Bab 5: Lupa

1018 Kata
Enam tahun lalu *** "Bocah ini akan menjadi monster di pulau terkutuk enam tahun ke depan," ujar seseorang sambil menghapus ingatan Fattah menggunakan komputer. Pulau terkutuk adalah sebuah program yang dirancang oleh ilmuan China, dan didanai orang Eropa. Tujuannya adalah untuk mengurangi populasi penduduk dunia, dan menyenangkan hati orang-orang kaya. Pulau Terkutuk adalah sebuah permainan virtual yang pesertanya berasal dari manusia. Kebanyakan dari kalangan kelas bawah. "Iya. Sepertinya dia memang orang yang tepat." Seorang Dokter saraf menyuntikkan cairan berwarna biru tepat di pelipis Fattah. Cairan itu mengotak-atik isi kepalanya. Setelah melaksanakan tugas terhadap Fattah, mereka meninggalkan pria muda itu. Keadaan Fattah melemah. Namun pria muda itu bisa merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya. Komputer yang ada tak jauh darinya masih memproses menghapus isi kepala Fattah. Namun, Fattah mengetahui apa yang akan dirancang padanya. Pria muda itu melepaskan peralatan yang terpasang pada dirinya. Terutama di kepalanya. "Ada apa ini? Mengapa aku berada di sini?" Fattah linglung. Dia melirik sekelilingnya yang penuh dengan layar komputer ada di mana-mana, tepatnya di udara. Di ruangan lain, ia menyadari bahwa ada begitu banyak ilmuwan dan dokter yang berseliweran. Ini adalah sebuah misi. Percobaan akan sesuatu? Kepala Fattah terasa berdenyut karena sebagian isi kepalanya telah dihapus. Dia bahkan melupakan bagaimana ia dan dua temannya membawa perahu nelayan di tengah lautan. Bagaimana caranya Fattah ada di tempat asing ini? Pertanyaan itu masih mengganjal di kepala Fattah. Fattah melirik ke arah kaca yang ada di hadapannya. Ada yang berubah dari penampilan Fattah. Sebelah matanya berwarna biru. Ini aneh. Benar-benar aneh. Fattah melihat sekeliling sampai ia menemukan poster dengan gambar lelaki menyeramkan dengan sebelah mata berwarna biru. Ada tulisan 'Monster', yang tertulis di bagian atas itu. Fattah cukup pintar. Dia sadar betul bahwa dirinya akan dijadikan sebuah monster? Proyek apa ini? Fattah berusaha memahami semuanya. Fattah melirik ke arah jendela. Setelah ia berhasil mengintip, ia mendapati sedang berada di tengah lautan. Berada di kapal canggih, yang entah apa tujuannya. Mengendap-endap, Fattah keluar dari ruangan tempatnya berada. Lelaki itu terhuyung lemah. Dia menyadari bahwa dirinya sedang berada di sebuah kapal asing dengan berbagai macam gambar bendera negara di sana. Tak ada satu pun bendera negara Indonesia. Oleh karena itu, Fattah bergerak menuju samping kapal. Ini berbahaya, sangat berbahaya. Fattah tidak berpikir panjang. Dari pada dijadikan monster maka ia lebih baik mati saja. Fattah mengempaskan tubuhnya ke dasar lautan. *** Fattah membuka mata dan menyadari ia ditemukan oleh para nelayan. Bayangan mengenai kejadian semalam hilang di kepalanya. Otak Fattah masih berusaha memahami apa yang terjadi padanya. Dia merasa otaknya dikontrol oleh sesuatu, semacam mesin. Seseorang berhasil mencari salinan otaknya. "Kau sudah sadar?" Salah satu nelayan bertanya kepada Fattah. "Di mana ini? Apa yang terjadi?" batin Fattah. Dia melihat sekelilingnya dan menyadari tempat itu familiar. Tempat itu sudah sering dikunjungi Fattah. Namun, entah bagaimana ia tidak tahu nama daerah itu. "Hei, apa yang kau pikirkan anak muda?" tanya nelayan yang masih menuntut jawaban. Belum ada jawaban, dan orang itu langsung menyadari ada yang aneh dalam diri Fattah. "Matamu sangat aneh. Sebelah biru, sebelah hitam. Apa kau seorang blasteran?" Orang itu bingung bagaimana mendefinisikan Fattah. Orang keturunan mana Fattah? "Aku tidak tahu," ujar Fattah. Dia turun dari perahu, sambil mengingat-ingat apa yang terjadi padanya. Tidak ada apapun yang bisa ia ingat. Terakhir kali ia mengingat dirinya berada di sekolah belajar. Lalu... Semua ingatannya buram. Dia tidak tahu secara pasti seperti apa bentuk fisik keluarganya, temannya, dan semua orang. Kepala Fattah diisi dengan orang-orang yang tidak berwajah. "Hei, anak muda. Bolehkah saya mendengarkan penjelasanmu? Setidaknya katakan terima kasih." "Terima kasih. Tapi maaf aku tidak ingat apa-apa." Fattah masih memegang kepalanya ketika nelayan lainnya datang dengan berseru, "Kapal asing itu mengirim monster ke wilayah kita! Mereka mengirim monster bermata biru sebelah." "Ha? Bermata biru sebelah? Sepertinya kapal asing itu akan menghancurkan wilayah kita." Samar-samar Fattah mendengar kalimat itu. Fattah mencuci muka di bibir pantai. Dia bercermin dan menyadari bahwa matanya berwarna biru sebelah. Entah bagaimana itu terjadi. Fattah yang sadar mengenai apa yang terjadi padanya pun segera berlari meninggalkan para nelayan di sekelilingnya. Fattah menyusuri hutan yang tak jauh dari tempatnya berada. Dia hendak bersembunyi. Dia terus berlari tanpa menyerah. Napasnya memburu. Namun itu tak menghentikan gerakan kakinya. Setelah Fattah berlari cukup kencang. Dia mulai lelah. Fattah terduduk di hutan. Tenaganya habis, kepalanya pening. Fattah pingsan di hutan itu. *** Di sisi lain, adik Fattah yang bernama Imran mulai mencemaskan kakaknya. Dia menyadari bahwa kakaknya suka berpetualang saat tengah malam bersama dua sahabatnya; Budi dan Rahmat. Entah apa yang ketiga orang itu lakukan. Namun, terakhir kali Imran mendapati mereka berburu di hutan. Jadi, Imran memilih tidak pergi ke sekolah. Dia mengunjungi hutan yang selalu dikunjungi kakaknya. Dia berteriak keras memanggil kakaknya di hutan itu. Tidak ada jawaban. Namun, Imran pun tidak lelah mencari keberadaan kakaknya. "Kak Fattah!" panggilnya. Imran berhenti, berusaha memahami seperti apa hutan yang ia tempatnya mencari. Daerah mana ia bisa menemukan orang? Mata Imran menyaksikan satu tubuh yang tergeletak di tanah. Segera Imran mendekati orang itu. Dia adalah Fattah. Imran mengetahui betul itu kakaknya. Hanya saja, pakaian Fattah sedikit berbeda. Fattah memakai pakaian dengan tulisan Mandarin. Baju itu baru pertama kali dilihat oleh Imran. Apakah Fattah meminjam pakaian temannya? Banyak pertanyaan mulai muncul di kepala Imran. "Kak Fattah, bangun!" Imran menepuk-nepuk pipi kakaknya agar sang kakak segera bangun. Lelaki itu menyentuh jantung kakaknya. Masih ada denyutan di jantung itu. Artinya Fattah masih hidup. Sekali lagi, Imran menepuk pipi kakaknya sampai Fattah benar-benar bangun. "Alhamdulillah," ujar Imran. "Tunggu! Apa yang terjadi dengan matamu, Kak? Di mana Budi dan Rahmat?" Pertanyaan Imran membuat Fattah melongo. Fattah tidak paham apa yang baru saja ditanyakan oleh adiknya. "Budi? Rahmat? Siapa mereka?" Fattah memegangi kepalanya yang pening. Berusaha mengingat-ingat siapa sosok yang ditanyakan oleh adiknya. "Kau adalah Imran, kan?" Nama yang selalu ia ingat hanyalah Imran. Sekeras apapun ia mencoba, ia tidak bisa mengingat Budi dan Rahmat. Imran yang ditanya hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Masih bingung apa yang terjadi padanya. Imran membantu Fattah pulang ke rumah mereka. Kebetulan orang tua mereka sudah tidak ada. Mereka hanya tinggal berdua. Sejak kejadian itu, kehidupan Fattah memburuk. Orang-orang menyebutnya aneh dengan mata biru sebelah. Orang-orang menjauhi Fattah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN