Diskusi Generasi Pertama

1848 Kata

Malam itu, di ruang utama rumah besar di Bogor milik Manggala, suasana begitu sunyi meski diisi oleh para lelaki tertangguh keluarga Adhiyaksa. Mereka duduk melingkar, masing-masing menyandarkan punggung dengan tegang namun penuh kendali. Lampu gantung antik yang menggantung di langit-langit menjatuhkan bayangan remang yang membuat wajah-wajah mereka tampak lebih dalam, lebih tegas. Di meja besar yang menjadi pusat ruangan, beberapa dokumen, peta digital, dan catatan terhampar. Kopi sudah dingin, dan hanya aroma sisa dari pembicaraan panjang yang masih bertahan di udara. Fadli Adhiyaksa yang duduk di sebelah kiri Feri membuka suara dengan nada yang dingin namun padat. “Aziel dan Lara sudah diserang. Rain dan Husein juga di rumah. Rain ditodong dengan pistol. Ditambah lagi beberapa proyek

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN