Penyiksaan

1853 Kata
Alea bersenandung kecil diatas tempat tidurnya, matanya terus fokus kepada layar ponsel yang menampilkan gambar-gambar souvenir pernikahan. Hari ini Alea memang di minta oleh Jonathan untuk menentukan sendiri souvenir pernikahan yang akan di berikan kepada para tamu undangan. Alasannya, Jonathan ingin Alea benar-benar mendapatkan pernikahan yang sesuai dengan impiannya. Meskipun Alea tahu, Jonathan melakukan itu karena dia tidak ingin pusing memilih. Dasar menyebalkan. Untung Alea sayang. Layar ponsel Alea berubah, menampilkan panggilan telpon dari sang calon suami Alea, Jonathan. Alea sengaja tidak langsung mengangkat panggilan Jonathan, dia ingin mengusili laki-laki itu. Setelah cukup lama bergetar, Alea kemudian menekan tombol hijau, mengangkat panggilan telpon. “sayang! Kamu dimana?!” tanya Jonathan langsung dengan nada suara yang cukup tinggi. Alea mengulum senyum, membayangkan wajah laki-laki itu yang Alea tebak tengah menampilkan raut kesal. “Aku di rumah” dengan santai Alea menjawab. “serius? Sedang apa? Sibuk? Kenapa angkat panggilan ku begitu lama? Di rumah ada siapa? Sendiri? Atau ada yang lain, teru-” “Nathan!” potong Alea langsung. Semakin mendekati hari pernikahan, laki-lakinya itu benar-benar semakin cerewet. “sorry honey” “tanya satu-satu” “yap. Sorry. So? Kamu sedang apa?” Tanya Jonathan kini dengan nada lembutnya. “sedang melihat pilihan souvenir pernikahan” "baiklah, pilih yang menurutmu paling sempurna" Alea memutar bola matanya "bilang saja jika kau tidak ingin aku tanyai" Alea mendengar tawa Nathan dari sebrang "kau tahu, aku hanya tidak ingin membuat mu pusing, honey" elak Jonathan. "dasar. Laki-laki memang tidak ingit ribet" "yap" "yasudah, kita menikah dengan sederhana saja" "NO!" teriak Jonathan membuat Alea menjauhkan ponselnnya dari telinga.  "Aku tidak ingin sederhana, aku ingin menunjukan kepada semua orang bahwa kau pengantinnya."lanjut Jonathan kemudian. "baiklah" “jadi honey, kenapa begitu lama menganggkat panggilan ku?” tanya Jonathan. Alea mengulum senyum, membayangkan jika mungkin saja saat ini wajah Jonathan merajuk. “sengaja” jawab Alea. “what?! honey! Kamu jahil. Aku pikir terjadi sesuatu” “tidak, aku baik-baik saja. So, kenapa calon suamiku menghubungi?” tanya Alea kemudian. “just miss you” Alea langsung tersenyum lebar. Rasanya setiap hari Jonathan selalu berhasil membuat Alea jatuh cinta. Laki-lakinya, cinta pertamanya dan calon suaminya. Jonathan Aditya Wardana adalah senior Alea di kampus, senior yang cukup populer karena memiliki wajah tampan campuran Indonesia dan Irlandia serta otak yang pintar. Saat awal menjalin hubungan dengan Jonathan, Alea sempat ragu. Selain karena status keluarga mereka yang berbeda,Selain karena status keluarga,  Alea juga mengingat kalimat bahwa cinta pertama tidak akan berakhir bahagia dan Jonathan adalah cinta pertamanya. Tapi setelah di jalani, rasanya semua keraguan itu kini sudah meluap. Keluarga Jonathan sangat menerimanya, bahkan sejak pertama kali dia di perkenalkan oleh Jonathan. Kecuali satu orang, nenek Jonathan, Maya Kusuma. Alea bahkan sangat yakin jika sang nenek masih tidak menerima kehadirannya sebagai pendamping Jonathan. Padahal hubungannya dengan Jonathan sudah berjalan di tahun ke empat.  Perihal status keluarga Alea. Alea memang bukan dari keluarga yang kekurangan. Ayahnya seorang Pegewai Negeri Sipil di salah satu perusahaan milik pemerintah. Orang-orang mungkin akan bilang bahwa Alea dari keluarga luar biasa. Tapi jika di bandingkan dengan keluarga Jonathan yang masuk kedalam golongan konglomerat, pekerjaan ayah Alea bukanlah apa-apa. Ibu Alea sudah meninggal saat Alea masuk ke bangku perkuliahan, sedangkan ayahnya menyusul sang ibu tepat satu minggu setelah Alea di wisuda. Beruntung saat Alea terpuruk ada Jonathan dan keluarganya yang menghibur hingga Alea berhasil melewati masa sedih itu. “sayang?” Panggilan Jonathan menarik Alea keluar dari lamunannya. “ya?” “kamu kenapa? Terjadi sesuatu?” “tidak ada. Aku baik-baik saja” “jadi, bagaimana dengan makan malam?” Alea kembali tersenyum “of course yes!” “good. Aku jemput pukul tujuh setelah dari kantor” “okay” “love you” “love you too” “no! Ingat di salah satu film yang kita lihat?” Alea tertawa “yes. Aku ingat, jangan bilang too karena hal itu seolah kesepakatan. So, Mr. Jonathan. Love you” jelas Alea. “bye honey” “bye” Alea meletakan ponselnya setelah panggilan dengan Jonathan terputus. Senyumnya masih terukir mengingat ucapan Jonathan perihal film yang mereka tonton. Film yang di adaptasi dari sebuah novel berjudul After. Mereka menonton film yang kedua, After We Collid, itupun Alea harus merengek terlebih dahulu kepada Jonathan. Laki-laki itu tidak menyukai film romantis. Tepat saat adegan percintaan yang di lakukan oleh Tessa dan Hardin di kantor, laki-laki itu mengucapkan kalimat “love you” yang di balas Tessa dengan “love you too”. Hardin protes, tidak ingin Tessa menjawab “too”. Dia juga ingin pengakuan Tessa. Sejak dari situlah Alea juga dilarang mengucapkan “too”. “Just say, Love you”. Tapi yang Alea pikirkan, dari sekian banyak adegan dan kalimat, kenapa seolah hanya kalimat itu saja yang menempel di kepala Jonathan, apakah karena kalimat itu di ucapkan saat agedan b******a? Oh God. Sebelum melanjutkan pemilihan souvenir pernikahan, Alea turun dari tempat tidurnya. Dia butuh minum dan cemilan. Berjalan ke dapur, Alea membuka kulkas, mengeluarkan beberapa cemilan dari sana. Makanan ringan hingga buah anggur. Dia juga ingin apel, tapi terlalu malas untuk memotong-motongnya hingga memilih mengabaikan. Setelah mendapatkan apa yang di butuhkan, Alea kembali ke kamar. Dia sudah tidak bekerja lagi, itu permintaan dari Jonathan saat mereka sudah melangsungkan pertunangan. Jonathan ingin Alea fokus mengurus pernikahan mereka dan tentunya mengurus Jonathan juga. Kembali Alea berkutat memilih souvenir yang menurutnya bagus, hingga akhirnya setelah kurang lebih lima belas menit Alea dapat menentukan pilihan. Segera dia memberi tahu Angel, adik Jonathan dan Mia, calon ibu mertuanya untuk meminta pendapat. Mendapat persetujuan dari mereka, Alea kemudian menghubungi pihak Wedding Organizer untuk menyebutkan pilihannya. *** Alea sudah siap dengan penampilannya, hanya perlu menambahkan pewarna bibir agar penampilannya benar-benar membuat Jonathan hanya tertuju kepadanya. Well, meskipun dari dulu laki-laki itu memang hanya menatapnya. Tidak ada pakaian mewah yang melekat di tubuh Alea, hanya pakain casual dengan celana jeans dan kemeja putih. Memilih mengenakan flat shoes sebagai alas kakinya di tambah jenis tas dengan model sling bag, tampilan Alea benar-benar terlihat sederhana tetapi tetap bergaya. Apalagi faktor pemberian Tuhan yang sangat luar biasa, kaki yang jenjang dan wajah yang rupawan. Rasanya wajar saja jika seorang Jonathan akan selalu waspada kepada setiap laki-laki yang memandang calon istrinya itu jika lebih tiga dari detik. Bunyi klakson membuat Alea langsung kelaur kamar. Jonathan sudah tiba.  Alea mengunci rumahnya. membuka gerbang kemudian meutupnya lagi dan menguncinya. Di rumahnya, Alea memang hanya tinggal sendiri. Tidak ada asisten rumah tangga dan tidak ada pula satpam. Menurutnya, satpam perumahan sudah cukup. Segera Alea masuk kedalam mobil. Memeluk Jonathan sekilas lalu duduk dan menggunakan sabuk pengamannya. "makan apa kita?" tanya Alea "entah, kau ingin sesuatu?" tanya balik Jonathan Alea diam, memikirkan menu makan malam. "aku ingin nasi goreng dan pangsit goreng" jawab Alea kemudian. "kamu serius honey?" "yes. Sepertinya dua makanan itu sangat enak. Aku mau itu" Jonathan tersenyum dengan mata yang tetap fokus pada jalanan. Tangannya kemudian mengusap lembut kepala Alea "siap laksanakan" Jonathan menghentikan mobilnya di dekat kawasan penjual makanan malam. Tenda-tenda yang berjejer rapih dengan aneka ragam jenis masakan. "malam ini sepertinya cukup ramai" Ucap Jonathan sambil memilirk sekitar, cukup banyak mobil yang terparkir di pinggir jalan seperti mobilnya. "iya. Oleh karena itu, ayo segera turun, aku gak mau kalau nasi gorengnya kehabisan" sahut Alea. Jonathan tersenyum lebar. Kemudian menyusul Alea keluar mobil. Sambil menggandeng Alea, Jonathan melangkah menuju penjual nasi goreng yang Alea maksud. "aku ingin nasi goreng dan juga kewtiau. Tidak jadi pangsit goreng" ucap Alea setelah membaca menu. "honey, serius? dua menu?" tanya Jonathan memastikan Alea membalas pertanyaan Jonathan dengan wajah sedih "tidak boleh?" tanya Alea "no. Tentu boleh. Pesan apa yang kau inginkan" jawab Alea Wajah Alea kembali ceria. Dia menyebutkan pesanan untuknya dan juga Jonathan. "Sepertinya nafsu makan mu lebih baik" ucap Jonathan "apa aku terlihat seperti babi?" "hey. Kau kenapa sayang? aku senang melihat porsi makan mu yang sekarang lebih banyak. Dulu bahkan aku memaksamu untuk sesuap nasi kedalam mulut" jawab Jonathan. "tidak tahu, saat ini aku mudah lapar"  Pesanan mereka datang, dua porsi untuk Alea dan satu porsi untuk Jonathan. Jonathan pikir, Alea tidak akan sanggup menghabiskan keduanya, melihat bagaiman banyaknya porsi makan yang tersaji. Tapi perkiraan Jonathan salah. Perut Alea dengan mudah menampung itu semua hingga habis. Luar biasa. "langsung pulang?" tanya Jonathan. Alea mengangguk. Kedua masuk kedalam mobil, bersiap pulang. "persediaan makanan masih ada?" tanya Jonathan saat mobil yang di kendarainya sudah bergabung dengan pengguna jalan yang lain. "masih ada, tapi ada juga yang sudah habis" jawab Alea "kalau begitu kita belanja dulu" Berhenti di salah satu super market, keduanya segera turun. Alea mulai mengabsen apa saja yang sudha habis dan perlu mereka beli. "aku ingin anggur dan kiwi" ucap Alea. "strawberry?" "boleh" Jonathan memasukan buah-buah yang Alea inginkan juga buah pilihannya. "izinkan aku makan mie instan" ucap Alea saat keduanya melewati rak yang memajang aneka ragam jenis mie instan. "no"  "please sayang. Hanya satu" mohon Alea sambil menahan lengan Jonathan. Laki-laki itu memang melarang keras Alea memakan mie instan. Penyebabnya karena mie instan dapat memicu asam lambung yang Alea miliki. "yang lain sayang, jangan mie" ucap Jonathan "no! aku hanya ingin mie instan. Please. Hanya satu" Mohon Alea lagi. Melihat wajah Alea yang memohon, Jonathan menghela nafas berat. "hanya satu" ucapnya kemudian. "yes! thank you sayang" Alea memeluk Jonathan singkat dna langsung menuju produk mie yang dia idamkan.  "ingat, hanya satu" ucap Jonathan mengingatkan. "aku ingat" sahut Alea lalu menyimpan mie instan pilihannya kedalam troli. *** Alea menyenderkan tubuhnya di kepala tempat tidur, dia sudah merapihkan barang belanjaan dan juga sudah selesai mandi.  Pintu kamar mandi terbuka, muncul Jonathan dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Melihat bagaimana keadaan Jonathan. Alea merasakan panas di wajahnya. Damn! Jonathan benar-benar sexy. "kau suka?"  "hah?!"  "kau suka?" ulang Jonathan, menggoda Alea Alea yang mengerti maksud pertanyaan Jonathan langsung melempar laki-laki itu dengan bantal yang ada di pangkuannya. Dia malu! Jonathan langsung tertawa dengan tingkah Alea.  "pakai baju kamu!!" teriak Alea panik saat melihat Jonathan melepas handuk yang di pakainya ke sembarang arah. Laki-laki kini hanya menggunakan boxer dari merk ternama dan berjalan medekati Alea, menuju tempat tidur. "tidak, begini lebih nyaman" tolak Jonathan yang tepat melangkah mendekati Alea. Naik ke tempat tidur, menyangga kepalanya dengan sebelah tangan dan menghadap Alea. "kenapa wajahmu merah?" goda Jonathan lagi. "diam!" ketus Alea lalu membaringkan tubuhnya, membelakangin Jonathan. Dia malu. Jonathan tersenyum. Menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka. Bergerak mendekati Alea, Jonathan menempelkan tubuhnya, merengkuh Alea kedalam dekapannya. "kamu bahkan sudah melihat yang lebih dari ini beberapa bulan yang lalu" bisik Jonathan tepat di telinga Alea. Helaan nafas Jonathan benar-benar membuat Alea meremang.  Tidak ada respon, Jonathan mengecup leher belakang Alea, membuat Alea semakin meremang. Tangan Jonathan yang awalnya hanya diam, memeluk perut Alea mulai melakukan pergerakan, menyusup kedalamm baju Alea dan mengusap perut itu dengan lembut. Nafas Alea semakin berat, mencoba menahan godaan kenikamatan Jonathan pada tubuhnya. "I love you" bisik Jonathan lagi yang kemudian kembali mencium leher Alea. Bukan ciuman lembut seperti awal. Tapi ciuman kuat dann gigitan kecil yang bisa meninggalkan bekas di lehernya. Jonathan membalik tubuh Alea agar menghadapnya. Menatap mata Alea penuh puja. Tangan yang menysup kedalam baju Alea sudah beralih mengusap garis wajah Alea dengan lembut. Menyampirkan rambut Alea ke telinga. Aleanya, milkinya dan selamanya menjadi miliknya. Itu janji Jonathan. "may I kiss you?" tanya Jonathan dengan suara seraknya, menahan gairah. "just kiss please" lirih Alea Bibir Jonathan langsung berlabuh, memangut bibir Alea. Memberikan ritme lembut yang berhasil membuat tubuh Alea terasa lemas hingga ritme keras yang melumpuhkan kinerja otak Alea. Meraup bibir Alea seolah itu makanan terenak di dunia dan tak membiarkan seseorangpun menyicipinya. Jonathan rakus. Benar-benar rakus terhadap Alea. Jonathan terus melahapnya. Menjelajah setiap sudut hingga tautan bibir mereka saling berusaha mendominasi. Demi apapun, ciuman ini bahkan membuat kepala Alea ingin meledak dan Jonathan menggila karena harus menahan gairahnya. "sh*t" Maki Jonathan memutuskan tautan mereka. Jonathan langsung menenggelamkan wajahnya di leher Alea. Keduanya masih menarik napas dengan rakus. "aku yakin tidak hanya ciuman jika aku tidak menghentikan itu" serak Jonathan dengan wajah yang masih berada di leher Alea. "kuharap kau tidak kecewa" goda Jonathan kemudian membuat Alea memukul lengan Jonathan yang menindih perutnya. "kau yang kecewa" balas Alea. "tentu! bahkan saat ini aku hampir gila karena menahan. Sial! kenapa kamu bisa se-memabukan ini sayang" serak Jonathan yang masih merasakan denyutan di intinya. Benar-benar menyiksa.   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN