Dalam perjalan pulang ke rumah Bianca terasa hening, tak ada satu pun yang memulai percakapan, Rey yang memilih fokus menyetir sedangkan Bianca yang memilih melihat keluar kaca jendela mobil dan sesekali melirik ke arah Rey yang mengabaikannya sepanjang perjalanan.
Mobil Rey berhenti tepat di depan rumah Bianca.
"Turun!" Perintah Rey tanpa memandang Bianca.
"Bianca tak bergeming, masih duduk menatap Rey enggan beranjak, seperti ingin mengucapkan sesuatu tetapi takut.
"Gue bilang TURUN!!!." Ulang Rey agak membentak.
"Maaf..." Bianca memberanikan diri meminta maaf sedangkan Rey memilih diam.
"Rey.... gue minta maaf, maafin gue ya Rey." Bujuk Bianca agar Rey mau maafin Bianca.
Rey yang masih marah memilih diam enggan menjawab permintaan maaf Bianca.
"Lo diemin gue Rey? Oke... gue bakalan bilang ke nyokap lo klo gue mau dijodohin ma anak temennya nyokap lo." Kesal Bianca permintaan maafnya ga di respon sama Rey.
Rey yang masih emosi langsung menatap Bianca dengan pandangan yang sulit diartikan oleh Bianca, dan itu membuat Bianca menyesal mengatakan sesuatu yang malah menambah kemarahan Rey.
"Gue... gue ga serius Rey ngomong gitu... suer deh heeee..." Kata Bianca kemudian dengan mengangkat jari tengah dan telunjuknya di hadapan Rey dan nyengir merasa bersalah.
Rey yang masih menatap Bianca tiba-tiba mengetatkan rahangnya dan berkata, "turun sekarang!"
Bianca memilih mengalah saat ini karena dilihatnya Rey sedang ga bisa dibujuk.
"Iya udah Rey, gue masuk kerumah ya. Kamu... jangan lama-lama ya marahnya!" Pinta Bianca sedih kemudian keluar dari mobil Rey. Sesaat setelah Bianca menutup pintu mobil, Rey langsung tancap gas tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Bianca.
Bianca hanya menghembuskan nafasnya sedih. Baru kali ini Rey benar-benar marah pada Bianca.
*****
Di sore hari pada esok harinya.
"BIAN SINI!!!!" Teriak Mirna memanggil Bian yang berada dikamarnya.
"IYA BENTAR!!!" Kemudian Bian menghampiri mamahnya yang berada di dapur. "Ada apa mah?" Tanya Bianca.
"Nih anterin kerumah Rey!" Kata Mirna sambil menyerahkan rantang susun yang berisi makanan kepada Bianca. "Kasian Rey pasti belum makan, soalnya tante Rena sama om David lagi keluar kota."
Bianca menggigit bibirnya merasa gelisah.
"Knapa kamu?" Tanya Mirna saat Bianca terlihat gelisah.
"Rey lagi marah sama Bian mah, Bian takut ketemu Rey. Kirim pake ojol aja ya mah!" Pinta Bianca.
"Kamu pasti keterlaluan ya sampe Rey bisa marah sama kamu? Emang kamu ngapain ha?" Omel Mirna pada Bianca.
"Udah kamu aja yang anter, skalian kamu minta maaf sama Rey." Suruh mamahnya.
"Ga mau mah, Bian takut sama Rey, pake ojol aja yah!" Kata Bianca memohon.
"Buruan sana berangkat keburu malem!" Kata Rena mengabaikan permintaan Bianca.
Bianca terpaksa menuruti mamanya karna kalo enggak, mamahnya bisa ngomel seharian.
"Iya deh ma, Bian berangkat ya." Pamit Bianca sambil mencium tangan mamahnya.
*****
Bianca memutuskan naik taxi kerumah Rey. Di sepanjang jalan menuju rumah Rey, Bianca menggigit bibirnya sambil memikirkan bagaimana caranya dia meminta maaf pada Rey tetapi tidak menambah kemarahan Rey.
Tak lama kemudian taxi yang ditumpangi Bianca berhenti di depan rumah Rey.
"Pak tungguin bentar ya, ga lama kok pak!" Pinta Bianca pada supir taxi.
"Iya neng." Jawab supir taxi itu.
Bianca memantapkan hatinya untuk mengetuk rumah Rey, tetapi karna dilihatnya pintu rumah Rey sudah terbuka sedikit kemudian Bianca langsung masuk menaruh rantang makanan ke meja dapur dan kemudian langsung menuju kamar Rey untuk menyuruhnya makan.
Ceklek
"Rey...." Bianca tidak melanjutkan kata-katanya karena syok.
Yang dilihat Bianca saat itu adalah Rey diranjangnya sedang menindih seorang wanita yang berada dibawahnya dengan keadaan keduanya tanpa busana dan terdengar suara erangan tertahan keluar dari mulut keduanya.
Bianca memelototkan matanya dan menutup mulutnya dengn kedua telapak tangannya kemudian berbalik lari meninggalkan rumah Rey.
Rey yang terkejut melihat Bianca yang tiba-tiba masuk ke kamarnya kemudian Rey memgambil celananya asal berlari sambil memakai celana boxernya untuk mengejar Bianca. Dan saat Rey sudah berada diluar rumahnya ternyata Bianca sudah masuk kedalam taxi dan pergi.
"Fuuuuck.... fuuuuck." Rey berteriak frustasi.
*****
"Loh kamu knapa nangis?" Tanya Mirna saat Bianca masuk kerumah dalam kondisi menangis.
Bianca tidak mendengarkan pertanyaan mamahnya dan langsung berlari ke kamarnya mengunci pintu kemudian tengkurap dikasurnya dan memeluk bantal sambil menangis.
Bianca menangis sesegukan, dadanya merasa sesak saat melihat Rey dengan cewek lain melakukan hal yang tidak sepantasnya.
"Entah knapa Rey, hati gue sakit ngeliat lo gitu."
"Gue kecewa sama lo Rey."
"Gue ga tau apa yang sebenernya gue rasain, tapi gue ga rela lo dimilikin orang lain."
"Sekarang gue musti gimana Rey?"
Tak lama setelah itu terdengar ketukan di pintu kamar Bianca.
Tok tok tok
"Bi... bukain pintu Bi!" Kata Rey dibalik pintu kamar Bianca.
"Kita perlu bicara, ada yang mau gue sampein ke lo."
Masih ga ada jawaban dari dalam kamar Bianca.
Bianca memilih mendiamkan Rey dan menangis dikamar sendirian.
Mirna yang melihat Rey yang terlihat frustasi kemudian menghampiri Rey.
"Rey, sebenernya kalian ini ada apa?" Tanya Mirna penasaran, karena baru kali ini terjadi seperti ini pada Rey dan Bianca.
"Rey bikin Bianca kecewa tante, tapi maaf Rey ga bisa cerita sama tante." Jawab Rey sendu.
"Ya udah mending kamu pulang dulu ya, nanti Bian biar tante yang bantu bujuk." Kata Mirna menenangkan Rey.
"Iya makasih tante, tante bantuin Rey ya! Bantuin Rey biar Bianca mau ketemu sama Rey." Kata Rey memohon.
"Iya Rey. Udah kamu pulang dulu, hati-hati ya Rey." Kata Mirna.
"Iya tante." Kemudian Rey pulang dengan wajah lesu.
Mirna kemudian mengetuk kamar Bianca dan membujuknya untuk membukakan pintu kamarnya.
Ceklek
Suara pintu kamar Bianca terbuka menampakkan Bianca dengan yang sama kacaunya dengan Rey.
"Boleh mama masuk?" Tanya Mirna.
Bianca mengangguk dan mempersilahkan mamanya untuk masuk kemudian duduk berhadapan di ranjang Bianca.
"Kamu ada masalah apa sama Rey, hmm?" Tanya Mirna sambil mengusap rambut Bianca.
Bianca hanya diam menunduk dan menangis.
"Ga biasanya kalian kayak gini? Baru kali ini mama liat kamu berantem sama Rey sampai seserius ini." Mirna berusaha mencari informasi pada Bianca tetapi Bianca masih tidak merespon, Bianca masih terdiam menunduk dan sesekali masih sesegukan.
"Oke kalo kamu ga mau cerita sama mamah ga masalah, tapi... kalian kan sudah pada dewasa, kalian bukan anak kecil lagi, kalo ada masalah bicarakan baik-baik, jangan gini sayang. Tadi Rey kesini terlihat kacau mama ga tega ngeliatnya. Ini kamu tenangin diri dulu, besok mama minta kamu ketemu ya sama Rey, mama mau masalah kalian slesei besok, mama ga suka kalo kalian berantem gini." Bujuk Mirna ke Bianca.
Bianca membenarkan ucapan mamanya. Iya mamah emang bener dan ga seharusnya juga gue marah sama Rey, gue bukan siapa-siapanya Rey, gue cuman sahabatnya Rey, Rey bebas melakukan apapun sama ceweknya, gue ga ada hak buat marah sama Rey. "Iya mah."
"Ya udah kamu cuci muka gih. Muka kamu kusut banget, habis itu istirahat ya." Suruh Mirna.
"Iya ma, emmm.... mah... makasih ya mah." Ucap Bianca kemudian memeluk mamanya.
"Iya, sama-sama sayang." Mirna membalas pelukan Bianca kemudian keluar dari kamar Bianca.
-bersambung-