BAB 2 - KEY

1490 Kata
Hal yang paling menyenangkan bagi Keylea Delora adalah saat sedang menempuh perjalanan. Ia lebih suka menyendiri dibandingkan harus berkumpul dengan teman-teman. Ia juga menyukai suasana sunyi, kecuali suara lantunan musik yang mengiringi kesepian. Langit membawa rona cerah tak berujung, awan bersembunyi ketika mentari bermain dengan alam. Nampaknya warna biru keungunan yang membentang di atas cakrawala, membuat Keylea bersemangat untuk pergi ke sebuah danau. Apalagi, tujuannya untuk mencarikan pasangan ayahnya. Lagu kedua sudah diputar, membawa rasa menuju pada alam lain. Perlahan-lahan katup matanya tertutup, sampai jiwa beranjak dan menerjang alam mimpi. Ia sengaja memilih kendaraan roda empat yang dapat dengan otomatis mengendalikan. Selain untuk meminimalisir kecelakaan, ia pun dengan mudah menikmati perjalanan tanpa harus menyetir. Untung saja ia terlahir dari keluarga kaya raya, sehingga untuk membeli mobil dengan fasilitas modern seperti itu, tidak sulit digapainya. Sayup-sayup terdengar suara gemericik air, dari kenyataan hingga terbawa ke alam mimpinya. Ini aneh! Keylea membawa jiwa kembali dari alam mimpi segera, dan pemandangan mengerikan menyambutnya. Gelap! Ini bukan jalanan, yang terlihat dari balik jendela adalah perairan. Keylea mengira ia sudah tiba pada tempat tujuan, yakni, danau kunci yang terletak di pinggiran kota. “Hah, bener-bener, deh! Apa gue salah setting tempat gitu? Masa ini mobil nerobos danau sih?” Ia bermonolog dengan gurauan. Begitulah sikapnya yang selalu tenang ketika menghadapi persoalan. Terpikirkan olehnya, jika mobil yang ditumpanginya tidak secara otomatis berhenti ketika tiba di tempat parkir. Sehingga, benda itu masuk ke dalam danau ini. Terdengar suara mesin kendaraan masih menyala, ia dengan lega menyulam senyuman. Kemudian menekan tombol untuk membuka jendela secara perlahan, dan hanya dari celah sebesar lima inci saja air itu masuk sedikit demi sedikit ke dalam mobilnya. Baru tadi pagi temannya membahas tentang kendaraan yang dimilikinya. Tepatnya, jika mobil itu dirancang dengan mesin lebih kuat dari mobil yang lainnya. Sehingga, ketika tenggelam ke dalam air, kendaraan itu masih akan bertahan untuk menyala dalam dua jam saja. Ia menunggu hingga mobilnya hanyut terendam air, berniat akan membuka pintunya setelah keadaan aman. Tidak mungkin aman! Sudah masuk ke dalam danau saja, itu adalah musibah. Tentunya, keadaan sudah dalam zona bahaya. Namun, yang dimaksudkannya adalah, untuk dapat keluar dari kendaraan itu, dan akan berenang menyebrangi kedalaman danau ini. Tentu saja, jika ia langsung membuka pintu kendaraan, hantaman dari arus air yang keras, akan membuatnya pingsan. Maka, ia menggunakan cara yang telah dilakukan. Ia mulai menarik napas dalam, mengumpulkan puing-puing udara sebanyak-banyaknya. Ruang dalam mobil itu sudah hampir terpenuhi dengan air. Ia mempersiapkan mental dan tenaga, untuk …. Membuka pintu kendaraan itu, setelah tiada celah kehampaan ruang. Kemudian tanpa bantuan dari peralatan menyelam, ia membawa tubuhnya untuk menggapai daratan. Sudah satu jam ia melawan kematian, dari mulai terbangun hingga menunggu mobilnya terendam air. Dan kini, usaha itu membuahkan hasil memuaskan. Manakala ia telah menepi di bibir danau. Percikan air membasahi bumi. Alam seakan turut bersedih menyaksikan tragedi nahas yang menimpa dirinya. Air mata langit menjadi keberuntungannya, sebabnya busana basah kian membasah yang tak akan menyebabkan masuk angin. Hosh … hosh … Napasnya terengah-engah, setelah berenang selama lima menit dari kedalaman danau sepuluh meter. Di atas hamparan rumput tubuhnya terlentang, sambil mengumpulkan serpihan udara untuk mengisi pasokan paru-parunya. Mata terpejam mengisyaratkan kelelahan, padahal ia tidak ingin air hujan memasuki indra penglihatannya. Ia mengucap syukur di dalam benak, karenanya kendaraan itu belum larut terlalu dalam. Sehingga, dengan kemampuan yang dimilikinya, ia dapat lolos dari kematian. Merasa cukup untuk beristirahat, ia beranjak mencari perlindungan bagi tubuhnya dari air mata langit yang belum jua berhenti mengguyur bumi. Setelah berjalan menyusuri bukit, selama lima belas menit, tak jua mendapat yang diinginkan. Tidak ada pertanda kehidupan, bahkan jika itu hanya gubuk kecil saja. Ia pasrah, dan mengedarkan pandangan. Nampak pohon beringin menjulang tinggi berada di tengah bukit. Ia merasa pohon itu cukup untuk melindungi tubuhnya. Lantas, hendaklah kaki memburu langkah, dan duduk bersandar pada pohon itu. Dari arah dua puluh meter, samar-samar ia melihat ada seseorang yang sedang berlari meninggalkan tempat. Di sana adalah tempat di mana kendaraannya karam. ‘Ada yang ga beres!’ Dengan cepat, otaknya menyibak suatu makna. Jika kecelakaan yang terjadi kepadanya adalah buah karya dari seseorang. Apalagi, setelah mengingat satu minggu yang lalu ia memergoki perbincangan rahasia. Sudah jelas merekalah yang sedang berbuat buruk terhadapnya. Namun, ia mengeluh pasrah, karenanya tidak memiliki bukti yang akurat. Seharusnya, ia dapat melihat dari alat perekam yang terpasang di mobilnya. Nahas, ia tidak ingin menyelam lagi ke dalam danau, yang diyakini mobilnya telah mendarat di dasar danau tersebut. Mata kembali terpejam. Akibat banyak terserang air, dinding mata itu terasa perih. Tak! Sebuah sentilan mendarat di atas keningnya, dengan refleks ia membuka kembali rekatan kelopak matanya. Gerakan kejut menyambut kehadiran sosok yang berjongkok di hadapan, dengan memberikan perlindungan dari payung yang digenggamnya. “Key!” Lelaki ini memanggil nama depannya, membuat Keylea membalas dengan picingan mata. “Hah?!“ Ia mengetahui siapa sosok itu, karenanya awak media sedang digemparkan dengan kehadiran lelaki ini. Lelaki itu mengangguk untuk menyahut ungkapan sepenggal Keylea, kemudian menyulam senyum menawan. ‘Kenzo Revanditya.’ Batin Keylea mengucap nama lengkap si lelaki, sambil menilik wajah yang tak pernah dilihatnya secara langsung ini. Biasanya, ia hanya menatap sekilas dari balik layar televisi atau layar ponselnya saja. “Sampe sigitunya kamu mau hindarin aku, Key?” Kenzo berkata, ketika si wanita tak jua membuka mulutnya. Sekaligus untuk menepis pandangan heran perempuan itu. “Hindarin?!” katanya dengan wajah memberengut. Tunggu! Dari ucapan sepenggal, Keylea menanggapi jika seseorang memiliki wajah serupa dengannya. Maka, lelaki ini mengira jika dirinya adalah sosok itu. “Jangan pura-pura ga tau, atau mau langsung aku nikahin kamu?” Kenzo masih berusaha untuk memenangkan hati wanita yang dikiranya adalah incarannya. “Hei, cowok. Lu bisa ga liat ke danau sana?” kata Keylea seakan menyimpangkan perbincangan. Padahal, ada maksud terselubung yang membuatnya menyulam senyuman simpul. “Ngapain?” Walaupun merasa heran, laki-laki yang biasa dipanggil Revan ini menarik arah tatapan menuju sebuah danau yang terlihat dari arah tiga puluh meternya. “Kalo lu nyelam, lu pasti liat mobil. Itu tadi gue pake mobil itu, ga taunya malah tenggelam.” Dengan nada datar ia berkata, membuat Revan kembali menatapnya. “Terus? Kenapa kamu masih di sini?” Keylea berdecak kesal, ia tidak mengira orang yang terkenal sebagai pengusaha muda tersukses kedua ini, memiliki tingkat kecurigaan yang rendah. “Lu ga liat apa gue basah kuyup begini? Gue abis renang dari sana.” “Bukannya basah karna kehujanan?” Siapa pun akan mengira begitu bukan? “Haiss … terserahlah, percaya apa engga! Kalo mau bukti, tinggal lu nyelam ke danau aja sana!” Keylea sudah kehabisan tenaga, apalagi hanya untuk berdebat dengan orang yang tak dikenalinya. Ia memutar tubuh hingga menyamping, menghindari kontak mata dengan lelaki ini. Dengan gesit, Revan menarik bahu kiri Keylea, agar kembali menghadapnya. Ia merasa ada yang aneh dari wanita yang biasanya bersikap lembut terhadapnya ini. “Apa sih yang mau lu bilang?” kata Revan setelah si wanita memelototinya. “Gue abis kecelakaan, gue ga tau lu siapa. Kayanya gue hilang ingatan! Ngerti?” nada jengkel menyemat pada setiap kata yang terucap. “Konyol!” Revan tentu tidak mempercayai tentang hal yang disebutkan si wanita. Itu hanya ada di dalam kisah novel saja, menurutnya. “Buktinya, gue ga tau maksud yang lu panggil ‘Key’ itu!” Revan tak lagi bicara, ia mempersembahkan seringai keji ketika batin mendapatkan cara. Untuk menguji kesungguhan ucapan si wanita, ia mengatakan, “Key, adalah keyra Delisti, dia istri siri gue. Ngerti?” Tidak! Keylea tidak mengira kisah kehidupan dari orang yang memiliki wajah serupa dengannya ini, begitu mengenaskan. Ia tak pernah mengetahui tentang istri dari si lelaki terkenal ini. Mungkin, karna status yang tak resmi, membuat jalinan cinta itu tersembunyi. Sudah tidak ada alasan lagi untuk menolak, karenanya siasat terangkai secara dadakan. Ia pun lekas menyahut, “di mana kita tinggal? Siapa orang tua gue? Ada berapa adik dan kakak yang gue punya?” Tak! Sekali lagi, kening Keylea mendapat sentilan manja. “Pelan-pelan aja ngomongnya. Mending sekarang kita pulang dulu. Ke … rumah kita!” Tatapan mata tajam menyorot wajah Keylea, membuat pori-pori sang empunya tertutup rapat. “Ngomong kek dari tadi, gue udah kedinginan, tau!” Tanpa ingin lagi menahan cuaca yang sedang tidak bersahabat ini, Keylea bangkit berdiri nan lekas menengadahkan kedua tangannya. Revan mengangguk paham untuk dua makna yang disibaknya. Yaitu, menyatakan jika wanita ini sungguh kehilangan ingatan, jua si wanita menginginkan tumpangan tubuhnya untuk tiba di tempat yang disebutkan. Sebelum merengkuh tubuh ramping itu, Revan menyerahkan payung kepada si wanita. Dengan terpaksa, Keylea menerimanya, dan menumpangi pungguh dari lelaki yang sedang jongkok membelakanginya. Lelah akibat kejadian selama dua jam kebelakang telah menguras staminanya, payung itu terlepas dari genggaman Keylea. Wanita itu tertidur di atas punggung si lelaki, tanpa mengkhawatirkan guyuran air mata langit yang masih deras mengalir. Revan seketika menggeleng, menyikapi tingkah wanita yang terkenal anggun itu, kini menjadi setengah jantan. Sudah dapat dipastikannya, jika kehilangan ingatan itu benar adanya. Ia tersenyum simpul, merayakan kemenangan dari musibah yang menimpa wanita incarannya. . . . Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN