PERIHAL RASA TAKUT

508 Kata
Katanya jadi anak ke 3 itu enak, kalau ada apa-apa bisa minta tolong kakak pertama atau kakak yang ke 2, di support adik dan orang tua. nyatanya tidak seperti itu, mereka terlalu menuntut. Hati dan pikiran aku selalu bertolak belakang dengan mereka, katanya kesehatan mental itu tidak begitu penting bagi mereka, nyatanya aku sendiri yang merasakan. Aku punya rasa takut yang berlebihan, aku selalu bertanya pada diriku sendiri "dimana letak awalnya?" Apakah rasa takut ini ada sejak aku lahir? Sejujurnya saat ini akupun belum menemukan jawaban pasti, yang aku tau semakin kenal dunia semakin dekat dengan rasa takut, Takut akan gelap, Takut memasuki lingkungan baru, Takut membuat keputusan, Takut kecewa, Takut mengecewakan orang lain. Semakin dewasa semakin takut merasakannya, Kita terbiasa hidup dengan aturan "Jangan Takut" jika takut adalah rasa, Bukankah dia seharusnya dirasa? Kita selalu berpikir hal buruk akan selalu terjadi sampai-sampai lupa jika hal baik pun akan hadir sekarang. Tapi kita tidak pernah tau, sekarang kita harus mulai berpetualangan baru harus dilewati walaupun hidup dilapisi rasa takut. Aku selalu menyulusuri ketempat-tempat yang menurut mereka bahagia, yang ku dapat hanya kekosongan, lalu menyulusuri ke tempat yang menurut mereka sedih, yang ku dapat hanya kecauan. Kalau kata kunto aji "yang kau takutkan takan terjadi" itu hanya khayalan "reminder" agar aku bisa kuat, tak perlu memikirin ketakutan. setelah 1 minggu lamanya, akhirnya aku sudah melewati rasa takut, gelisah, sedih dan kekhawatiran semua tercampur dihidupku. memang tidak ada kesalahan dari semua ini. wajar saja, aku tidak terpaksa untuk melewati ini, jika seandainya terus menerus seperti ini, hanya menimbulkan kehancuran pada diriku sendiri. sejak kecil aku tidak dibiarkan berteman baik dengan hati yang gelisah penuh rasa takut, kegelisahan ataupun kehancuran. tidak pernah ku anggap mereka ada. aku tidak ingin bertemu dengan rasa takut lagi, itu hanya menimbulkan kesedihan, kegelisahan yang menimbulkan air mata. pada akhirnya aku berterima kasih pada diriku sendiri, karena sudah melewati rasa takut ini, aku tidak akan pernah bertanya pada diriku sendiri "kapan mereka kembali?" Dibilang gak apa-apa yaa cuma bisa diem, dibilang yaudah ya mau gimana lagi... memang ya konsep hidup itu gak jelas, padahal kita selalu di ajarkan mau jadi nanti ? kita juga punya cita-cita, tapi ya gitu jalannya memang ga lurus aja. Tuhan kan gapernah janji kalau hidup selalu lurus. ternyata hidup memang penuh dengan konsep. itu adalah hidup yang khas bagi pikiran. tanpa merasa ada. pikiran perlu menciptakan konsep untuk menunjukan eksistensi diri. bicara tentang diri sendiri, sering kali kita mengira damai bisa kita kejar dan raih. semua usaha keras kita kerahkan untuk meraih kedamaian hati. mengejar sesuatu yang berada di luar diri seperti harta, takhta, pengakuan, ketenaran, dan sebagainya kerap kali mendera kita agar mencapai tingkat kedamaian yang sifatnya kamuflase. mana yang lebih tepat? apakah mengejar sesuatu diluar terlebih dahulu untuk meraih kedamaian atau merasa damai terlebih dahulu baru kemudian mudah mendapatkan sesuatu diluar? rasanya sepanjang sejarah tidak pernah ada orang yang mengejar sesuatu diluar dan setelah meraihnya kemudian mendapatkan kedamaian hati. terkadang justru ketika sesuatu diluar sedang berlimpah ruah, hati sering kalli meronta-ronta kehausan karena air minum kedamaian lama tidak diteguk.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN