalang kabut. " Kenapa kau memakai seragam dokter. ?" Tanya Seo woo yang mulai menyadarinya. " Ini.., hmmm… Itu…??? " " Pasti jas ayahku kan, dia menitipkan jas itu padamu kan, kau memakainya karena ingin coba-coba kan.? " tebak Seo woo seketika membuat Jae hoon tak habis pikir dengan pola pikir gadis itu. " Kau benar, ini adalah jas ayahmu. " Jae hoon melepas jasnya untuk menambah kepercayaan Seo woo. " Apa yang kau lakukan di sini.? " Tanya Jae hoon mengalihkan topik. " Mengantar baju ayah." " Setelah ini apa.? " " Hmmm… Entahlah, aku bosan di rumah terus, mungkin aku akan singgah di kafe terdekat. " " Bagaimana kalau kita jalan-jalan." ajak Jae hoon langsung di balas anggukan mantap oleh Seo woo. Jae hoon kemudian menyuruh Seo woo untuk menunggunya di lobby, untung saja hari ini tidak ada pasien yang check up ataupun jadwal operasi sehingga ia bisa menghabiskan waktu bersama Seo woo. *** Hari ini Seo woo dan Jae hoon menikmati jalan-jalan mereka ke berbagai tempat mulai dari melukis bersama, menyaksikan atraksi di jalan, penampilan musik hingga akhirnya menonton di bioskop. Menonton di bioskop sendiri merupakan permintaan Seo woo di karenakan ia sangat suka dengan film yang kebetulan tayang di hari itu. Judulnya adalah The Moment yang mengisahkan seorang wanita yang di paksa menikah oleh keluarganya dengan pria yang tidak ia kenal, setelah menikah dan menjalin hubungan selama 5 tahun akhirnya kisah Cinta mereka berakhir dengan bahagia. Yang membuat Seo woo begitu tertarik dengan filmnya adalah pemainnya yang tak lain adalah Lee Ruby. Selama film berlangsung fokus Seo woo terus tertuju pada layar lebar, sementara itu Jae hoon nampak meliriknya dengan tatapan sendu. Mendengar penjelasan Seo woo tentang alur cerita film tersebut membuat Jae hoon teringat akan perjodohannya dengan gadis itu di mana kisahnya hampir sama. " Bagaimana jika kau menjadi pemeran utamanya, apa kau akan menerima perjodohan itu.? " Tanya Jae hoon seketika membuat Seo woo terdiam. " Sebenarnya, orang tuaku ingin menjodohkan aku dengan putra teman mereka, aku sudah menentangnya tapi sepertinya mereka sudah lupa soal itu. " " Kenapa kau tidak menerimanya.? " " Aku masih 16 tahun, masih harus merasakan masa muda yang di lakukan gadis-gadis seusiaku, dan aku tidak ingin menghabiskan hidup ku dengan seseorang yang tidak ku sukai. " Jelas Seo woo kemudian. " Bagaimana jika orang itu adalah aku.?" Ucap Jae hoon sekali lagi membuat Seo woo cengo' " Sudahlah jangan di bahas lagi, aku ingin fokus menonton film ini. " Ujar Seo woo mengalihkan topik setelah merasa aneh mendengar pertanyaan Jae hoon barusan. Keduanya kembali fokus menonton film hingga film itu berakhir, setelah itu mereka beranjak pergi untuk makan malam sebelum akhirnya Jae hoon mengantar Seo woo pulang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN