Pintu sudah dikunci, dan lampu utama sudah di matikan. Pencahayaan yang didapat hanya dari lampu tidur di sebelah ranjang. Di bawah pencahayaan yang remang-remang, mata Gia tetap bisa melihat dengan baik. Jantungnya berdebar kencang melihat Jeffan yang sedang berdiri seraya melepaskan kaosnya dalam sekali gerakan. Gia yakin sekali, sekarang wajahnya sudah semerah tomat. Namun itu tak akan terlihat di bawah pencahayaan yang minim seperti ini. Jeffan yang sudah bertelanjang d**a langsung berjalan mendekati Gia yang masih duduk di sofa. Tangan Jeffan terulur, yang langsung disambut baik oleh Gia. Tanpa basa-basi, Jeffan menarik tubuh Gia ke dalam dekapannya yang hangat. "Aku rasa ini adalah keputusan yang benar," bisik Jeffan. Gia mendongak, tak paham apa yang dimaksud oleh Jeffan. Namun,

