BAB 18

1221 Kata
Malam ini Rey merencanakan sesuatu untuk Bianca. Rey sudah memberitahu Binca sebelumnya, bahwa Rey akan mengajaknya ke suatu tempat. Rey menelepon Bianca untuk mengingatkannya tentang malam ini dan menyuruhnya segera bersiap karena Rey akan menjemputnya sebentar lagi. Rey mulai kesal saat menghubungi Bianca berkali-kali dan tidak ada jawaban darinya. Saat Rey menelepon Mirna untuk meminta tolong agar menyampaikan pesannya kepada Bianca. Mirna memberi tahu Rey bahwa Bianca sedang keluar dengan temannya yang bernama Abel. Rey meminta Mirna untuk mengabarinya setelah Bianca pulang kerumah. Lalu Rey berterima kasih kepada Mirna sebelum Rey menutup teleponnya. Rey marah-marah dikantornya saat mengetahui Bianca melupakan janjinya untuk pergi bersamanya. Merasa rencananya sudah gagal dan berantakan akibat ulah Bianca. Rey memilih menyibukkan diri dengan berkas-berkas yang berada dimeja kantornya saat ini. Dua jam kemudian Bianca menghubungi ponsel Rey. Rey mengangkat telepon dari Bianca dan memarahinya saat Bianca mencoba menjelaskan alasannya kepada Rey. "Dimana kamu sekarang?" Ucap Rey dengan nada marah saat menjawab telepon dari Bianca. "Maaf Rey, tadi ponsel aku kepencet silent mode, jadi aku ga tau kalau kamu telepon. Maaf ya Rey, aku tadi lupa ngabarin kamu kalau Abel minta tolong sama aku buat nemenin dia beli kado buat Tommy. Ini masih di toko, aku lagi nungguin Abel ngantri bayar di kasir." "Jadi kamu ga inget hari ini kamu ada janji sama aku?" "Janji apa?" "Lupain aja!" Ucap Rey tambah emosi. "Ya ampun Rey, maaf... maaf....aku beneran lupa. Bentar lagi aku pulang kok Rey. Habis ini aku langsung kerumah kamu ya!" "Ga usah! Lanjutin aja acara kamu jalan sama temen kamu!" Lalu Rey memutuskan panggilan telepon dari Bianca sepihak kemudian mematikan ponselnya. ----- "Bian...maaf lama, makan dulu yuk, laper nih!" Kata Abel saat menghampiri Bianca yang menunggunya di kursi dekat pintu masuk toko. "Aduh Bel, mampus! Gue lupa kalo hari ini gue ada janji sama Rey." Ucap Bianca sambil menepuk jidadnya. Lalu mencoba menghubungi ponsel Rey lagi tetapi ponsel Rey sudah tidak aktif. "Yaaah trus gimana dong?" "Ya ampun Bel, ponsel Rey ga aktif. Mampus Rey beneran marah! Ayo Bel anterin gue kerumahnya Rey sekarang!" "Gue laper Bian, beli roti dulu ya, trus baru gue anterin lo kerumahnya Rey!" "Terserah deh, pokoknya buruan!" Selama diperjalanan, Bianca berusaha terus menghubungi ponsel Rey yang masih tidak aktif sampai sekarang. Abel yang sedang menyetir sambil memakan rotinya heran melihat Bianca terlihat gelisah dan panik. Lalu Abel akhirnya menyerah dan bertanya pada Bianca. "Kok lo panik gitu Rey marah sama lo?" "Masalahnya Rey udah bilang dari kemaren kalo hari ini dia mau ngajakin gue keluar sama dia Bel." "Aduh gimana nih?" "Gue takut kalo Rey lagi marah." "Lo jadian ya ama Rey?" "Iya." "Hah... kok lo ga cerita?" "Lo ga nanya!" "Gue udah sering nanya tapi lo slalu ngelak kalo gue tanya, lo selalu bilang kalian cuman sahabatan doang." Ucap Abel sewot. "Gue udah jadian lebih dari 2 bulan yang lalu." "Seriusan? Brarti pas kalian baikan kemaren itu sekalian kalian jadian dong?" "Iya." Jawab Bianca sambil masih mencoba menghubungi ponsel Rey. "Udah gue duga sih kalian ini sebenernya saling suka." "Dasar lo suka drama! Ngapain kemaren pake acara pura-pura pacaran sama Tommy segala, kalo ujung-ujungnya kalian jadian juga." "Berisik ah! Buruan Bel, Rey ponselnya ga aktif nih!" "Ini udah ngebut kali." Ucap Abel sambil memutar bola matanya. "Nih dah sampe." Ucap Abel saat berenti tepat di depan rumahnya Rey. "Makasih ya Bel, gue tinggal masuk ya! Kamu langsung pulang aja!" "Makasih ya Bel." Setelah mengucapkan itu Bianca langsung lari meninggalkan Abel yang bersungut-sungut kesal. "Dasar lo, habis manis sepah dibuang!" Omel Abel sebelum menjalankan mobilnya. Setelah itu Bianca mengetuk pintu rumah Rey. "Hallo tante, Rey ada?" Tanya Bianca saat melihat Rena yang membukakan pintu. "Rey belum pulang tuh sayang, yuk masuk dulu!" "Iya tante." "Emang kamu belum janjian sama Rey kalo mau kesini?" Bianca hanya menggelengkan kepalanya. "Bian boleh nunggu Rey dikamarnya aja tan?" "Boleh dong sayang, naik aja!" "Kalo butuh sesuatu, tante ada dikamar ya." "Oke tante." Bianca naik ke atas menuju kamarnya Rey. Sesampainya di kamar Rey, Bianca duduk diatas ranjang Rey dan masih mencoba menghubungi kembali ponsel Rey. Bianca gelisah didalam kamar Rey, pasalnya dia udah menunggu selama 1 jam dan Rey tak kunjung pulang. "Kamu dimana sih Rey?" Guman Bianca saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 9 malam dan Rey belum juga pulang kerumah. Tak lama terdengar suara mobil masuk kepekarangan rumah Rey. "Itu pasti Rey. Kok gue deg-degan sih?" Bianca mondar-mandir dikamar Rey lalu terdengar pintu kamar Rey terbuka. Rey masuk dan agak kaget saat mengetahui Bianca sudah menunggunya didalam kamarnya. Rey masuk ke kamar, menaruh tas kerjanya di meja kerjanya dan melepas sepatunya asal. Kemudian Rey mengambil bajunya di lemari dan masuk ke kamar mandi dan meninggalkan Bianca yang menatap Rey penuh dengan penyesalan . Kira-kira 15 menit Rey keluar dari kamar mandi dan langsung merebahkan dirinya di atas ranjangnya tanpa menghiraukan Bianca yang sejak tadi sudah menunggunya. Bianca menghembuskan nafasnya pelan, mengatur detak jantungnya sebelum memulai pembicaraan dengan Rey. Jujur saja Bianca takut saat Rey marah padanya. Bianca menghirup nafas dalam-dalam lalu mengelurkan nafasnya pelan. "Rey..." Rey memilih diam tidak bereaksi apapun hanya berbaring miring memejamkan matanya dan membelakangi Bianca. "Aku tau aku salah, aku minta maaf!" Rey masih diam. Bianca duduk di belakang Rey sambil menggoyang-goyangkan tubuh Rey agar mau menghadap Bianca. "Maafin aku ya Rey!" "Aku janji ga akan ngulangin lagi." Suara Bianca terdengar sedih. Rey ga tega sebenarnya, tetapi Rey masih marah karena rencana yang dia buat jauh-jauh hari gagal gara-gara Bianca malah pergi dengan temannya. "Rey... maafin aku dong! Kamu boleh deh nyuruh aku apa aja aku ga akan nolak, asal kamu mau maafin aku!" Rey membuka matanya, kalau dengar seperti ini langsung deh otak mesumnya Rey bekerja. Rey membalikkan tubuhnya menghadap Bianca. "Apa aja?" Tanya Rey antusias. Bianca menatap Rey lalu memanyunkan bibirnya. Menyesal karena merasa dirinya salah ucap hingga membangkitkan jiwa mesumnya Rey. "Kenapa manyun? Nyesel udah ngomong kayak tadi?" "Kamu mintanya jangan aneh-aneh ya Rey!" Kata Bianca takut-takut. "Terserah aku dong, kan katanya apa aja." "Iya... apa aja asal kamu mau maafin aku!" Rey menyeringai, otak mesumnya mengalahkan rasa marahnya yang sedari tadi membuatnya uring-uringan ga jelas. Rey mendorong Bianca ke ranjangnya lalu menindihnya. Rey melumat bibir Bianca lalu tangannya menarik lepas kaos dan bra yang dipakai Bianca. Bianca terlihat malu saat Rey menatap tubuh Bianca. Kumudian Rey melepas kaosnya sendiri dan kembali menindih Bianca. Bianca pasrah dan berusaha menikmati setiap cumbuan Rey pada tubuhnya. Tapi saat nafsu Rey mulai tidak terkontrol, Bianca mulai panik dan membuat Rey kesal. "J...jangan digigit Rey, sakiiiit....!" "Ya ampun jangan di remas gitu geli....." "Tangannya jangan turun-turun!" "Jangan dihisap-hisap gitu Rey, ya ampun nanti jadi merah-merah!" "YANG! Bisa diem ga?" Bentar Rey mulai kesal. "Berisik banget dari tadi." "Mana tadi yang katanya ga bakal nolak?" "Ya maksud aku kan apa aja ga termasuk ini Rey." "Kamu sih. Otaknya m***m banget. Kalau ada celah dikiiiit aja, langsung deh kamu nyerang aku kayak tadi." "Masa bodoh deh kalo kamu masih mau marah sama aku. Aku mau pulang aja!" Ucap Bianca marah lalu mendorong d**a Rey kemudian duduk mengambil bra dan bajunya yang berada disampingnya kemudian memakainya. Rey juga memakai kaosnya lalu menarik Bianca kemudian memeluknya. "Maaf ya yang, kalo aku deket-deket kamu tu emang pengennya mesumin kamu terus yang." "Mending kita nikah aja yuk!" Ucap Rey sambil memeluk Bianca. "Kita udah bahas ini kan? Kita nikah 5 tahun lagi." Jawab Bianca sambil melepas pelukan dari Rey. "Kelamaan yang. Kamu kan masih bisa ntar kuliah sama kerja setelah kita nikah." "Aku ga akan ngelarang kok. Janji deh!" Bianca menatap Rey. "Nanti aku pikirin lagi yah." "Emmm.... Rey." "Hm?" "Emang kamu tadi mau ngajakin aku kemana?" "Udah ga usah dibahas bikin kesel." Bianca merasa tidak enak melihat Rey yang sepertinya masih marah. "Maaf ya Rey, aku beneran lupa." "Ya udah sih udah terlanjur ini. Lupain aja!" "Kalo kesana sekarang masih bisa ga?" "Tapi ini udah malem yang, perjalanan kesana aja butuh 1 jam." "Emang mau kemana?" "Aku bisa telpon mamah minta ijin pulang larut." "Beneran kamu mau?" "Iya." "Aku mau ajak kamu ke bogor. Ada suatu tempat yang mau aku tunjukin ke kamu yang. Yuk siap-siap sekarang!" -bersambung-
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN