"Mr. Devil"
Author by Natalie Ernison
"Berbohong kepada keluargaku, bahkan ibu kandungku sendiri, sudah bukan lagi hal baru bagiku. Kini aku hanya bisa menanti kapan semua ini berakhir dan aku bisa hidup dengan benar.." lirih batin Natha saat merenungkan apa yang telah ia lakukan.
~~~
Drrrttt... my love memanggil...
"hallo kak, hmm aku sebentar lagi akan pergi les computer.
”Tidak perlu kak, aku diantar mama saja..-"
"Hmmpp... kak Zakra benar-benar berniat mengurungku atau apa.." gumam Natha yang terlihat kesal setelah menerima telepon dari Zakra.
Saat itu pun sedang berada dalam masa-masa liburan semester ganjil menuju semester genap, yaitu kenaikan kelas.
Sebelum liburan sekolah, sekolah mengadakan pembagian raport akhir semester ganjil. Saat pengambilan raport haruslah dilakukan oleh orang tua, perwakilan Natha ialah papa angkatnya. Sedangkan dirinya, sibuk dengan sang kekasih.
***
"Kediaman Ancel"
"Natha!! "Ancel yang baru saja tiba dari sekolah dengan membawa raport.
”Kenapa tergesa-gesa begitu Ancel, ada apa? tanya Natha heran.
"Wali yang mengambil raportmu adalah papa angkatmu, bukan??"
”Iya benar Ancel, lantas?”
"Natha, peringkatmu merosot menjadi peringkat ke empat." Ujar Ancel yang sontak membuat Natha begitu terkejut.
”Astaga.. kenapa peringkatku turun drastis begini..” gumam Natha, tentu saja hal itu karena waktu belajarnya yang habis untuk berpacaran.
Waktu luang yang seharusnya ia gunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas dengan baik, namun malah ia habiskan bersama Zakra sang kekasih hati.
”Kak Zakra, aku harus segera pulang, karena aku sudah mulai les computer.”
"Sehhhtt... sebelum pulang manjakan aku dulu.." ucap Zakra lalu mulai mencumbui Natha, tak ketinggalan menjilati area leher hingga dadanya.
Basah sungguh basah sudah area leher hingga dadanya, akibat air liur milik Zakra. Zakra sungguh selalu bersemangat untuk memanggsa.
Liburan semester ganjil pun tiba, namun tidak bagi Natha, karena ia harus menyelesaikan les komputernya.
Setiap siang hingga sore, Natha terus mengikuti les computer tersebut. Biaya les pun tergolong cukup mahal, dan sudah terbayar lunas oleh ibu angkatnya. Berharap Natha bisa menyelsaikan les komputernya secara cepat dan baik.
***
Setelah beberapa minggu kemudian...
"Natha, mulai hari ini kamu akan mengikuti les malam, karena kamu sudah akan masuk sekolah dan kelas dua belas (XII)." Ujar sang ibu angkatnya.
”Baik ma, aku akan mempersiapkan semua berkas-berkas lesku.”
......
"Kak, malam ini aku akan memulai les malamku.." isi pesan singkat Natha kepada Zakra sang kekasih.
Drrttt... "nanti sebelum pergi les, kita bertemu di kediaman Ancel.." balas Zakra secara cepat.
Lalu Natha pun bersiap-siap untuk pergi menuju kediaman Ancel dengan membawa beberapa buah mangga kesukaan mereka.
Niat awal hanya ingin bertemu sebentar sebelum pergi ke tempat lesnya, karena jarak lokasi yang tidak terlalu jauh. Namun justru berbalik, Natha membolos dari jam lesnya dan memilih untuk bersama Zakra.
***
"Kediaman Ancel"
"Natha, kak Zakra, aku ingin keluar untuk membelikan beberapa bahan makanan. Jadi, kalian tinggallah sebentar, tidak apa-apa kah?” tanya Ancel yang terlihat sudah mulai bersiap untuk bergegas pergi.
"baiklah Ancel, kami tunggu kamu disini.."
>>
"Sayang, kamu yakin tidak pergi ke tempat lesmu.." tanya Zakra lembut.
”Iya kak, lagi pula aku sudah lelah les, untuk kali ini aku bolos sejenak.” ujar Natha dengan ada kesalnya.
"Oke sayang.."
Mereka pun mulai b******u seperti biasanya, lalu fokus menonton televisi. Setelah beberapa saat kemudian, Natha pun merebahkan dirinya dan berbaring membelakangi Zakra.
"Kenapa membelakangiku sayang.." ucap Zakra, lalu membungkusi tubuh Natha dengan selimut milik Ancel, karena kebetulan mereka berada di ruang bersama.
Mereka kembali b******u, dan lagi-lagi Zakra mengeluarkan adik kecil kesayangannya dari balik celana jeansnya. Sehingga terlihat sebuah benda antic yang cukup besar, panjang dan juga sudah mulai menegang.
"Inikah benda antic milik kak Zakra.." isi batin Natha yang tercengang saat memandangi benda antic milik kepunyaan Zakra yang terlihat jelas karena cahaya lampu yang cukup terang walau berada dalam selimut.
Natha mulai mengelus-elus benda antik milik Zakra. Zakra pun mulai membelai barang berharga milik Natha yang berada diantara selangkangannya. Zakra mengelus-elus pelan hingga membuat Natha terpejam-pejam kenikmatan.
Benda antic milik Zakra terlihat jelas, begitu pula milik Natha sudah terbuka diantara kedua selangkangannya.
"Sayang, aku tidak sabar ingin menusuknya" bisik Zakra dengan sorot mata yang sudah kelap dan kepalanya terasa pening tak karuan.
Entah angin apa yang merasuki, Natha pun mengangguk, sebagai tanda mengiyakan permintaan Zakra.
Zakramengeluarkan bendanya dan sangat ingin menghentakkannya. Karena keduanya sama-sama mengenakan jeans, hal tersebut pun cukup menyulitkan Zakra untuk membuka miliknya, Zakra berusaha mencari cara untuk segera melampiaskan nafsunya pada milik kepunyaan Natha.
Sulit dan sungguh sulit karena celana jeans milik Natha cukup ketat. Zakra pun perlahan membalikkan tubuh Natha dengan posisi membelakanginya.
Zakra terus berusaha menusuk dan terus menusuk milik Nath. Namun usahanya gagal, karena Natha seorang perawan dan tak ada celah sedikit pun.
Nath sudah melenguh kesakitan dan sangat pening karena ulah Zakra terhadap dirinya. Nath terisak setelah apa yang Zakra perbuat dengannya.
Zakra meraih tangan Nath, lalu menuntun Natha ke sebuah ruangan kecil di kediaman Ancel, dan Ancel pun tak kunjung tiba.
Gairah birahi Zakra kini benar-benar memenuhi otak dan akal sehatnya. Dirinya yang selama ini selalu menahan diri untuk tidak memperawani Natha, kini pertahanan dirinya runtuh sudah.
Tangannya begitu gemetar dan terlihat tak sabar saat sedang melucuti celana jeans milik kepunyaan Natha.
Setelah melucuti hingga mencapai mata kaki. Zakra pun membuka lebar kedua paha Natha, hingga v****a milik Natha pun terlihat jelas walau dalam ruangan yang remang-remang.
Secara cepat, Zakra membuka resleting celana jeans pendeknya, dan mengeluarkan benda antiknya. Lalu menggesekk-gesekkan ke area bibir vaginanyamilik Natha. Perlahan-lahan, Zakra mencoba untuk memasuki gua berharga milik kepunyaan Natha. Namun gagal dan gagal terus.
Natha mendesah nyaring, dan sedikit menjerit saat gua berharganya berbenturan dengan benda antic milik Zakra. Zakra putus asa atas usahanya, lalu hanya menggesek-gesek naik turun naik turun p***s besar panjang beruratnya dan lagi mencoba menusuk v****a milik Natha.
Natha menjerit lagi, v****a miliknya terasa panas dan mengeluarkan cairan dan benar-benar basahlah sudah. Zakra membungkam mulut berisik Natha menggunakan telapak tangannya. Natha benar-benar tidak sanggup, Zakra begitu kasar memaksa penisnya masuk ke dalam v****a milik Natha, dan membuat kepala Natha terantuk ke dinding.
Beberapa menit kemudian, Zakra pun terduduk di samping Natha. Zakra terlihat panic, wajahnya memerah menehan hasrat besarnya, ia menggosok-gosokkan kepalanya sebagai tanda penyesalan karena telah memaksa Natha.
Natha berlari menuju kamar mandi, dan membasuh v****a miliknya.
"Apa yang sudah kulakukan, apa aku sudah gila.." gumam Natha saat berada di dalam kamar mandi, dan ia merasa vaginanya terasa sedikit sakit, mungkin karena benturan paksa Zakra.
Natha duduk di ruang bersama dengan wajah menunduk sesal. Zakra pun dtang lalu meraih kedua tangannya, membantu Natha untuk berdiri.
"Pokoknya mulai malam ini tidak akan ada lagi yang tidak menyetujui hubungan kita.." tukas Zakra dengan wajah seriusnya.
Sejak awal-awal Natha ketahuan oleh kleuarganya bahwa ia sedang menjalin suatu hubungan bersama Zakra. Keluarga sangat menentang, dengan alasan Zakra begitu individual, setiap datang berkunjung ia tidak pernah menyapa orang tua Natha, dan hanya fokus dengan gadisnya.
Natha kasih kekeh bertahan, karena ia merasa takut Zakra menyebarkan apa yang telah mereka berdua lakukan selama ini.
”Kak, apakah aku sudah tidak perawan lagi? karena ibu bilang jika kewanitaanku disentuh, maka kau tidak perawan lagi?” tanya Natha dengan polosnya.
Natha sungguh tidak mengetahui bahwa sesungguhnya, dirinya masih perawan dan apa yang telah Zakra lakukan belum seberapa dan belum sempat menusuk kewanitaan miliknya.
"Perawan atau tidak, apakah ada masalah? apakah jika masih perawan kamu akan meninggalkanku?" tanya Zakra serius.
”Aku akan tetap bersama kakak, jawab aku kak!” tanya Natha lagi dengan nada lirih dan menangis, dan Zakra hanya menggelengkan kepalanya.
Arghh...
”Kak Zakra bagaimana ini, aku tidak ingin pulang,” rintih Natha lalu memeluk sang kekasih.
Ia terus menangis terisak, menyesal sungguh menyesallah yang tertinggal. Malam itu juga, Zakra pun turut menangis, sambil membelai lembut sang gadis tersayangnya.
Zakra hanya bisa mengambil cara ini untuk mengikat Natha disisinya. Natha yang benar-benar polos tak mengerti apa yang telah terjadi, hanya bisa menangis sedu.
Beberapa saat kemudian...
Zakra mengantarkan Natha pulang ke rumah.
***
"Kediaman Nathasya"
Sepulangnya dari rumah Ancel, ayah dan ibu angkatnya terlihat tegang saat melihat kepulangan Natha, sambil melirik jam dinding. Baru kali ini Natha pulang larut malam, dan ebnar-benar sudah bukan lagi Natha yang lugu dulu.
Sepanjang malam, Natha tidak mampu memejamkan matanya, ia sangat takut dan cemas setelah mendengar pernyataan dari Zakra, bahwa ia tidak lagi perawan.
"Hancur sudah masa depanku..." lirih batin Natha yang bahkan air mata pun tak mampu keluar karena rasa takutnya hingga membuatnya begitu tertekan.
Zakra terus menenangkan Natha dengan menemani Natha bergadang melalui pesan-pesan.
Pagi hari....
Natha bangun pagi-pagi buta, dan entah kenapa ia sangat ingin menelpon sang kakak sulungnya.
Beberapa kali, sang kakak tak kunjung aktiv, dan akhirnya tersambung juga.
Dengan lirih, Natha mulai terus terang atas apa yang tekah ia lakukan semalam. Isak tangis memenuhi perbincangannya bersama sang kakak sulung. Kakak sulungnya pun lebih lagi terisak dan merasa lebih hancur.
"Kenapa kamu harus mengalami ini Nathasya, mengapa bukan kakak saja...
Coba ceritakan bagaimana Zakra memperlakukanmu.." lirih sang kakak sulung.
Perlahan-lahan Natha menceritakan secara detail, dan ternyata ia baru sadar bahwa dirinya masih perawan.
Ternyata ibu angkatnya telah mengetahui hal tersebut. Hancur sungguh hancur sudah keluarga mereka akibat perbuatan Natha bersama Zakra. Dalam hal ini, orang tualah yang paling hancur dan putus asa, merasa gagal mendidik anak-anaknya.
***
Seperi biasanya Natha menyuapi adik-adik sepupunya.
"Natha, kamu masih ingin melanjutkan sekolah atau menikah..?" tanya sang ibu angkatnya dengan nada lirih.
”Aku ingin menikah saja ma...” jawab Natha yang sontak membuat hati sang ibu angkatnya jauh lebih hancur.
Secara toba-tiba, sang ibu angkatnya membanting pintu kamar dengan ekras, dan air mata Natha lagi-lagi mengalir deras, karena hanya penyesalanlah yang kini ia rasakan.
Selama dua hari suasana keluarga mereka benar-benar kacau. Ayah angkatnya yang begitu tulus menyayangi Natha pun begitu hancur, layaknya hancur hati seorang ayah kandung saat mendapati sang anak hancur.
Pelan-pelan, kedua orang tua angkatnya berusaha bertanya dari hati ke hati, atas apa yang telah Zakra lakukan dan bagian apa yang telah zakra sentuh. Dengan bersimbah air mata yang tak kunjung berhenti, Natha menceritakan semuanya dengan nada lirih dan bergetar.
Detik itu juga, Natha dipindahkan dari sekolah lamanya. Ia yang baru saja naik eklas pun harus pindah sekolah, dan Natha pun menuruti apa keinginan keluarganya demi kebaikannya.
Drrttt.....
"Coba saja jika kamu beranimemutuskan hubungan ini, aku akan sebar luaskan apa yang telah kita lakukan selama ini.." isi pesan ancaman dari Zakra, semakin membuat Natha merasa tertekan.
... ...
"Sayang, berikan ponselmu dan patahkan kartumu sekarang.." ujar sang ibuangkat dengannada lembut. Natha pun menuruti permintaan sang ibu.
Selama tiga hari, Natha hanya terbaring lemas di kamar pribadinya. Rasa bersalah terus mengahntuinya dan membuat pikirannya benar-benar tertekan, terlebih lagi pembodohan yang telah Zakra katakan, yaitu menyatakan bahwa Natha sudah tidak lagi perawan. Setelah apa yang Zakra lakukan, kini Natha harus menerima ancaman dari Zakra.
Selama tiga hari, proses kepindahan Natha berjalan lancar dan keluarganya berusaha memisahkan Natha dan Zakra. Zakra terus menelpon keluarganya bahkan seluruh keluarganya pun merasa di terror. Saat itu sang ayah angkat begitu murka hingga mengeluarkan kalimat kutuk, sumpah serapah untuk pertama kalinya Natha mendengarkan itu keluar dari mulut sang ayah.
Keluarga sangat mengasihi Natha, dan tak sekalipun menyentuh fisik Natha walau dalam keadaan yang sangat kecewa.
Natha tidak makan, tidak minum selama hampir tiga hari, ia terlihat buruk karena mulai depresi. Akhirnya, Natha pun pergi bersama sang ibu angkat ke sebuah sekolah xx yang mengharuskannya tinggal di asrama.
Hari ketiga, Natha akhirnya menyentuh makanannya, walau sangat lapar ia tak mampu menyantap makanan itu. Namun kasih sayang kelaurganya sungguh membuat dirinya berubah menjadi sedikit lebih baik.
>>>
Sementara itu Zakra masih terus berusaha mencari info akan keberadaan Natha. Tidak cukup pesan selular, zakra pun mengirim pesan melalui akun f*******: milik Natha. Isi pesannya penuh dengan ancaman, dan membuatnya semakin gila.
Drrttt... nomor baru... ponsel ibunya terus bergetar, perlahan Natha mengangkat, dan yang ia dengar ialah isa tangis seorang pria, yang tidak lain ialah Zakra.
Natha segera memberikan ponsel tersebut pada ibunya, dan ibunya pun dengan penuh kelembutan menjawab telepon dari Zakra, dengan lembut dan penuh kasih, sang ibu menenangkan Zakra.
Zakra terus terisak, ia sangat mencintai Natha, namun caranya sungguh sangat salah. Ingin memiliki seutuhnya hingga hamoir membuta Natha kehilangan masa depan dan juga segala impiannya.
Natha pun benar-benar putus kontak dengan Zakra. Semua sudah selesai sudah, Natha kini melanjutkan sekolahnya dilingkungan yang baru dan teman-teman yang baru.
Akan tetapi masalahnya tidak begitu saja selesai. Natha terlihat lain dan sungguh aneh, ia tidak ingin berinteraksi dengan siapa pun di sekolah barunya. Berkali-kali teman-teman barunya berusaha mengajaknya untuk berteman, namun Natha selalu menghindar.
Ransel hitam hadiah dari sang ibu angkatnya pun menjadi teman sejati Natha.
Saat jam pelajaran, Natha belajar dengan normal walau terkadang fokusnya hilang, dan prestasinya pun benar-benar menurun.
Setelah istrahat, Natha selalu pergi ke kantin sekolah, membeli beberapa camilan lalu menyimpannya ke dalam ransel. Berjalan sendiri, duduk di sbeuah batu besar, tepatnya di depan sekolahnya. Natha duduk dengan pandangan kosong, sambil menayntap camilan yang ia beli.
Selama beberapa minggu bahkan bulan, Natha setiap malamnya selalu menangis terisak tanpa sebab. Ia terlihat murung dan jarang tersenyum. Natha yang dulunya seorang gadis periang, ramah, sopan, kini menjadi sosok pemurung dan anti sosial.
Teman-teman barunya pun cukup heran dan selalu bergosip tentang dirinya, tentang penyebab dari apa yang kini Natha alami.