BAB 7

731 Kata
"Sore mama Mirna." Sapa Rey saat berkunjung ke rumah Bianca. "Eh calon mantu idaman mama dateng. Baru pulang ngantor ya?" "Eh sejak kapan mama gue jadi mama lo juga?" Sewot Bianca mendengar Rey menyebut Mirna dengan sebutan mama. "Trus mama ngapain ikutan alay nyebut-nyebut Rey calon mantu idaman segala?" Lanjut Bianca. "Emang kamu aja yang bisa alay?" Balas Mirna kemudian beranjak ke kamarnya. "Diiih mama, lo yang ngajarin kan Rey?" Tuduh Bianca. "Apaan siii... yang jelek-jelek aja pasti gue yang dituduh." Sewot Rey. Kemudian Rey berjalan menuju sofa depan TV di ruangan keluarga milik Bianca. "Duduk sini Bi!" Suruh Rey mengajak Bianca duduk di sofa. Bianca menurut dan duduk disamping Rey. Rey yang melihat Bianca sudah duduk disampingnya lalu meletakkan kepalanya di pangkuan Bianca kemudian menatap Bianca lama. Bianca yang merasa diperhatikan kemudian menatap balik Rey dan bertanya, "knapa sih Rey lo natap gue muluk, ga biasanya lo gini?" "Gimana lo ma Tommy, udah jadian?" Tanya Rey. "Belum sih, masih PDKT. Bentar lagi kayaknya gue terima dia Rey." Jawab Bianca melanjutkan rencananya lalu kembali menatap televisi. "Kalo lo udah punya cowok, waktu lo buat gue masih ada enggak Bi?" Tanya Rey penasaran. Bianca terdiam kemudian menatap Rey sendu, "Rey, knapa lo ga nyoba pacaran sama satu cewek aja? Habis tu lo seriusin trus lo nikahin. Lo ga pengen apa punya satu orang cewek yang bener-bener lo sukain yang nantinya bakalan ada disisi lo terus?" Rey yang mendengar Bianca bicara seperti itu mengernyitkan dahinya lalu duduk tegak menghadap Bianca. "Bentar deh Bi, knapa lo tiba-tiba ngomong gini? Selama ini gue ga pernah serius ma pacar-pacar gue itu juga karena gue mau nepatin janji gue ke elo, gue mau tetep prioritasin elo diatas segalanya. Gue mau selalu ada buat lo, gue mau selalu lindungin elo dan gue mau selalu ada disaat elo butuh gue." "Justru itu Rey, knapa alesan gue pengen punya cowok , biar ada orang lain yang ngegantiin lo jagain gue, gue pengen lo bisa jalanin kehidupan lo yang sebenernya, gue pengen lo juga punya kehidupan sendiri yang ga selalu berhubungan sama gue ... emang lo ga mikirin nyokap bokap lo? Mereka kan juga kepengen lo nantinya nikah trus lo punya anak kasih mereka cucu, inget Rey, umur lo udah 27 tahun. Mereka pasti khawatirin lo klo sampe lo ga nikah-nikah, apalagi lo anak tunggal." "Lo ngomong apa sih Bi? Udah deh stop ngomongin ginian, aneh lo tiba-tiba ngomong gini, kesambet lo?" Jawab Rey yang merasa takut dengan omongan Bianca, Rey takut Bianca berusaha menjauhinya. "Rey..." "Cukup!!! Gue ga mau denger lagi lo ngomong ginian, udah gue mending pulang, lo aneh hari ini." Potong Rey kemudian berpamitan. "Rey denger dulu." Bujuk Bianca sambil menarik lengan Rey. "Bi!!! Gue bilang stop!!!" Bentak Rey. Bianca yang mendengar Rey mengeluarkan nada tinggi mulai menitikkan air mata. Rey yang melihat Bianca menangis kemudian memeluk Bianca sambil mengusap-usap punggungnya. "Bi, udah ya, please jangan ngomongin ini lagi, gue ga mau jauh dari lo Bi, emang lo mau gue jauh dari lo?" Bianca yang berada dipelukan Rey menggeleng pelan membenamkan wajahnya didada Rey. "Gue... sebenernya takut lo bakalan ninggalin gue Rey, gue ga akan pernah siap kalo itu beneran kejadian, tapi... gue mikirin perasaan nyokap lo, gue ga bisa egois, nyokap lo kepengen lo cepet nikah dan itu ga akan kesampaian kalo lo masih suka ngurusin gue. Gue pikir kalo gue punya cowok lo bakalan bisa fokus sama pacar lo karna gue udah ada yang jagain." Bianca menjelaskan dengan sesegukan. "Jadi lo kayak gini karna nyokap gue?" Tanya Rey. "Bukan salah nyokap lo. Nyokap lo cuman minta tolong ke gue buat bujuk lo supaya lo mau nikah." Jelas Bianca. "Trus masalah Tommy?" Tanya Rey penasaran berharap itu semua bohongan. "Emm.. gue sama Tommy beneran Rey." Ucap Bianca berbohong agar Rey mempertimbangkan permintaan orang tuanya untuk segera menikah, sekali lagi Bianca merasa dia ga boleh egois. Rey yang mendengar itu mengetatkan rahangnya marah tetapi masih memeluk Bianca. "Bi.... gue ga akan pernah tinggalin elo, lo jangan gini lagi ya! Gue mau kita selamanya kayak gini." Ucap Rey masih memeluk Bianca. Bianca tersenyum lega lalu mengeratkan pelukannya. "Bi..." "Hmmm?" "d**a lo beneran gede ternyata, gue baru nyadar pas kita pelukan gini, beneran kerasa deh." Ucap Rey mesumnya kambuh. "Rey, otak lo sumpah ya isinya apaan sih, m***m banget jadi cowok." Omel Bianca sambil mendorong d**a Rey emosi. "Gue bilang rata salah, gue bilang gede malah marah, dasar wanita." Ucap Rey ngedumel. "Pulang sonoh!!! Dasar otak m***m, males gue liat lo!" Usir Bianca emosi. "Lo ngusir gue?" TanyaRey. "BODO!!!" Teriak Bianca kumudian berjalan ke arah kamarnya. "Rey yang melihat Bianca ngomel-ngomel merasa lega dan tertawa kemudian berpamitan ke Mirna dan pulang kerumahnya. -bersambung-
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN