45

1230 Kata
TITIK TEMU [45] Berita pagi ini! ___________________ Semenjak datang ke sekolah, Albi sudah memasang wajah badmood andalannya. Hanya karena Nandan telat bangun, Albi pun harus ikutan berangkat terlambat. Sebenarnya, terlambat yang Albi maksud adalah ketika dirinya datang kurang dari sepuluh menit sebelum bel sekolah dibunyikan. Biasanya Albi datang ke sekolah setengah tujuh, lalu datang ke perpustakaan untuk membaca buku sebentar. Dan hari ini, kesempatan untuk membaca buku di pagi hari pun sirna. Albi hanya menenteng tasnya dengan wajah sebal dan membuntuti Nandan dari belakang. Nandan sendiri hanya memasang wajah tanpa dosa. Toh, semarah-marahnya Albi, tidak akan sampai lama. Palingan hanya memasang wajah tidak estetik itu sepanjang hari. Walaupun begitu, pasti sangat mengerikan melihat penampakan wajah badmood Albi yang membuatnya berulangkali mengelus da-da. Mengapa Nandan mempunyai teman yang bentuknya seperti ini? Padahal Nandan adalah tipikal cowok humble, ceria, tidak mudah marah, suka mencairkan suasana, intinya berbanding terbalik dengan Albi. Selama melewati koridor sekolah, semua mata memandang ke arahnya. Mereka seperti tidak pernah melihat Albi bertahun-tahun. Ah, semua ini terjadi karena statusnya sekarang; pacar seorang beauty vlogger yang cantiknya tidak ketulungan. Meski gengsi, Albi akan mengatakan iya juga. Jika Albi mengatakan Shena tidak cantik, maka dia lah yang memerlukan operasi mata. Dan sepertinya, mereka memandang seperti itu karena iri. Apalagi berita hari ini sangat melegakan sekali. Sayangnya, fans Shena pun akan ikutan kembali. Menyebalkan! "Sekarang banyak banget yang liatin Lo kaya mangsa empuk. Salah Lo sih pacaran kok sama cewek cantik dan populer." Ucap Nandan menyenggol lengan Albi pelan. "Apalagi setelah mereka dengar berita pagi ini, fans Shena bakalan balik lagi. Sepertinya Lo harus banyak-banyak sabar deh." Sambung Nandan dengan wajah sok prihatin. Albi menghela napas panjang, "Rilo kenapa enggak kelihatan sih? Susah banget hidup gue kalau bareng sama Lo terus. Bawaannya apes terus ... perasaan." "Makanya, apa-apa itu jangan pakai perasaan." Sindir Nandan yang tentu saja mendapatkan pukulan gratis dari Albi. Baru saja Nandan ingin protes, sudah melihat tangan Albi yang telah siap mengeksekusinya. Jadi ... lebih baik jika Nandan tidak menjawab saja, bukan? Terlalu sayang dengan tubuhnya jika harus babak-belur karena dipukul Albi. Terlihat dari kejauhan Shena yang sedang dikerumuni banyak sekali orang. Albi hanya diam di tempat, tidak berniat untuk ikut nimbrung karena menurutnya; itu bukanlah urusannya. Walaupun status mereka saat ini adalah pacaran, namun tetap saja Albi dan Shena mempunyai diri masing-masing yang tentunya harus diurus sendiri. Albi bukanlah cowok yang toxic yang mengekang ruang gerak pacarnya. Toh, diantara mereka juga hanya coba-coba, tidak ada kata cinta. "Bi," panggil Nandan kepada Albi yang hendak berbelok ke arah kelasnya, tidak peduli dengan kerumunan. "Hm," dehem Albi yang akhirnya menatap Nandan setelah sekian lama. Nandan menarik lengan Albi pelan dan menunjuk ke arah Shena yang berada di tengah-tengah kerumunan yang mungkin saja adalah fans-nya yang hilang beberapa hari yang lalu. Atau mungkin, diantara mereka pun ada yang ikut-ikutan mem-bully juga pastinya. Namun sekarang, cewek itu sudah mendapatkan perhatian dari banyak orang kembali. "Lo lupa kalau punya cewek? Tuh, cewek Lo dari di kerumunin para jantan! Lo enggak cemburu?" Tanya Nandan yang menunjuk ke arah beberapa cowok yang mendekati Shena. Albi menggeleng pelan, "ngapain cemburu? Shena enggak bakalan mau juga sama yang bentukannya kaya gitu. Udah lah, gue mau masuk ke kelas!" Nandan hanya melongo dengan kelakuan Albi yang benar-benar masuk ke kelas tanpa beban. Albi memang sangat percaya diri; Shena tidak akan suka kepada cowok yang bentukannya begitu. Mungkin itulah yang Albi katakan kepada Nandan, dan bisa diakui kevalidannya. Tak berapa lama pun, Shena datang ke kelas bersama dengan Liliana dan Sofya yang sudah membantunya keluar dari kerumunan manusia di depan sana. "ALBI!" Bentak Liliana dan Sofya secara bersamaan, membuat kelas yang tadinya hening menjadi ramai. Si empunya nama hanya menoleh tanpa dosa, "kenapa lagi sih?" "Cewek Lo, nih." Ucap Sofya yang mendorong pelan tubuh Shena ke arah Albi. "Diurusin yang benar!" Sambungnya dengan wajah sebal. "Lo ... perlu diurusin sama gue?" Tanya Albi kepada Shena yang baru saja meletakkan tasnya di atas meja samping Albi. Shena menggeleng pelan, "enggak! Gue enggak mau diurusin sama Lo!" "Kenapa Lo jadi ketus sama gue?" Tanya Albi yang memasang wajah bingung. Shena tersenyum kecut, "pikir aja sendiri!" Pelajaran hari ini pun dimulai, fisika adalah pembuka yang sangat-sangat menyebalkan. Membuat semua murid tampak tidak suka. Ditambah, guru yang mengajar tidak menyenangkan. Masih menggunakan metode lama—guru mengajar dan murid hanya mendengarkan. Padahal, metode ceramah di era sekarang, rasanya kurang efektif. Itu bukan hanya sekedar opini, beberapa murid pun mengeluhkan hal yang sama. Fisika yang seharusnya menyenangkan dengan melakukan eksperimen dan sebagainya, hanya mentok pada pembelajaran lewat buku saja. Setelah menjelaskan materi dan mengerjakan soalnya sendiri, guru pun meminta semua murid untuk berdiskusi tentang bab yang mereka bahas dan mengumpulkannya. Lalu setelah dikumpul, tidak ada balasan apapun; tidak ada nilai, tidak ada pembahasan yang lebih rinci. Dan pada akhirnya, soal ujian jauh berbeda dengan soal latihan. Jika yang lain sibuk melakukan aktivitas lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran. Berbeda dengan Albi dan Shena—mereka sama-sama fokus pada pembelajaran, sesekali mencatat, kadang mengerjakan soal, lalu menatap satu sama lain. Albi mempunyai hobi baru sekarang, selain belajar, yaitu menatap Shena yang sedang fokus belajar. "Semuanya udah clear, 'kan?" Tanya Albi kepada Shena yang tengah sibuk mencatat. Shena mengangguk, "Lo udah lihat berita tadi?" "Hm ... pelakunya udah ngaku kalau video yang dia buat itu cuma sekedar rekayasa aja. Supaya Lo dihujat dan kehilangan semuanya." Ucap Albi dengan menatap Shena. Shena tersenyum tipis, "gue mau tanya sama Lo, Bi." "Tanpa apa?" "Kalau ... misalkan, ini cuma misal. Kalau gue benar-benar orang yang ada di dalam video itu, Lo bakalan gimana?" Tanya Shena kepada Albi dengan serius. Albi berpikir sejenak dan menatap Shena kembali, "gue enggak tahu deh mau bersikap gimana. Gue enggak pernah setuju dengan bully, apalagi kekerasan seperti itu. Mungkin ... kalau itu benar-benar Lo, apa mungkin gue bisa bersama dengan orang yang membuat orang lain menderita? Gue rasa ... gue enggak akan mau." "Jadi ... pada intinya Lo akan pergi ninggalin gue?" Tanya Shena yang menatap Albi dengan kedua mata yang hampir berkaca-kaca. Albi menggeleng pelan, "kasih gue satu alasan, kenapa gue enggak boleh ninggalin Lo? Kita enggak sama-sama cinta, 'kan? Kita cuma pacaran aja, enggak ada perasaan apapun. Kalau suatu saat nanti, Lo atau gue udah enggak sejalan, kita bisa meminta untuk saling melepaskan. Seperti yang pernah gue katakan; gue lebih memilih hidup sendiri. Dan perlu Lo tahu Shen, gue enggak pernah sama sekali berpikir untuk menjalin hubungan jangka panjang. Jangankan jangka panjang, menjalin hubungan aja, bukan rencana di dalam hidup gue!" Shena tertegun mendengar jawaban Albi, "jadi, gue juga bukan rencana dalam hidup Lo?" "Semua cewek, bukan rencana di dalam hidup gue! Gue pacaran sama Lo, karena gue mau melindungi Lo waktu itu. Tapi kalau sekarang, Elo sudah bisa berdiri sendiri, enggak masalah kalau Lo minta kita selesai. Toh, belum ada yang mulai." "Hm ... gue belum mau putus. Gue masih menikmati status pacaran ini. Walupun sekedar permainan doang sih." Albi tersenyum tipis, "katanya, cewek mudah baper. Tapi dalam kasus ini, gue harap, Lo enggak menaruh perasaan apapun sama cowok yang enggak berperasaan kaya gue. Karena Lo sendiri yang akan sakit. Kalau Lo memang sampai ke tahap itu, gue enggak akan tanggungjawab karena itu bukan salah gue. Gue sudah memperingatkan Lo sejak awal." "Tapi ... Lo yang memulainya!" Skakmat! Albi bungkam dengan jawaban Shena. Cewek itu benar, dialah yang memulainya. Jadi, siapa yang salah? •••••
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN