Setuju Menikah

1034 Kata
Camila terbangun sebelum Adzan subuh berkumandang. Ia melihat sekeliling kamarnya yang gelap. Semakin lama matanya semakin terbiasa dengan kegelapan. Allison masih tertidur di sebelahnya. Ia teringat tadi malam Alison mengatakan akan menemaninya tidur malam ini. Camila mendesah berat mengingat apa yang terjadi beberapa jam yang lalu. Bagaimana Satria membatalkan pernikahan mereka melalui surat yang dikirimkan oleh supir keluarganya. Ia tak pernah menyangka bahwa Satria akan melakukan itu. Dipegangnya surat Satria yang diterimanya tadi kemarin Sore. [ Camila, Maafkan, aku tidak bisa menikahimu, Ternyata aku salah mengartikan perasaanku padamu. Aku harap kamu mengerti, sebelum semua terlambat. -Satria-] Singkat, dan sangat menyakitkan. Seandainya Satria mengatakan dari awal sebelum ia menyanggupi pernikahan ini, mungkin tidak akan terasa sesakit ini, batin Camila. Ia teringat janji manis Satria padanya 2 minggu yang lalu. **** Flashback **** "Sayang, kamu jangan khawatir, aku janji akan terus bersama kamu. Aku yakin orangtuaku akan merestui kita," ujar Satria sembari menggenggam jemari Camila 2 minggu sebelum pernikahan mereka. "Tapi Sat, kamu yakin? Mama Papamu belum memberi kita restu!" tanya Camila. Camila memang ragu saat itu, karena orang tua Satria tidak merestui hubungan mereka sepenuhnya, Sedangkan Bunda sudah meminta Satria untuk segera menikahi Camila. Satria adalah anak seorang pengusaha terpandang, dan mereka selalu berpikir bahwa Camila tidak cukup pantas untuk mendampingi Satria. "Kamu nggak usah kuatir Sayang, aku akan bicara dengan mereka. Aku berjanji akan menikahi kamu dan mengabulkan keinginan bunda," ujar Satria "Kalau mereka tetap pada pendirian mereka?" tanya Camila ingin memastikan keteguhan hati Satria untuk menikahinya. Camila tahu tidak mudah bagi Satria untuk menentang kedua orang tuanya. "Aku akan tetap menikahi kamu. Aku janji." ujar Satria saat itu. Dan Camila percaya padanya. **** flashback berakhir **** Ah, ternyata janji hanya tinggal janji. Semudah itu Satria membatalkan pernikahan mereka hanya melalui sepucuk surat. Harusnya Camila mengikuti kata hatinya saat itu. Karena cintanya pada Satria dan keinginan membahagiakan Bundanyalah yang membuatnya membuang jauh-jauh rasa ragunya. Tak terasa air mata Camila mengalir. "Mila.." panggil Allison sambil memeluk bahu Camila. Camila pun langsung menghapus air matanya. " Allie.. Kamu sudah bangun," ujar Camila berusaha menutupi rasa sedihnya. Allison mengangguk dan tersenyum. " Aku punya kabar baik untukmu," ujar Allison sambil memegang kedua tangan Camila, Untuk menguatkannya. "Kabar baik?" tanya Camila dengan penuh harap. Apapun kabar baik itu. Apakah Bang Bima sudah menemukan Satria dan merubah pikirannya? Ia tertidur semalam dan belum sempat mendengar kabar dari Bang Bima. "Apa Satria...?" tanya Camila dengan gugup. "Maaf, bukan Satria," jawab Allison sambil menggelengkan kepalanya. Bukan Satria? Kalau bukan Satria, lalu kabar apa yang bisa dikatakan baik untuk keadaannya saat ini? Hanya kedatangan Satria lah yang bisa membuat segala sesuatunya baik. Dan Camila pun menunduk. " Aku tidak bisa mendatangkan Satria untukmu, atau membuat Satria merubah pikirannya. Dan menurutku, kamu tidak seharusnya mengharapkan dia. He is trash, he doesn’t deserve you!" ujar Allison. "Kak Kenny yang akan menikahi kamu Camila," ujar Allison. "Abang Kenny?" tanya Camila bingung. Bagaimana mungkin Abang Kenny akan menikahinya? "Ya, Kakak sudah bersedia, dan aku berharap kamu pun mau menerima Kakak," ujar Allison. Camila berdiri dan berpikir. Menikahi Abang Kenny? Tapi... Bukakan Abang Kenny mempunyai Reina? "Allie, bagaimana dengan Reina?" tanya Camila sambil membalikkan badannya menatap Alison. "Reina tidak disini," ujar Allison. "Tapi Allie.." ujar Camila menyadari ketidakhadiran Reina bukanlah alasan untuk Kenny bisa menikahinya. "Sementara Camila. Kak Kenny menikahimu untuk sementara," ujar Allison jujur, dengan pandangan meminta maaf. "Kak Kenny bersedia melakukan ini demi Bunda dan kamu, paling tidak sampai kondisi Bunda membaik." ujar Allison berterus terang, mengatakan persis seperti apa yang dibicarakannya dengan Kenny. "Aku tahu, ini mungkin tidak sesuai harapanmu, tetapi kak Kenny mungkin pilihan terbaik untukmu, untuk saat ini. Dengan begitu kamu tidak perlu mengkhawatirkan Bunda," ujar Allison, berharap Camila mau menerima sarannya. Camila terdiam dan berpikir. Apa ia punya pilihan lain? Ia mengenal Abang Kenny dengan cukup baik, dan menganggapnya Kenny seperti abangnya sendiri, seperti halnya Abang Bima. Dan Ia yakin Abang Kenny tidak akan berbuat Hal-Hal yang tidak seharusnya terhadap dirinya. Tapi apakah menikahinya tidak akan memberatkan Kenny? Bagaimanapun mereka akan menikah secara sah di depan Hukum dan Agama. "Bisa aku bicara dengan Abang Kenny?" tanya Camila kepada Allison. Dan Allison pun mengangguk. Tak seberapa lama, Allison pun menyambungkan Camila dengan Kenny melalui pesawat telepon. "Mila.." panggil Kenny melalui panggilan telepon. "Abang.. Allie sudah memberitahukan aku," ujar Camila. "Abang yakin mau menikah denganku?" tanya Camila langsung. Ia tidak ingin menjadi beban buat Kenny, dan tidak ingin Kenny terpaksa melakukannya. "Mila, Abang melakukan ini buat Bunda, paling tidak sampai Bunda kembali sehat. Dan Abang yakin Mila pun demikian. Kita sama-sama sayang Bunda," ujar Kenny. “Dan kita akan tetap seperti ini Mil, Abang akan tetap menganggap Mila seperti adik abang sendiri. Mila nggak usah kuatir,” ujar Kenny, tidak ingin Mila berpikir macam-macam mengenai niat baiknya. Camila tidak meragukan perkataan Kenny. Ia tahu sahabat kental abangnya ini memang menyayanginya seperti halnya Abang Bima. “Bagaimana dengan Reina Bang?” tanya Camila perlahan. Kenny menghela nafas. “Allie berpendapat kalau Reina tidak perlu tahu mengenai hal ini,” ujar Kenny. Terdengar dari intonasi suaranya jelas, bahwa ia masih belum yakin akan apa yang harus ia katakan kepada Reina. “Menurut Abang sendiri? Maksud Mila, Mila nggak keberatan kalau Abang masih bersama Reina, karena Abang hanya menolong Mila. Tapi Bang…” “Apa hubungan Abang dan Reina akan baik-baik saja jika Reina mengetahui hal ini?” tanya Camila. Ia merasa perlu menanyakan hal ini, karena ia tidak ingin menjadi penyebab hancurnya hubungan Kenny dan Reina. “Sejujurnya, Abang nggak tahu Mila,” ujar Kenny. “Abang, Mila minta Abang untuk mengatakan sejujurnya pada Reina mengenai hal ini. Dan Mila akan membantu Abang untuk meyakinkan pada Reina kalau pernikahan ini hanya sementara, dan hanya sandiwara saja.” ujar CamiIla. Walaupun hatinya sedang dirundung perasaan sedih, namun ia tetap bisa berpikir jernih. Ia tidak ingin menjadi duri dalam daging dalam hubungan Kenny dan Reina. Setelah beberapa saat hening, Kenny akhirnya berbicara. “Kamu benar Mila, sebaiknya Abang jujur pada Reina. Abang akan memberitahunya setelah kita menikah. Abang yakin Reina mau mengerti. Reina pun tahu jika Abang menyayangi kamu seperti adik Abang sendiri,” ujar Kenny. Ia terlihat sudah lebih mantap mengatakannya. “Terima kasih Bang,” ujar Camila. Iapun berharap Reina mau mengerti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN