Takut ketahuan ?

1175 Kata
Pukul 9:00 malam dan dua manusia masih berada di ruang kelas tempat les mereka untuk menyelesaikan tugas kelompok, semua orang mengerjakannya di rumah atau di suatu tempat pilihan mereka. Sedangkan Seo woo merasa bahwa ruang kelas adalah tempat terbaik jika di pasangkan bersama Minho. Sejak tadi Seo woo hanya diam dan mengerjakan bagiannya tanpa memperhatikan Minho, padahal pria itu sejak tadi diam-diam memperhatikannya. Minho pun sengaja mengerjakannya agak lambat karena masih ingin menghabiskan waktu bersama Seo woo lebih lama lagi. " Aku sudah selesai, aku mau pulang. " Ucap Seo woo meletakkan pulpennya dengan lantang. " Tapi aku belum selesai. " Sahut Minho dengan wajah melongo. " Itu urusanmu, yang penting bagian ku sudah selesai.! " " Kalau begitu aku akan menyelesaikannya sekarang, kau tunggu aku beberapa menit lagi. " " Yaa..!!! Ini sudah malam, aku harus pulang.! " Sentak Seo woo kesal. " Biar aku yang mengantarmu pulang, aku akan bilang ke orang tua mu kalau kita habis mengerjakan tugas kelompok makanya pulang telat. " Balas Minho sambil mengerjakan bagiannya dengan cekatan. Seo woo mulai kebingungan, Minho tidak boleh sampai tahu kalau dirinya sudah menikah dan tinggal bersama Jae hoon. Ia harus mencari cara agar dapat berpisah dengan pria ini. Pulang menggunakan taksi akan membuat pria itu menahannya untuk pulang, satu-satunya cara hanyalah seseorang yang datang menjemputnya, tapi siapa? Seo woo pun semakin bingung di buatnya. " Aku sudah selesai, ayo kita pulang. " Ajak Minho cepat-cepat memasukkan barangnya ke dalam tas lalu setelah itu mengajak Seo woo meninggalkan kelas. Setibanya di luar gedung les, jalanan nampak sepi tak ada taksi yang lewat. Seo woo melirik ke arah mobil Minho yang sudah siap untuk berangkat, pria itu lalu menepuk pundak Seo woo agar segera masuk ke dalam. " Ah sial, " benak Seo woo terpaksa masuk ke dalam mobil Minho. Selama perjalanan menuju rumah orang tua Seo woo, gadis itu terus memperhatikan layar ponselnya untuk menghindari percakapan yang menyebalkan antar dirinya dan Minho. Meskipun pria itu sudah merubah penampilannya menjadi keren bukan berarti Seo woo tertarik untuk lebih dekat dengannya, sifat dan kelakukan Minho masih sama di matanya dan membuat Seo woo tidak bisa melupakan itu. " Seo woo-ya, apa kita tidak bisa berteman seperti kau berteman dengan Minju dan Byeolim.? " Sahut Minho tiba-tiba melirik Seo woo dengan penuh harap. Seo woo terdiam tak berniat menjawab pertanyaan Minho barusan, ia tetap fokus pada layar ponselnya dan membuat wajah Minho berubah sendu. Setibanya di rumah, Seo woo segera turun dan mengucapkan terima kasih dengan nada yang datar. Ia bahkan tak menatap Minho dan lebih memilih melirik supir pria itu. Setelah berterima kasih gadis itu lalu berlari kecil memasuki pelataran rumah dan menghilang di balik pintu. ♕♛ Jae hoon pulang ke rumah malam ini setelah menyelesaikan pekerjaannya, ia mendapati rumah masih dalam keadaan gelap yang menandakan Seo woo belum pulang. Sebelum menghubungi gadis itu, Jae hoon mencoba mengeceknya di kamar. Mengetuk pintu kamar Seo woo sambil memanggil namanya, setelah di rasa tidak ada akhirnya ia mencoba untuk menghubungi gadis itu. Tuut… Tuut.. Tuut… Ponsel Seo woo tidak aktif sehingga membuat Jae hoon mulai khawatir, ia mencari buku daftar telpon kota untuk menghubungi pihak tempat les Seo woo, setelah menemukannya tak membuat Jae hoon menunda-nunda dan langsung menghubungi pihak terkait. " Dengan wali Cho Seo Woo, apa dia masih ada di tempat lesnya? Begitu ya, baiklah terima kasih. " Ujar Jae hoon mengakhiri panggilannya setelah mendapat jawaban bahwa Seo woo sudah pulang beberapa jam yang lalu. Jae hoon meraih kunci mobilnya lagi dan berniat mencari gadis itu, baru saja Jae hoon keluar rumah sosok yang di carinya sudah kembali dengan mata sembab di susul ayah mertuanya yang membuat Jae hoon membungkukkan badannya menyapa beliau. Seo woo berjalan melewati Jae hoon tanpa meliriknya membuat Jae hoon kebingungan, lalu ayah mertuanya mengajak Jae hoon untuk mengobrol seputar Seo woo di dalam rumah. " Soal Seo woo, jangan terlalu memanjakannya, mungkin dia terlihat masih kekanak-kanakan tapi latih dia menjadi wanita dewasa bagaimana pun juga kau adalah suaminya dan paling berhak atas itu semua. " Ujar Ki woo ( Ayah Seo woo ) " Baik ayah, saya akan membimbing Seo woo lebih baik lagi, terima kasih sudah mengantar Seo woo pulang ke rumah. " " Tapi apa yang sudah terjadi padanya? Kenapa dia terlihat sembab dan bagaimana anda bisa mengantarnya kemari. ?" Tanya Jae hoon yang masih belum mengetahui apa-apa. " Sepertinya anak itu masih mengikuti kelas akting bodoh lagi, dia selalu saja melakukan hal-hal yang tidak kami tahu, malam ini dia pulang ke rumah kami dengan alasan konyolnya. Aku sudah memarahinya untuk tidak pulang ke sana lagi, kuharap dia mau mendengarnya kali ini." Jae hoon tak dapat berkata-kata lagi, ia hanya patuh setiap kali ayah mertuanya berpesan untuk menjaga serta memperhatikan Seo woo lebih baik lagi, setelah itu beliau pun pulang dan di antar Jae hoon sampai di pintu pagar. Jae hoon melirik jendela kamar Seo woo dari halaman rumah dengan tatapan sayu, ia berpikir untuk mengajak bicara Seo woo besok pagi saja. ♕♛ Pagi harinya, Seo woo terbangun dalam keadaan yang tidak baik. Kepalanya pusing dan ketika ia melihat wajahnya pada pantulan cermin seketika membuat Seo woo merengek-rengek. Ia sebal ketika wajahnya bengkak, dan hal itu pasti terjadi jika malamnya habis menangis. Rasanya masih sakit mengingat semalam ayahnya yang membentak dirinya dengan nada yang kasar, padahal dulu ayahnya tidak seperti itu. Kenapa setelah mereka menjodohkannya dengan Jae hoon sikap ayahnya berubah dan membuat Seo woo benar-benar sedih dengan perubahan itu. " Aku tidak mungkin ke sekolah dengan wajah seperti ini, apa sebaiknya aku izin sakit saja. " Ucap Seo woo memelas. Tok.. Tok.. Tok.. " Aku sudah bangun.! " Sahutnya dengan nada tegas. " Kalau begitu ayo kita sarapan, aku akan mengantarmu ke sekolah. " Balas Jae hoon dari luar. " Benar juga, dia pasti akan mengizinkan aku untuk tidak pergi sekolah kalau aku memintanya dengan sopan. " Seo woo segera bangkit dan bergegas menemui Jae hoon di luar. Ketika Seo woo membuka pintu, sosok Jae hoon masih berdiri dengan ekspresi datar seperti biasanya. " Hari ini aku tidak masuk sekolah, wajah ku bengkak dan kepala ku sedikit pusing. " Keluh Seo woo mempraktekkan bagaimana layaknya orang yang sedang sakit. Jae hoon segera pergi menuju kamarnya tanpa memperdulikan Seo woo sehingga membuat gadis itu melongo heran, ia tak mau menyerah dan tetap meminta Jae hoon untuk mengizinkannya tidak ke sekolah hari ini. Pria itu kembali dengan membawa tas miliknya, ia meminta Seo woo untuk duduk di sofa kemudian di turuti oleh gadis itu. Jae hoon mengeluarkan alat-alat kedokterannya dan segera memeriksa keadaan Seo woo, dan saat itu Seo woo lupa kalau Jae hoon adalah seorang dokter yang lebih mengetahui seseorang sedang sakit atau tidak. " Minun ini dan bengkaknya akan segera hilang, tapi sebelum itu makanlah dulu. " Ucap Jae hoon setelah menyerahkan satu tablet obat pereda bengkak pada Seo woo. " Apa itu artinya aku tetap di rumah.? " " Tidak, kau harus tetap ke sekolah. " " Tapi wajahku bengkak, aku malu. " " Obat itu bekerja dengan cepat, jika kau meminumnya sekarang maka lima menit kemudian bengkaknya akan menghilang. " Wajah Seo woo mendadak berubah kesal, Jae hoon berjalan meninggalkannya setelah memberi obat itu. Dan Seo woo pun terpaksa mengikutinya ke ruang makan untuk dapat segera meminum obatnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN