Rachel Abila Divya

1046 Kata
Setahun kemudian David kembali dari negara Singapura. Sudah beberapa kali dia melakukan perjalanan pulang pergi antar negara. Baru saja di jemput asisten nya dari bandara Singapura dan sekarang sedang dalam perjalanan melalui mobil mewah nya menuju rumah besar nan mewah di kota Jakarta. “Apa kau sudah menemukan wanita itu?” keluar pertanyaan dari mulut David. “Sudah tuan, kami juga sudah menyelidiki nya.” Jawab Anton, asisten yang di percayakan David. Anton yang duduk di depan, di samping supir nya, pak Sutrino. “Bagus, berikan alamat nya. Aku ingin segera bertemu dengan nya.”pinta David dengan nada tegas dan serius. “Baik tuan.” Jawab Anton pasti. “Sebentar lagi aku akan bertemu dengan mu, dan akan ku buat kau bersama ku, menjadi milik ku, hanya milik ku!!” gumam David dengan mengepalkan tangan nya. Janji pada diri nya sendiri sejak beberapa tahun yang lalu. Selama ini dia lebih sering berada di luar Indonesia, dan sekarang lah waktu nya untuk memenuhi janji nya. David Benyamin Alexanders sudah lama mencari dan mengincar wanita itu. yang sudah lama mengganggu hati dan perasaan nya.   ******* Di salah satu rumah sederhana, seorang wanita yang tinggal bersama dengan paman, bibi dan sepupu nya. Gadis itu berusia 22 tahun, Rachel Abila Divya, nama gadis itu. kedua orang tua nya yang sudah meninggal ketika dia berusia 15 tahun, dan setelah itu dia di besarkan oleh paman dan bibi nya. Mereka tidak menyayangi gadis itu, membuat nya selalu bekerja dan sering menyiksa nya. Bahkan rumah peninggalan satu-satu dari orang tua nya pun di rebut paman yang adalah adik kandung dari mama nya. Hanya saja Rachel Abila tidak bisa melakukan apa-apa, yang terpenting bagi nya adalah bisa bertahan dan memiliki tempat tinggal, walaupun memiliki tempat yang kecil. Keseharian nya adalah bekerja sebagai cleaning service di salah satu rumah sakit. Sudah 1 tahun dia bekerja. Tentu saja, hampir semua gaji nya di berikan pada dua orang yang selalu tidak memperlakukan nya dengan baik, layak nya manusia. “Rachel…” panggil seorang pria yang memakai pakaian seragam putih. Pria itu memanggil dengan membawa sebungkus roti dan air mineral dalam kemasan botol. “Bastian?” Gadis itu menoleh melihat teman sekaligus rekan kerja nya, walaupun beda posisi pekerjaan. Bastian Dareen, kakak kelas dari Rachel saat di SMA. Bastian sangat baik dan ramah pada nya. Banyak sekali dia menolong dan membantu Rachel, apalagi dalam hal makanan. Karena Rachel tidak suka menerima bantuan barang atau uang secara gratis. “Ini, aku bawakan kamu roti dan air minum. Kamu istirahat dulu, seperti nya kamu sangat lelah.” Dia memberikan apa yang di bawa nya untuk Rachel. Gadis itu menerima dengan senang hati, setelah di paksa terus oleh Bastian. Sebenar nya dia kasihan dan kagum pada Rachel, yang dengan semangat nya bekerja tanpa mengeluh. “Terima kasih ya Bastian, kamu sangat baik sekali.” Ucap Rachel dengan tersenyum ramah. Senyuman nya yang bisa mengubah suasana lawan bicara nya. Pria itu mengusap-usap rambut Rachel dengan lembut. “Tidak usah berterima kasih pada ku, aku kan hanya memberikan sepotong roti dan air mineral saja. Jangan di lebih-lebihkan.” Jawab Bastian yang selalu risih dengan ucapan terima kasih yang selalu di ucapkan gadis yang sudah lama sebenar nya di taksir. “Rachel, kamu di sini rupanya ya, aku tuh dari tadi mencari-cari kamu loh.” Seorang wanita yang sebaya dengan nya datang dengan sedikit kesal dan kelelahan karena berjalan terus. “Maafkan aku Viona.” Ucap Rachel pada teman rekan kerja nya, Viona. Viona adalah salah satu sahabat nya, mereka kenal saat bekerja bersama di rumah sakit, dan sama-sama sebagai cleaning service juga. “Sudah-sudah, jangan minta maaf lagi, bosan tahu dengar nya. Ayo ikut dengan ku ke kantin, aku akan mentraktir mu makan.” Viona menarik tangan sahabat nya, mengajak nya untuk makan siang. Dia tahu kalau Rachel tidak bawa bekal dan uang, karena sangkin berhemat nya. “Kalau begitu kami permisi dulu ya Bastian.” Rachel tidak lupa untuk pamit pada Bastian yang masih berdiri dan mendengarkan obrolan mereka. “Pergi lah, aku juga masih ada urusan yang harus di kerjakan. Sampai jumpa lagi ya.” Jawab Bastian sambil melemparkan senyum nya. Dua orang wanita yang berteman akrab itu pergi meninggalkan nya. Bastian masih melihat kepergian mereka.   ******* Di perusahaan Big Hope, yang di pimpin dan  di miliki David Benyamin Alexanders, Presdir itu sangat sibuk mengerjakan bagian dari pekerjaan nya. Pria yang sangat cekatan dan pintar dalam menjalan kan bisnis nya. Banyak yang mengangkat jempol untuk prestasi yang di raih. Walaupun terkesan sombong dan arrogant, tapi banyak wanita yang ingin menghabiskan waktu untuk nya, meski hanya semalam saja. Di lihat nya jam tangan sudah menunjukkan angka 4 sore, waktu nya dia untuk menjalan kan rencana yang sudah di atur sebelum nya. Dia berdiri dari kursi, menatap jendela kaca dengan mengantongi tangan nya di celana. Beberapa saat dia terdiam dengan berpikir. “Aku akan menemui mu sekarang…” gumam nya sambil memakai jas berwarna abu-abu yang di sangkutkan di kursi bagian bahu. Dengan tenang dan berwibawa, keluar dari ruangan peribadi. “Selamat sore tuan David.” Sapa sekretaris nya Seera. Letak posisi meja kerja nya adalah di samping pintu masuk ke dalam ruang kerja Presdir. Pria itu hanya menganggukkan kepala, tidak menjawab sapaan wanita itu. dia terkenal sangat pelit untuk berbicara. Semua karyawan mencuri pandang melihat pria tampan itu, apalagi kaum hawa. Mereka tentu sangat terpesona dengan aura dari pria dingin itu. David berjalan sendiri menuju lift khusus presdir. Kalau David melihat, tidak ada satu pun karyawan yang berani memandang nya, tapi kalau di belakang nya, tentu banyak yang melihat nya, apalagi bahu nya yang lebar. Mereka berdecak kagum dengan tubuh sempurna nya. “Sutrisno, segera jemput aku di depan gedung.” Perintah nya pada supir yang selalu membawa dan menjemput nya di mana pun dan kemana pun tujuan yang di inginkan. Perintah yang di sampaikan melalui panggilan dari ponsel nya. Ting… Akhir nya lift yang membawa nya sudah tiba di lantai dasar, David berjalan untuk menghampiri Sutrisno yang sudah menunggu nya di depan gedung. Langkah nya yang pasti, tubuh yang tegak, kepala yang menatap dengan lurus kedepan, hidung yang mancung, bola mata yang berwarna cokelat, dan wajah yang terlihat sangat dewasa memiliki beberapa kerutan, tapi tidak terlihat tua. Dari raut wajah nya, terlihat tidak ada ketakutan sama sekali.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN