Bab 2 Laki-laki Misterius

1501 Kata
Satu Tahun Kemudian Ruang Kerja David "Tuan, orang itu sudah datang Tuan," ujar Andre. Bayu memasuki ruangan itu dengan wajah yang ketakutan. "Tuan... Tuan saya mohon jangan bunuh saya. Saya...saya janji akan melunasi hutang-hutang saya," "Setelah kau kabur kau pikir aku akan mengampunimu hah!!!!" bentak David lalu menendang Baju yang memohon di kakinya. "Saya mohon Tuan ampuni Saya," Bayu terus memohon. "Saya punya keponakan dia bisa menjadi jaminan Tuan jika Tuan mau," gumam Bayu. "Hahahaha kau ingin menjual keponakan mu itu?" "Dia masih gadis Tuan dia baru saja lulus SMA," ujar Bayu yang masih berlutut di depan David. "Kau bisa menyerahkan keponakanmu itu tapi kau tak bisa mengambilnya lagi, bagaimana?" "Tidak apa-apa Tuan." "Kau yakin akan ucapanmu itu?!" "Iya Tuan saya sangat yakin Tuan, Anda bisa memilikinya dan Anda bisa menggunakannya sesuka Anda." "Ok aku akan anggap hutang mu yang 5 T itu lunas sebagai gantinya serahkan keponakanmu itu dan jangan pernah berharap bisa mengambilnya kembali." "Baik Tuan terima kasih banyak Tuan." Bayu lalu keluar dari ruangan David, David terlihat tersenyum penuh kemenangan. "Kau lihat saja Daniel bagaimana aku membalaskan dendamku kepada putri kesayanganmu itu," gumam David dengan tersenyum licik. Pandu mengajak Nadia dan Lisa pergi ke restoran terdekat, mereka lalu memilih kursi dekat jendela. Mereka bertiga terlihat sangat bahagia tertawa bersama dengan candaan-candaan mereka. "Nadia mau nerusin dimana?" tanya papa Lina yang penasaran. "Nadia mau mengajukan beasiswa untuk kuliah di Universitas A Om," jawab Nadia. "Ngambilnya apa Nad?" tanya Pandu lagi. "Niatnya sih Nadia mau ambil sastra, Om tau sendiri lah kalau Nadia suka menulis." "Bagus itu om akan selalu mendukungmu, semoga kamu berhasil ya." "Iya Om doain ya." "Iya om doain supaya kamu dapat beasiswa itu, tapi jika kamu ngga dapat kamu mau nggak kalau kuliahnya om yang bayarin?" tanya Pandu. "Nggak usah Om, Nadia ngerasa nggak enak selalu ngerepotin Om sama Lina," ujar Nadia terus terang. "Iiih nggak papa Nad nanti kan kita bisa kuliah bareng yaa yaa yaa," bujuk Lina. "Engga ah engga enak, Om sama Lina selalu bantuin Nadia. Nadia engga tau harus balas kebaikan Om sama Lina kayak apa," gumam Nadia. "Kok kamu ngomongnya gitu sih Nad, kamu itu udah om anggap sebagai putri om sendiri. Masa om sama putri sendiri perhitungan." "Iya Nad, kamu itu bukan cuman sahabat aku tapi udah kayak saudara aku sendiri," imbuh Lina. "Iya tapi tetep aja Nadia nggak mau kalau om Pandu biayain kuliah Nadia." "Yaudah yaudah om nggak akan maksa kamu, tapi kamu harus ingat kalau kamu butuh bantuan kamu harus hubungi om ya. Om sama Lina akan selalu ada buat kamu kok," ujar Pandu. "Baik Om," selesai makan Nadia diantar pulang kerumahnya. Nadia sudah menganggap Pandu sebagai papanya sendiri, karena selama ini Pandulah yang selalu membantu Nadia saat Nadia dalam kesulitan. Pandu juga tahu kalau pamanya Nadia suka memukulnya, dan membiarkan Nadia menghidupi dirinya sendiri. Padahal ayah Nadia mempunyai sebuah perusahaan. Walaupun perusahaanya tidak begitu besar tetapi seharusnya Nadia bisa hidup mewah tidak seperti sekarang yang harus berjualan di sekolah. Tetapi setelah kedua orang tua Nadia meninggal perusahaan itu diambil alih oleh pamannya. Kasus kecelakaan yang menewaskan keluarga Nadia juga ditutup oleh polisi karena tidak ada kamera pengawas dan Nadia tidak mengingat apapun saat kejadian itu akhirnya polisi menutup kasus tersebut. Sejujurnya dengan berjualan dan menulis cerita di aplikasi novel online tidak cukup memenuhi kebutuhan Nadia, karena biaya sekolah Nadia yang tinggi. Nadia awalnya berencana untuk pindah ke sekolahan yang lebih murah tapi Pandu melarangnya. Pandu takut kalau nantinya Nadia kesulitan beradaptasi dan juga tinggal satu tahun lagi Nadia akan lulus, jadi Pandu Lah yang selalu membantunya. Dan mulai sekarang Nadia bertekad untuk tidak merepotkan Lina dan papanya lagi. Dia merasa tidak enak karena banyaknya bantuan yang selama ini mereka berikan. ~ Mentari telah memancarkan sinarnya, Nadia telah bangun dari tidurnya. Dia sekarang sedang memasak sarapan untuk dirinya sendiri. Beberapa hari ini Nadia menyiapkan semuanya untuk kuliah di Universitas A, dia telah mengajukan beasiswa di sana. Dari hari kelulusan Nadia belum pernah lagi melihat pamannya, itu sudah jadi hal biasa karena memang pamannya jarang mengunjunginya. Kalau boleh jujur sih Nadia lebih senang pamannya nggak ke rumah, karena jika dirumah dia hanya akan disiksa. Dia nggak segan-segan memukul Nadia, satu kata pun keluar dari mulut pamannya nggak bisa Nadia bantah. Dulu pamannya sangat baik dan menyayangi Nadia tetapi entah mengapa sejak kedua orang tuanya meninggal pamannya menjadi kasar kepada Nadia. Nadia telah berhenti berjualan karena saran dari Pandu agar Nadia fokus terlebih dahulu untuk mendapatkan beasiswa. Pandu mengatakan akan membiayai hidup Nadia tetapi Nadia menolaknya dan mengatakan bahwa dia masih memiliki uang. Tapi Pandu tetap mentransfer uang untuk Nadia. Selesai memasak Nadia langsung memakannya, setelah makanannya habis dia mencuci piringnya dan menuju ke dalam kamarnya. Nadia tidak tenang menunggu pengumuman itu dia mondar mandi seperti setrikaan, dia merasa sangat tegang menunggu kabar itu. Nadia membuka ponselnya dia lalu masuk ke dalam website itu, Nadia memegang dadanya dia merasa jantungnya akan copot. "Kamu tenang Nad, apapun hasilnya kamu haru terima," ujar Nadia pada dirinya sendiri. Nadia seketika membelalakan matanya karena ternyata dirinya mendapatkan beasiswa tersebut. Nadia meneteskan air matanya karena merasa sangat bahagia, dia lalu segera menghubungi Lina untuk memberitahukannya. "Halo Lin, kamu tau nggak aku akhirnya dapet beasiswa itu," ujar Nadia dengan senangnya begitupun dengan Lina dia sangat senang mendengar kabar bahagia itu. "Serius Nad? Sumpah? Kan bener apa kata ku kalau kamu pasti dapet beasiswa itu." "Iya Lin aku pun terkejut mengetahui aku mendapatkanya." "Selamat ya Nad kamu memang yang terbaik." "Makasih Lina." "Papa ku pasti senang mendengar hal ini, nanti kalau dia sudah pulang dari kantor aku akan langsung memberitahunya," gumam Lina. "Iya Lin, ucapin terimakasih aku buat om Pandu ya karena udah selalu bantuin aku. Maaf juga selalu ngerepotin kalian," ujar Nadia. "Aku sama papa nggak ngerasa direpotin kok Nad, kamu itu bagian dari keluarga kami juga." "Makasih Lina sayang, muach." "Sama-sama sayang muach," telepon pun ditutup oleh Lina. Nadia terlihat sangat senang dia bersenandung ria dan menari-nari dikamarnya. Tak lama keceriaan itu lenyap seketika, ketika dia mendengar pamannya datang. Nadia merasa khawatir untuk mengatakannya. Pamamya langsung memasuki kamar Nadia, "Nad kemasi barangmu yang perlu kamu bawa, kamu harus ikut om," ujar pamannya tanpa ekspresi. "Mau kemana Om?" tanya Nadia bingung. "Nggak usah banyak tanya, besok kamu harus ikut dengan om ke kota J!" bentak pamanya, Nadia langsung merasa takut karena bentakan itu. Dia tambah khawatir dengan itu, dia bingung pamannya mau membawa dia kemana. Apa yang akan dilakukan om Bayu dengan ku? Banyak pertanyaan muncul dipikiran Nadia, dia nggak bisa memikirkan hal baik. Semua yang dia pikirkan adalah kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Nadia mengemasi barangnya yang menurutnya penting. Dia nggak tau akan kembali kerumah ini atau engga, jadi dia membawa foto itu. Foto dimana ayah dan ibunya mencium pipinya sewaktu kecil. Tapi dalam lubuk hatinya dia berharap akan kembali kerumah itu. "Tenang Nad semua pasti akan baik-baik saja," gumam dirinya untuk menenangkan diri. Keesokan hari dia dan ayahnya menuju ke suatu tempat. Jam 1 siang mobil itu masuk kedalam Rumah mewah, engga tau kenapa dia tambah khawatir. Mobilnya berhenti pamannya turun dari mobil, Nadia pun mengikuti pamannya. "Rumah siapa ini Om?" tanya Nadia yang tidak mendapat jawaban dari pamannya. Salah satu bodyguard mengantarkan mereka ke suatu ruangan. Kesan pertama melihat ruangan itu terasa menakutkan, Nadia langsung merasakan hawa dingin. Seseorang sedang duduk di kursi kerja sambil membelakangi mereka. Siapa orang itu? Mengapa aku dibawa kesini? Rumah siapa ini? Apa dia pemiliknya? Banyak pertanyaan muncul di kepala Nadia, entahlah nyali Nadia semakin menciut dia takut hal buruk terjadi padanya. Bodyguard itu menghampiri seseorang itu dan membisikan sesuatu. "Silakan Anda keluar," ucap bodyguard itu kepada ayah Nadia, Nadia tambah ketakutan dia memegang tangan ayahnya yang akan meninggalkanya. "Om Bayu mau kemana?" tanya Nadia. "Mulai sekarang kamu tinggal disini," ujar pamannya tanpa ekspresi. "Apa maksud Om? Buat apa Nadia disini? Nadia nggak mau disini, Nadia mau pulang sama Om," ujar Nadia dengan bergetar. "Diam!!" bentak Bayu. Nadia dipegang bodyguard itu, dia ngga bisa apa-apa. Satu bodyguard saja dia sudah kalah apalagi dia dipegang dua bodyguard. "Tolong lepas kan... Om tunggu Nadia," teriak Nadia dengan ketakutan dan wajahnya telah penuh dengan air mata. Laki-laki itu memutar kursinya, dia berjalan menghampiri Nadia. Sejenak laki-laki itu mengamati Nadia dari ujung kaki hingga ujung kepala. Nadia merasa takut dengan tatapan laki-laki itu, dia terus memberontak ingin keluar dari rumah itu. Apa dia akan dijadikan pembantu?. Muncul pertanyaan itu dibenak Nadia. Laki-laki itu menyentuh pipi Nadia dengan tersenyum licik, " "Cantik," ujar laki-laki itu. Nadia meludahi laki-laki itu karena tidak suka dipegang pipinya, melihat perilaku Nadia membuat para bodyguard kesal dia memegang tangan Nadia dengan begitu kencang. "Aaa sakit," elu Nadia. Laki-laki yang diludahi Nadia itu tidak marah dengan tindakan Nadia, dia membersihkan ludah Nadia dengan tisu yang diberikan bodyguard. "Jangan sakiti dia," ujar laki-laki itu yang melihat Nadia meringis kesakitan. "Apa yang Anda inginkan? Kenapa saya tidak boleh pergi dari sini? Siapa Anda sebenarnya?" pertanyaan demi pertanyaan Nadia lontarkan ke laki-laki itu. "Tenanglah dulu," ujar laki-laki itu sambil mengelus pipi Nadia lagi. "Bawa dia ke kamar!" perintahnya kepada bodyguard itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN