Hari H Pernikahan

1094 Kata
BRAAAAKKK....!! Sebuah tendangan kaki menyapa meja rias yang tak berdosa, hingga peralatan make up diatasnya jatuh berserakan di lantai. " Tante. Jangan sampai keluarga Haris malu karena menghilangnya Tanya, dan mengakibatkan gagalnya pernikahan ini.! Keluarga besar mama dari Belanda semua sudah berkumpul dan sedang dalam perjalanan ke hotel ini tante.!! Cari Tanya sampai ketemu tante.!! Apapun ceritanya, pernikahan ini tidak boleh batal.!! " Teriak Haris di dalam kamar pengantin yang telah di hias sedemikian rupa. Wajahnya menegang menyimpan kepanikan yang dalam, keringat dingin mulai mengucur menghiasi wajahnya. Bagaimana tidak? Ayahnya yang terkenal killer terpaksa mengalah atas pilihannya, dan telah merestui pernikahan yang dia inginkan, meski belum pernah bertemu dengan sang calon menantu dan besan. Karena selama setahun terakhir, sang ayah memilih tinggal di Belanda menemani sang istri yang tengah merawat orang tuanya, yang menderita sakit keras. Agung Harvey Soedjianto, adalah orang yang sangat tepat janji. Sehingga begitu dia merestui pernikahan putranya, maka dia akan menyempatkan diri menghadiri pesta pernikahan itu. Acara pernikahan sang putra, sekaligus dia jadikan ajang reuni dengan kolega bisnisnya, karena telah sekian lama tak bertemu. Memboyong seluruh keluarga sang istri dari Belanda menggunakan jet pribadi miliknya dengan sebagian menggunakan pesawat komersil, guna memamerkan tentang calon menantu yang sangat di puja-puja sang putra. Hingga membuat mereka tidak sabar ingin bertemu dengan istri Haris yang mampu membuat Haris, playboy kelas kakap itu bertaubat dan berhenti bertualang, dari satu wanita ke wanita lainnya. Tentu saja hal itu membuat keluarga besarnya sedikit terheran, karena kelakuan sang putra telah di ketahui oleh keluarga besar mereka. Meski begitu mereka tak sanggup untuk berkata. " Tante juga sudah menghubungi Tanya. Tapi, kenapa ponselnya mati, tidak biasanya anak ini berbuat sebegini nekatnya.." Gumam ibu Tanya sembari mondar - mandir dengan mata menatap penuh konsentrasi kearah ponsel. “ Terkecuali terjadi sesuatu pada Tanya…” Andai ponselnya dapat berbicara, mungkin dia akan berlari ketakutan karena terus mendapat pelototan wanita paruh baya yang berdandan menor itu. “ Maksudnya, Tante?” Haris menoleh dengan sorot mata penuh harap. Berharap bahwa kemungkinna kabar yang di lontarkan ibu mertuanya adalah kabar baik. “ Siapa tau, Tanya mengalami kecelakaan ketika perjalanan kesini? Karena mobilnya lebih dulu berangkat menuju hotel ini, Nak. Tante ada perlu dengan teman tante, makanya tante beda mobil dengan Tanya…” Jawaban ragu penuh alasan, membuat emosi Haris semakin meningkat. “ Kalau Tanya kecelakaan, dari jam 5 pagi dia meninggalkan rumah menuju Hotel ini, tentu sudah ada yang menghubungi pihak keluarga, mikir Tante! “ Haris mendengkus kesal mendengar alasan yang tak logika dari calon ibu mertuanya. “ Lantas, kalau tidak kecelakaan, apa lagi Nak Haris? Tanya begitu tidak sabar menantikan hari ini. Tadi malam dia mondar-mandir menyiapkan barang yang akan di bawanya kerumah nak Haris. Dia begitu bersemangat menantikan hari ini, jadi Tante juga tidak menyangka jika sampai jam segini, justru dia tidak ada disini, Nak. Kedatangan tante ke kamar ini juga untuk memberitahukan Tanya, jika hampir seluruh keluarga besar kami datang, jadi kemana dia, Nak? Tante juga tidak tahu-menahu…” Wanita berusia sekitar 40 tahunan itu terlihat semakin gelisah. Ingin rasanya dia marah, tapi dia tak memiliki hak untuk marah. Karena yang tidak berada di kamar ini adalah putri kandungnya sendiri. “ Jangan bilang semua tante tidak tahu! Tidak mungkin tante tidak tahu bagaimana sepak terjang putri tante yang sering bergonta-ganti pasangan itu! Mungkinkah dia kabur dengan pria lain?!” Mata Haris membesar ketika membayangkan jika sang calon mempelainya pergi dengan pria lain. “ Tidak! Tidak mungkin Tanya pergi dengan pria lain, nak Haris. Tanya sangat mencintai nak Haris. Dan pernikahan ini adalah pernikahan yang sangat di nantikannya, dia sangat antusias, jadi mana mungkin dia kabur. Tanya tidak mungkin seperti itu bukan?” Pertanyaan calon ibu mertua Haris membuatnya semakin terpancing emosi. " Ya, tapi dia anak tante. Seharusnya tante bisa mengontrol dia.! Semua bisa Haris tangani kecuali papa.! Dan sekarang papa mengundang seluruh kolega papa ke hotel ini, mau di taruh dimana muka papa, tante.!" Teriak Haris dengan mata melotot dan memerah. “ Tante tahu dengan jelas siapa keluarga Haris, tak mungkin keluarga Soedjianto Harvey mendapat malu seperti ini, Tante. Tidak lucu!” Hilang sudah rasa hormatnya kepada wanita yang selama ini dia manjakan dengan berbagai materi berlimpah. Haris begitu royal hingga dia tak segan untuk menghamburkan sedikit uangnya demi mengambil hati calon mertuanya dan mendapatkan restu. " Tapi, tante harus bagaimana nak Haris...tante tidak tahu kemana Tanya pergi, dia tak mengabari tante sama sekali, sedangkan ponselnya mati, andai tante bisa, tante akan mengikat kaki anak tante.." Ucapnya dengan suara bergetar mulai ketakutan dengan reaksi sikap Haris, seperti hendak menerkamnya hidup-hidup. Wajar hal itu terjadi, bagaimana penilaian masyarakat andai pernikahan yang telah di gembar-gemborkan gagal. " Kalau begitu, carikan solusinya tanteee..! Bertanya ke seluruh keluarga tante, siapa tahu Tanya pamitan kepada mereka, mikir donk tante. Jam sudah mulai dekat dengan rangkaian acara…" Teriaknya lagi sembari menatap jam di pergelangan tangannya. Jam yang di pilihkan oleh Tanya sebagai jam couple untuk acara pernikahan mereka. Jam tangan yang berharga fantastis yang membuat orang akan menggelengkan kepala jika mengetahui harga jam tangan couple untuk pernikahan mereka. Haris tak menyangka, keisengan Tanya akan separah ini, dimana wanita itu meninggalkan dirinya disaat hari suci untuk membuktikan cinta mereka. “ Cari Tanya ke seluruh sudut hotel ini, atau di parkiran mobil, siapa tahu dia tertidur, sekarang!!” Ucap Haris menghubungi seseorang dari ponselnya. Tampak Dina Ariana Ardie mondar - mandir sembari menghubungi satu-satu keluarga besarnya untuk menanyakan keberadaan Tanya. Tapi jawaban keluarga yang di hubunginya bukanlah sesuai dengan keinginannya, dimana hampir seluruh keluarga besarnya tidak mengetahui keberadaan Tanya. Lima belas menit berlalu, tampak Haris terduduk lemas dengan rambut yang mulai kusut, tangannya mengendorkan dasi di lehernya dan menundukkan kepala dengan tubuh bersandar di ranjang. Dia lelah harus terus marah, otaknya justru semakin buntu, beberapa barang tampak telah berserakan di lantai karena tendangannya. Aku harus bagaimana, TUHAN! Aku boleh membuat banyak kesalahan, tapi tidak dengan hari ini. Papa akan menghabisiku tanpa ampun, jika itu terjadi. Papa adalah orang yang tak kenal ampun, terlebih menyangkut nama baik keluarganya. Harus bagaimana ini? Berikan aku pertolongan kali ini saja Tuhan! Haris meremas rambutnya karena kepalanya terasa mau pecah. Semuanya di luar kendalinya. Kejadian seperti ini sangat di luar nalarnya. Tak hanya Haris yang mulai berputus asa, begitu juga Dina, wanita yang telah melahirkan Tanya itu terlihat mulai menggigit-gigit kukunya, terbayang olehnya bagaimana nasib yang akan di laluinya andai sang putri tak benar-benar muncul di hari pernikahannya ini. Ttookk..tookk..tookk Pintu terbuka, membuat semua menoleh kearah pintu. Berharap yang datang adalah sang mempelai wanita. Karena di antara keduanya tidak ada meminta seorangpun untuk datang ke kamar pengantin ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN