01 - Percaya

1062 Kata
Shanum memunggut pakaiannya yang berada di lantai kamar hotel. Semalam Shanum melakukan hubungan terlarang bersama dengan kekasihnya. Tidak seharusnya mereka melakukan sebelum menikah. Tapi, Shanum takut kalau tidak melakukannya Raka akan meninggalkannya. Shanum tidak mau kehilangan Raka, dia sangat mencintai pria itu dan ingin selalu bersama dengan Raka.            “Raka, kamu akan bertanggung jawab bukan?” tanya Shanum setelah memakai kembali semua pakaiannya.            Raka tersenyum pada Shanum. “Kamu nggak percaya sama aku? Aku bakalan tanggung jawab dan tidak akan meninggalkan kamu. Kamu wanita yang aku cintai Shanum,” jawab Raka lembut.            Shanum yang mendengar itu tersenyum. Dia percaya pada Raka. Raka adalah pria yang bertanggung jawab dan tidak akan meninggalkan dirinya begitu saja. Kalau Raka sudah mengatakan tidak meninggalkannya. Maka tidak akan pernah.            “Aku takut, kalau kamu bakalan ninggalin aku. Seandainya aku hamil, kamu mau menikah sama aku, ‘kan?” tanya Shanum, khawatir seandainya dia hamil nantinya dan Raka malah tidak mau menikah dengannya.            Raka menghela napas. “Shanum, kamu ragu sama aku? Aku sudah jelas cinta sama kamu dan bakalan nikahi kamu, kalau kamu hamil nanti. Memangnya siapa yang aku nikahi lagi selain kamu?” tanya Raka kesal.            Shanum menggeleng. “Aku cuman khawatir. Kalau aku nanti hamil dan kamu nggak mau tanggung jawab," ucap Shanum pelan dan takut melihat ke bola mata Raka yang menatapnya dengan tatapan tajam pria itu.            Raka langsung turun dari atas ranjang dan mengambil semua pakaiannya dan memakainya cepat. “Kalau kau tidak mau melakukannya semalam bilang! Kau tidak perlu menuduhku seperti itu! Aku laki-laki yang bertanggung jawab. Kamu selalu saja seperti itu dan menganggapku laki-laki buruk!” uap Raka dan berjalan keluar dari dalam kamar hotel dengan membanting pintu kamar.            Shanum yang melihat itu menangis dan merasa bersalah telah mengatakan itu pada Raka. Dengan cepat Shanum menyusul Raka dan tidak mau laki-laki yang dicintai olehnya itu semakin marah padanya. Shanum akan meminta maaf pada Raka.            “Raka tunggu!” Shanum mengejar Raka dan memegang lengan Raka.            Raka menghentikan langkahnya menatap malas pada Shanum yang menatapnya dengan tatapan sendu.            “Raka, aku minta maaf. Aku nggak bermaksud mengatakan hal seperti itu pada kamu. Aku nggak mau kamu marah. Aku juga tidak marah kamu lakuin itu,” ucap Shanum tersenyum.            Raka yang mendengarnya membawa Shanum ke dalam pelukannya dan mencium puncak kepala Shanum. Shanum membalas pelukan Raka dan tersenyum karena Raka sudah memaafkan dirinya dan tidak marah lagi padanya. Shanum tidak bisa kehilangan Raka dan melihat pria itu yang marah padanya.            “Kamu sudah maafin aku?” tanya Shanum.            Raka mengangguk. “Hem. Kita pulang sekarang?” tanya Raka.            Shanum mengangguk dan berjalan berdampingan dengan Raka. Semalam Shanum berpamitan pada orangtuanya kalau dia menginap di rumah sahabatnya—Mauren. Dan langsung diizinkan oleh orangtuanya.            Shanum tidak mau pulang lebih lama lagi, yang bisa nanti Mauren main ke rumahnya. Shanum lupa mengatakan pada Mauren kalau semalam dia menggunakan nama sahabatnya itu untuk berbohog pada orangtuanya.            “Iya, aku tidak mau Mama dan Papa marah kalau aku pulang lebih lama lagi,” jawab Shanum tersenyum manis pada Raka.            Raka tertawa kecil, mengacak rambut Shanum gemas. “Oke. Kita pulang sekarang cantik. Nanti malam kita bertemu lagi,” ucap Raka mencium pipi Shanum.            Shanum yang mendapatkan pujian dari kekasihnya tersenyum malu dan memukul pela lengan Raka dengan gerakan manjanya. “Kau bisa saja. Nanti malam aku tidak bisa menginap lagi,” ucap Shanum dengan nada sedihnya.            Raka yang mendengar itu tersenyum. “Tidak apa. Aku ingin melihat wajah kekasihku yang cantik ini. Sebelum aku tidur,” kata Raka mencubit pipi Shanum.            Shanum tersipu dan menyembunyikan wajahnya dengan cara menutupinya dengan telapak tangannya. Raka yang melihat itu tertawa kecil. Shanum tampak sangat lucu sekali melakukan itu. Raka yang gemas menggigit pelan jari Shanum.            “Jangan ditutup wajah cantikmu ini. Aku ingin selalu melihatnya.” Raka mencium kening Shanum.            Shanum mengulum senyumnya dan melihat orang-orang yang ada di lobi hotel menatap pada mereka. Sial. Shanum tidak sadar kalau dari tadi mereka berada di lobi hote. Shanum menarik tangan Raka untuk keluar dari dalam hotel. Raka mengerutkan dahinya, tidak mengerti kenapa Shanum tiba-tiba menarik tangannya.            “Kenapa?” tanya Raka, setelah di luar hotel.            Shanum berbalik dan cemberut. “Aku malu. Banyak orang di dalam sana melihat pada kita tadi, mereka tidak mengira kita masih pacaran bukan? Mereka mengira kita sudah menikah bukan?” tanya Shanum, tidak mau dianggap masih pacaran dengan Raka.            Ya. Walaupun memang benar mereka masih pacaran. Tetap saja Shanum tidak mau disangka masih pacaran di lobi hotel. Karena Shanum tidak mau orang-orang berpikiran buruk tentangnya dan Raka.            “Kau tidak perlu memikirkan apa yang mereka pikirkan. Kau hanya perlu memikirkan diriku saja,” ucap Raka yang kembali merayu Shanum.            Shanum tertawa mendengarnya. Dan mengalungkan tangannya ke leher Raka. “Aku selalu memikirkan dirimu. Tidak ada hari yang tidak memikirkanmu. Kau kekasihku yang paling aku cintai dan tentunya paling tampan,” ucap Shanum tersenyum.            Raka mencubit hidung Shanum. “Kau pandai merayu juga ternyata. Sudah kita pulang sekarang. Kalau aku tidak memulangkan Putri yang cantik ini, maka aku bisa khilaf dengan menariknya kembali ke dalam hotel dan melakukan itu lagi,” bisik Raka.            Shanum melotot mendengarnya. “Raka! Kau sudah melakukannya lebih dari tiga kali semalam. Dan kau masih belum puas juga?” tanya Shanum tidak percaya dengan apa yang didengar olehnya.            “Kau mengira aku puas? Tidak sayang. Aku malahan ingin terus melakukannya denganmu, tapi, aku harus tahan. Ayo, kita pulang. Ini dari tadi aku selalu mengatakan ayo pulang. Dan kita masih saja berdiri di sini,” oceh Raka yang tampak lucu oleh Shanum.            Shanum menggenggam tangan Raka. Keduanya berjalan menuju pakiran mobil dan masuk ke dalam mobil. Shanum tersenyum pada Raka yang memasangkan sabuk pengaman untuk Shanum dan sempat-sempatnya Raka mencuri sebuah ciuman di bibir Shanum.            “Raka, aku jadi malu. Kamu selalu bisa buat aku malu dan menjadi wanita yang beruntung di dunia ini, karena memiliki kamu.”            Raka tertawa dan mengacak rambut Shanum sebelum melajukan mobilnya menuju rumah Shanum. “Kamu memang wanita yang paling beruntung. Aku akan bertanggung jawab dan menikahi kamu, kalau kamu hamil nanti,” janji Raka.            Shanum mengangguk dan percaya dengan apa yang dikatakan oleh Raka. Raka tidak akan berbohong sama sekali padanya. Melihat Raka yang mencintainya dan selalu menjaga dirinya selama ini.            “Iya, aku percaya dengan apa yang kamu katakan.” Shanum mencium pipi Raka. Dan menyenandungkan sebuah lagu yang membuat suasana dalam mobil semakin ramai.            ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN