"Mr. Devil"
Author by Natalie Ernison
Bercak luka akibat gigitan Zakra, sangat terlihat jelas di area bahunya. Begitu juga bekas kissmark memenuhi area leher hingga dadanya.
Natha mulai menenangkan dirinya di dalam sebuah bathtub. Tak ada kebahagiaan di sana, yang ada hanyalah isak tangis dan kepedihan hati mendalam. Tangannya mulai mengelus pelan area bekas gigitan Zakra yang meninggalkan luka, dan cukup perih saat terkena air.
Air mata sudah tak mampu terbendung lagi, rasa sakit fisik sungguh tak sebanding dengan rasa tekanan batin dan lirih hatinya. Betapa tidak, pria yang pernah mengukir cerita indah dalam
hidupnya walau hanya sesaat saja, kini justru berubah bak seekor predator kejam.
Setelah bebepa saat berada di dalam sebuah bathtub, Natha pun perlahan meraih sebuah handuk, lalu mulai mengeringkan tubuhnya. Semua terasa perih dan sangat pegal tubuh yang kini terpampang nyata di depan sebuah cermin riasnya.
Nathasya Breeliey, ia kini tinggal di sebuah rumah susun tua. Karena keterbatasan ekonomilah yang membuatnya terpaksa memilih tinggal di gedung rumah susun tua tersebut. Semenjak kuliah, ia
terpaksa harus bekerja paruh waktu, menjadi seorang pelayan di sebuah rumah makan yang cukup terkenal di kota A.
***
"Mini Market xx"
Natha mulai memilih dan memilah bahan makanan yang menjadi stok mingguannya, dan ada juga beberapa barang yang ia beli untuk stok bulanan.
"Hei.. Nathasya...!! suara seorang pria memanggilnya.
"ahhh, mungkin itu hanya halusinasiku saja.." batinnya.
"Nathasya...!!"
Grepp... seseorang meraih tangan kanannya yang sedang memilih beberapa item barang.
Hhh siapa!! tukas Natha spontan, dan begitu terkejut melihat sosok di sampingnya yang sedang tersenyum ramah.
"Kenapa kamu begitu fokus, sehingga tak lagi mengenaliku.." ujar sang pria yang tengah tersenyum di hadapannya.
Astaga... kak Jenner-emmm. Natha masih berusaha mengingat sosok didepannya.
"Jenner Reuel.." tukas si pria tampan itu.
I'm sorry kak Jenner.. ucap Natha dengan wajah tersipunya.
"It's ok..apakah kamu begitu sibuk?" tanya Jenner sambil meraih keranjang belanja yang saat itu tergeletak begitu saja.
Tidak kak.. a-aku hanya membeli beberapa kebutuhan saja. Ucapnya dengan wajah tersipu lagi.
Jenner Reuel, adalah kakak senior Natha saat berada di sebuah universitas xx. Jenner begitu tampan, ramah, berkulit kuning langsat dan hampir menuju ke sawo matang, karena sering berjemur.
Bertubuh tinggi tegap, memiliki bentuk tubuh yang cukup kekar, perut kotak-kotaknya selalu saja membuat para gadis-gadis kampusnya semakin menggila saja. Perut kotak-kotak dan body kekarnya memang jarang terlihat, dan jika ingin melihatnya, hanyalah pada saat dirinya sedang melakukan ilmu bela diri (karate). Karena saat karate, Jenner suka membuka bajunya dengan peluh yang bercucuran sungguh menambah aura sexy.
Wajah tampannya dengan sedikit bulu-bulu halus di permukaan pipi hingga mencapai dagu turun sedikit ke bagian leher, menambah kesan sebagai seorang pria gagah dan idaman para wanita. Jenner pun selalu menjadi sorotan para dosen wanita di kampusnya, bahkan ada beberapa dosen wanita selalu saja mencari-cari kesalahannya, agar bisa memanggilnya dan berbicara secara pribadi.
Namun, bagi Jenner semua hanyalah kesenangan sesaat. Ia tak ingin mengotori dirinya dengan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji.
Natha merupakan gadis kampus yang cukup ceria dan hanya sibuk dengan urusan kuliah, juga pekerjaan paruh waktunya. Hal itu membuat Jenner cukup tertarik untuk mejalin pertemanan.
"Natha, kamu sudah ingin pulang sekarang?" tanyanya dengan senyuman yang berhasil membuat Natha tersipu lagi.
Iya kak Jenner, aku harus pulang. Karena, hari ini adalah hari cutiku, dan ingin istrahat total.
"Oke. Bagaimana jika aku ingin mengajakmu makan malam bersama??" Jenner benar-benar semakin membuat wanita di hadapannya semakin tersipu.
A-aku takut membuat kekasih kakak cemburu.. "what the hell!! mengapa aku harus berkata omong kosong begini.."batinnya.
"What!! kekasih?? aku belum memilikinya Nath.." jawab Jenner yang semakin membuat kedua pipi polos itu merona manja.
Maaf kak Jenner, karena seingatku begitu banyak wanita yang menginginkan kakak..
"Sudahlah Nath, itu sudah berlalu. Aku pun tidak peduli.." tukas Jenner dengan terkekeh.
Mereka pun berjalan menyusuri area mini marker. Tidak jelas ingin melangkah kemana, karena sebenarnya Natha pun bingung. Namun keduanya begitu menikmatinya.
Jenner menuntun Natha berjalan menuju area parkiran, dan terhenti di depan sebuah mobil sport yang cukup mewah dan semakin mendukung penampilannya. Ah sudahlah, Jenner sangat menggoda dengan kaos abu-abunya, yang memperlihatkan otot-otot tubuhnya. Dengan balutan jeans denim pendek selutut, dan sneaker berwarna hitam putih.
"Ayo naik Natha.." ujar Jenner dengan senyuman yang selalu memenuhi wajah tampannya.
Thank you kak. Balas Natha dengan tersipu yang tak habis-habisnya.
Selama dalam perjalanan, keduanya begitu asyik menikmati alur perbincangan. Jennner sangat mudah tertawa lepas, gigi putihnya pun mampu membuat wanita menggila. Senyuman tipis yang selalu ia tunjukkan pada seseorang yang ia kenal, bahkan pegawai mini market, pelayan resto selalu membeku saat melihat senyuman tampan itu.
***
Setibanya di depan gedung rumah susun kediaman Nathasya.
Thank you kak Jenner, atas kesediaannya mengantarkanku pulang. Ucap Natha masih dengan wajah tersipu.
"You're welcome. Aku pulang dulu, bye bye.." Jenner memutar setirnya dan melambaikan tangannya diiringi dengan kaca hitam pekat yang mulai menutupi dirinya dari balik jendela mobil sportnya.
"ohh God... kenapa jetak jantungku semakin tidak jelas saja.." batinnya.
Dengan setengah berlari, Natha menaiki anak tangga rumah susun tersebut. Tepat di lantai dua, pintu kamar kedua, itulah kamar kediamannya.
Cekreakkk.. membuka pintu perlahan, dan membereskan beberapa barang belanjaannya.
Grep... seseorang sedang mendekap tubuhnya dengan begitu erat hingga membuatnya mengerang pelan.
Ehmmmtt.. lepaskan aku.. ucap Natha, sambil mencoba menoleh ke arah belakang. Sungguh sesuatu yang menakutkan kini mulai menyerang dirinya, dari atas hingga kakinya mulai gemetar.
"Bagus love... kamu sudah berani pergi bersama pria lain.." bisik si pria tepat didaun telinganya, sambil menggigiti daun telinga milik Natha.
Natha spontan merasa geli, dan aliran darahnya mulai tak beraturan. Sensai panas sedang bergejolak di dalam dirinya, ia sampai bergidik antara ketakutan dan geli-geli manja.
Kak Zakra!! rintihnya saat Zakra mulai meremas-remas area perutnya, dan meninggalkan bekas remasan tangan disana.
"Aku paling tidak suka dibodohi.. kamu ingin berniat membodohiku kah!!" bentak Zakra sambil mendorong tubuh mungil Natha ke dinding.
"Kamu sudah mulai berani bertingkah, apakah kebebasan yang aku berikan belum cukup!!" bentaknya lagi dan sungguh membuat Natha semakin gemetar hebat, wajahnya memucat dan bibirnya pun terkatup.
Aaa-apa yang kakak katakan, aku bahkan berhak memilih kehidupanku sendiri. Kita hanyalah sebuah kenangan... ucap Natha dengan nada terbata dan tubuh yang meringuk didinding.
Mendengar pernyataan itu, Zakra berjalan perlahan ke arahnya, lalu mencengkram dagunya hingga posisi kepala mendongak ke atas.
"Beraninya kamu membantahku hahhh!!" bentak Zakra tepat didepan wajah Natha.
"Kamu milikku, hanya aku yang boleh menyentuh seluruh tubuh ini!!" bentak Zakra sambil mengelus dan menjelajahi tubuh mungil nan polos milik Natha.
Arghh.. jangan kak.. Natha mengerang pelan disertai desahannya yang berusaha ia tahan.
"Teriaklah love. Maka tetangga akan mendengar desahan indahmu, dan merasa penasaran.." seringai senyuman dengan tatapan dingin Zakra begitu menakutkan bagi Natha.
Emmmhhhcc... Natha menaha desahan dan erangannya, saat Zakra menyentuh area sensitifnya, dengan menggunakan tangan besar dan kasarnya.
"Kamu begitu menggairahkanku love..." ucap Zakra sambil terus mengecup area leher hingga d**a milik Natha.
Tangan Zakra menyingkap kaos polos milik Natha, dengan sekali singkap berhasil menyingkapkan baju milik Natha.
"Ohh love aku begitu b*******h, ingin rasanya aku menghajarmuhingga tertidur dengan nyenyak.." ucap Zakra dengan seringai senyuman penuh nafsu.
Argh.. emmm.. Natha berusaha menahan erangan dan desahannya. Tangan besar dan kasar Zakra meremas dengan begitu kuat d**a kiri milik Natha, sementara tangan kanannya ia gunakan untuk meremas b****g hingga pinggul Natha. Cengkraman itu sangat menyakiti Natha, bekas cengkaraman itu pun terasa nyeri dan panas.
Sebuah serangan kecupan kini melahap habis bibir mungil Natha, hingga membuatnya sedikit bengkak karena ulah nakal Zakra.
"Jangan sampai aku memergokimu bersama pria lain lagi.." ujar Zakra sambil terus melakukan kegiatannya yang cukup kasar.
Hhhh hahh hahh... desah napas Natha berhembus dengan tidak beraturan saat Zakra tiba-tiba menyelesaikan kegiatan dan membiarkan Natha terperosot ke bawah, dengan posisi terduduk lemas. Natha bersandar didinding dapurnya, dengan menghela napas lega.
"Kamu sepertinya cukup liar sekarang.." tukas Zakra yang kini sedang berdiri dengan tatapan membunuh, Natha mendongak ke atas.
Zakra meraih sebuah mangkuk plastic dan mengisinya dengan air kran yang berada tepat di atas permukaan kepala Natha.
"Love, aku benci melihat barang milikku menjadi pusat perhatian orang lain.." tukas Zakra sambil mengguyur wanita yang saat ini sedang terduduk lemas dihadapannya. Dari ujung kepala hingga bagian celana dalam milik Natha kini cukup basah, akibat guyuran air yang Zakra berikan.
"Dengar tidak!!" bentak Zakra sambil mencengram batang leher milik Natha.
Emm, uhukk.. kk-kaak Zah-kkra tolong lepaskan aku.. ucap Natha dengan lirih, dan air matanya sudah mengalir deras. Perlakuan Zakra sungguh menyakiti dirinya, terlebih lagi hatinya begitu hancur. Ia merasa seperti benda tak berguna, bak sebuah benda jika tanpa tuannya yang menggerakkannya.
"Benda.. apakah nilaiku hanya sebatas itu.."batinnya.
"Mulai hari ini dan seterusnya, jangan pernah temui pria itu. Jika tidak, kamu akan kubuat merasakan hukuman yang jauh lebih berat lagi." Zakra memalingkan dirinya, dan pergi begitu saja.
Zakra diam-diam telah memiliki duplikat kunci kamar kediaman Natha, entah melalui cara apa. Namun bukan Zakra namanya, jika tidak mampu melakukan hal yang sekecil itu.