Part 4: Tak akan melepaskanmu

968 Kata
“Savage Man” Author by Natalie  Banned tak ingin seharipun tertinggal informasi penting mengenai keberadaan Zelena. Ia selalu ingin menjadi yang utama dan pertama di dalam kehidupan Zelena. Meskipun, hal itu terkesan memaksakan kehendak. ~ ~ ~ Area pinggiran kota S. Band sudah berada di seberang jalan, tepatnya area gedung perusahaan cabang tempat Ze bekerja. “Tuan muda, itu Nona Zelena!” Ucap salah seorang supir juga pengawal kepercayaanya. Mata Band seakan berbinar-binar, melihat penampillan sederhana namun begitu menarik baginya.  “Gadisku memiliki penampilan yang sangat sederhana ternyata..” ucap Band, sembari menggigiti ujung bolpoin miliknya.  Saat ini, Band sedang menanda tangani kontrak kerjasama dengan perusahaan yang sedang Ze kelola. Tentu saja, Band sangat bahagia hari ini, karena waktu yang ia tunggu-tunggu telah tiba. Drrttt… panggilan baru… Band: “Selamat siang, tuan Javier Chloe. Yah, aku sudah berada di depan halaman perusahaan cabang S..--” Mr. Javier: “Baiklah tuan Banned, aku akan segera tiba. Silakan, menunggu di dalam.” Band: “Baiklah tuan Javier.” Seringai senyuman nakal Band saat menerima panggilan istimewa dari ayah gadis kesayangannya. “Tuan Band, apakah kita langsung menunggu di dalam?”  “Yah, tentu saja. Langsung masuk dan cari Direktur Zelena Chloe!” Titah Band, dan bergegas untuk melangkah menuju perusahaan milik keluarga Chloe. “Perusahaan S” Ruangan Direktur Zelena Chloe. “Selamat siang, Nyonya Zelena. Di ruang tamu, ada klien dari perusahaan yang akan menjadi klien kerjasama perusahaan.” ucap Jimz, orang kepercayaan perusahaan. “Baik, terima kasih tuan Jimz.”  Ze bergegas menutup pekerjaannya, dan pergi menuju ruang tamu kehomatan perusahaan. “Selamat siang, tuan-tuan!” Sapa Ze ramah. Seorang pria degan setelan jas serba hitam pun berbalik arah padanya. Langkah Ze hampir terhenti saat melihat klien barunya, yang ialah pria tidak ia sukai. Terlebih lagi, Mr. Javier pun tiba secara bersamaan. “Selamat siang, tuan Javier dan ibu Direktur Zelena.” Ucap Band dengan senyuman ramah, dan melirih ke arah Ze. Mr. Javier bersama asisten kepercayaannya, begitu pula dengan Ze dan Band tentu dengan asistennya masing-masing. “Bagaimana bisa, seorang pengusaha terkenal dengan jumlah saham terbesar, bersedia bekerjasama dengan perusahaan cabang kami yang masih dini?” ucap Mr. Javier, sembari menyeruput kopi miliknya. “Aku sangat terterik dengan kinerja putri anda, tuan Javier. Setelah pertemuan antara pimpinan beberapa minggu lalu, aku mulai tertarik untuk bekerjasama.” “Oh benarkah! Sungguh luar biasa, tuan Banned. Aku tidak menyangka, jika akan bekerjasama dengan tuan Banned.” Ucap Mr. Javier antusias. Band sembari melirik dan mengedipkan matanya pada Ze. Hal itu semakin membuat Ze begitu kesal, namun tak dapat berbuat banyak. “Daddy, sepertinya ada yang harus kubicarakan terlebih dahulu.” Ucap Ze, meminta waktu ayahnya. “Ah, maaf tuan Band. Aku akan kembali lagi.” Mr. Javier pergi menuju ruangan lain bersama Ze. Karena begitu penasaran, Band meminta orang yang pergi bersamanya, untuk menguping pembicaraan antara Mr. Javier dan Ze. Siapa sangka, jika siang ini Band harus mengetahui kenyataan megenai kehidupan Ze selama ini. Di samping sisi gedung, tepatnya di ruangan terbuka. Dari arah yang lain, sudah ada orang kepercayaan dari Band merekam dan mengabadikan apa yang terjadi di sana. “Daddy! Tolong Daddy pikirkan kembali! Kita bahkan belum mengenal siapa tuan Banned.” “Kau tahu apa! Apa kau t***l! Tuan Band adalah pengusaha dengan jumlah perusahaan dan saham terbesar di London.” Tegass Mr. Javier dengan mata melotot. “Tapi Daddy, setidaknya kita harus bisa pertimbangkan kembali hal ini. Bahkan, aku harus bekerjasama dengan pria itu!” Ze terlihat tidak senang, namun ia tidak bisa mengungkapkan isi hatinya pada sang ayah. “Kau cukup kerjakan apa yang kuperintahkan. Kita bisa manfaatkan situasi ini untuk kemajuan perusahaan.” “Apa Daddy menganggapku sebagai boneka yang harus menurut?” “Diam!” Plak! Mr. Javier mendaratkan pukulan tangannya pada wajah Ze, tamparann yang cukup perih hingga ke ulu hati Ze. “Kau sudah mendapatkan segalanya, setidaknya kau lakukan tugasmu dengan baik. Daddy tidak menerima protes, ingat itu baik-baik!” Peringat Mr. Javier, lalu menarik paksa tangan Ze. “Cepat kembali, atau kau akan merasakan akibat yang lebih dari ini!” Ancam Mr. Javier. Keduanya pun kembali ke ruangan tamu kehormatan. ….….. Setiba di sana, Ze menahan rasa sakitnya pukulan tangan Mr. Javier, juga bagian pergelangan tangannya akibat cengkeraman dari Mr. Javier. Band menatap nyalang ke arah Ze, dilihatnya tanda merah di wajah Ze, tepatnya di bagian pipi kanan Ze. Ze pun masih terus menyentuh bagian pergelangan tangannya yang terasa nyeri. “Silakan tanda tangan di sini tuan Band!” Ucap Mr. Javier. Dengan tangan gemetar menahan amarah dan tak terima atas apa yang baru saja gadis kesayangannya alami. “Sudah tuan Javier.” ucap band, dan kembali menatap ke arah Ze. Tatapan dan sorot mata Ze begitu sayu tak berpengharapan, dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca. “Terima kasih atas kerjasama hari ini. Aku akan segera pergi, silakan untuk saling berbincang-bincang.” Ucap Mr. Javier bergegas pergi. Meraih jas miliknya dan kembali mengenakan. “Zelena, tolong temani tuan Band.” “Baik Daddy.” Jawab Ze, dan mengajak Band untuk pergi menuju sebuah halaman di area belakang gedung perusahaan. ….… Keduanya sudah mulai melangkah, dan hanya mereka berdua. “Ini adalah lahan yang akan menjadi bangunan berikutnya. Kami akan membangun pertokoan, dan menjual berbagai jenis barang-barang, hingga peralatan dapur.” Ucap Ze, sembari menahan rasa sedihnya hari ini. “Tuan Banned silakan melihat-lihat. Karena, tuan Banned pun sudah menanam saham di sini..--” Saat sedang sibuk memberikan penjelasan, Band justru membawa Ze menuju sisi gedung yang beru setengah jadi. Menahan Ze ke sisi tembok, mencengkeram pelan bagian dagu milik Ze. Memperhatikan area wajah yang baru saja terkena gambaran tangan Mr. Javier. “Apakah begini cara seorang tuan Javier Chloe mendidik dan menundukkan anak gadisnya?” Ucap Band degan tatapan mata yang tajam. Ze manahan air matanya, karena sejak masih berada di dalam ruang tamu. Ze sudah tak tahan ingin mengeluarkan air matanya, akibat sakit dan perihnya pukulan maupun ucapan ayahnya. “Jawab aku Zelena!” Tegas Band dengan nada sedikit membentak. Setetes demi setetes air mata mulai membasahi pipi mulus Ze.  “Apakah bibir ini sudah tidak bisa berbicara lagi?” Band menyentuh bibir ranum milik Ze. “Bukankah anda yang menginginkan kerjasama ini! Bukankah anda sudah tahu tujuan utama anda kemari! Sehingga sedikit ucapan tidak setujuku, harus berdampak besar padaku!” Tukas Ze dengan lirih dan suara yang membentak. Band pun membungkam mulut Ze dengan kecupannya yang menuntut dan rakus.  “Gadis malang, mengapa kau memiliki keluarga yang begitu b******n!”  Band terus melumat bibir Ze, mengabsen semua yang ada di sana. Tak lupa, jemari-jemarinya pun turut bermain indah di area paha Ze. Meremas memijat dan menggosok-gosokannya hingga membuat Ze melupakan sejenak kesedihannya. *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN