Bosnya Sandra Gay??

1856 Kata
Ini hari Jum'at, besok libur. Tapi Sandra masih tertahan di kubikelnya dengan rambut yang sudah awut-awutan. Demi kelancaran akhir pekan, dia berniat menyelesaikan semua pekerjaan sehingga wacana liburan di istana kasur tidak ada hambatan. Impian Sandra se-sederhana itu. Semoga saja manajernya nanti tidak berulah dengan menelponnya secara dadakan disaat dia tengah ditemani guling tengah menyelami dunia fana yang lebih indah ketimbang di bumi, yaitu mimpi. Sudah pukul 08.48 ketika Sandra sekali lagi mengangkat tangan dan melihat Daniel Welingtonnya, benda itu seakan mengejeknya karena harus lembur lagi untuk ke 4 kalinya dalam seminggu ini. Cuma hari Selasa kemarin dia bisa pulang lebih awal, itu pun jam setengah tujuh malam. "Kasihanilah gue.. semoga enggak ada titisan iblis mendadak nyuruh gue lembur weekend kek gini...," ratap Sandra, dengan bibir manyun dan muka kuyu dia membereskan barang-barangnya yang tercecer di meja kerja. "Halo, di sini dengan miss Indonesia." Ucap Sandra ngawur, membalas sapaan dari seorang yang ada di seberang melalui telepon. "Iya.. aku bentar lagi turun.." Sandra menyisiri rambutnya yang sudah minta untuk perawatan mehong nan kece di salon. Padahal sekarang akhir bulan dan dia baru saja pesan tas baru di Korea pada kenalannya. Tas yang harganya bikin dompet Sandra berikut ATM dan kartu kredit ingin ganti pemilik yang bisa lebih mensejahterakan mereka. "Sudah mau pulang?" Sandra hampir saja menjerit ketika seorang berbicara tepat di belakangnya. "Ih, bapak! Hampir aja jantung saya gelindingan di lantai!" pekik Sandra sewot. Dia terkejut bukan main dengan kehadiran atasannya, Abram Arkana yang ada di belakangnya. Atasan, bos, atau manajernya itu memang ikut lembur juga seperti Sandra. Tapi sebenarnya Sandra memang sering melihat Abram lembur bahkan hampir setiap hari. Abram hanya diam dengan memasang muka datar tidak menanggapi celotehan Sandra yang memang suka ngawur. "Kamu pulang sama siapa?" tanya Abram. "Dijemput pacar saya, pak." "Oh." Setelah mengatakan secuil kalimat itu, Abram berlalu dari hadapan Sandra yang melongo karena tingkah Abram. Memang seharusnya dia sudah kebal dengan tingkah aneh manajernya itu, tapi rasa-rasanya sikap Abram semakin dingin saja akhir-akhir ini. Sandra sampai di lobi dan melihat suasana hotel yang tidak pernah sepi, tetap ada staf yang bergiliran mengatur kerja hotel berorientasi bisnis seperti ini, karena memang ramainya di hari kerja. Beda dengan hotel semacam resort yang ramai di saat weekend atau pun saat liburan tiba. "Malam pak Agung, pak Warso. Semangat ya, pak!" sapa Sandra dengan ramah pada security hotel, sifat riang dan slengeannya itu sudah dikenal seisi staff hotel sehingga semua sudah maklum. yah, walau ada beberapa juga yang tidak suka juga, inilah kenyataan hidup. Pikir Sandra sok bijak. Ketika dia keluar dari gedung hotel, Sandra melihat mobil sudah mulai dihapalnya akhir-akhir ini. Lantas dia menghampiri mobil itu dan menemukan Evan, si pemilik mobil sekaligus pacarnya itu berdiri bersandar pada kap mobil sambil merokok. "Capek?" Evan langsung sadar akan kehadiran Sandra dan mematikan rokoknya dengan menginjak ke tanah. "Buang dulu itu putung rokoknya ke tempat sampah!" titah Sandra dengan galak. Meski pun kesal, Evan akhirnya menuruti apa yang Sandra katakan meski buatnya itu merepotkan. Tapi dari pada baginda Ratunya ngambek, maka Evan memungut lagi putung rokoknya dan membuangnya ke tempat sampah. "Mau langsung pulang?" tanya Evan lagi, dia melirik ke arah pacarnya yang kayaknya sudah capek banget. "Capek... tapi aku laper, yangg...," rengek Sandra dengan manja. Dia sudah tidak kuasa untuk melakukan apa pun, tapi perutnya terasa keroncongan. Dan itu bisa jadi masalah yang amat besar kalau sampai dia membiarkannya. Semalaman dia tidak akan bisa tidur. "Makan KFC aja, ya.. biar bisa cepet pulang?" Sandra mengangguk saja dengan tawaran Evan. Cowok yang dia pacari sudah dua bulan ini. Mereka kenal saat Sandra ikut dengan Abram bertemu untuk memperbaharui ijin tentang minuman Wine, bir, dan alkohol lainnya, dan Evan kebetulan yang ditemui mereka saat itu. /// Sandra terbangun pukul 7 pagi. Dia tidur jam 12 malam kemarin, atau mungkin lebih dari angka itu dia tidak paham. Pokoknya setelah seharian kencan dengan Evan lalu pulang, dia berciuman panjang dengan Evan dan sedikit bergelut panas di atas sofa apartemennya, Sandra mengusir Evan karena sudah capek dan tidak berniat melanjutkan sampai sesi k*****s. Evan cuma bisa mencak-mencak karena malam ini dia harus mandi air dingin gara-gara Sandra. Kalau Sandra bilang nggak mau, dia harus mengikutinya atau ancaman putus akan Sandra layangkan lagi ke depan wajahnya. Sandra memaksa dirinya bangun karena dia tidak suka bangun lebih dari jam 7 pagi. Badannya akan terasa remuk ketimbang lelahnya hilang karena tidur. Sandra kemudian mengganti baju tidurnya dengan pakaian olahraga tanpa mandi. Dia berniat olahraga di car free day hari ini, makanya dia akan mandi setelah keringetan saja. Sandra berangkat dengan trasportasi umum ke sekitaran bundaran HI. Bajunya yang ketat menonjolkan lekuk tubuhnya dengan apik, menarik semua yang berjenis kelamin laki-laki—kecuali yang masih di bawah umur—mereka menatap Sandra dengan penuh minat saat dia mulai jogging. Tapi karena ternyata suasana terlalu ramai, Sandra jadi susah jogging dan terus menabrak orang-orang. Makanya dengan kesal dia pindah ke GBK. Walau ramai juga disini, tapi setidaknya disini lebih ramai oleh orang-orang yang niatnya olahraga bukan cuma niat olahraga tapi realisasinya malah selfi bersama. Selama setengah jam, dia mendapat 2 putaran mengililingi GBK, itu karena dia lebih banyak berjalan ketimbang lari jogging dan selalu saja tidak fokus dengan kegiatannya. Tapi yang membuatnya kemudian ingin lari kabur adalah saat dirinya melihat sosok bosnya, manajernya yang sadis nan titisan iblis sedang joging dari arah lari berlawanan dengannya. Sandra sudah membalikkan tubunya dan berjalan dengan kecepatan yang tinggi mencoba tidak ketara sedang kabur, tapi tetap saja semesta nggak mengabulkan permohonan tulusnya itu. "Sandra!" Sandra semakin melajukan kakinya menjauh pura-pura tidak mendengar suara yang memanggil namanya, tapi ternyata Abram, manajernya itu sudah berlari lebih cepat menyusul Sandra dan mencekal lengannya. "Hey!" Sandra otomatis menghentikan langkahnya. Dia berbalik menghadap Abram setelah menyetel raut mukanya menjadi penuh keterkejutan seolah tidak mengira mereka bisa bertemu. Iya, memang dia tidak mengira bisa ketemu dengan Abram disini, dari sekian luasnya daratan Jakarta, kenapa pula dia harus bertemu Abram di hari Minggu nan cerah juga indah ini? Kesel, ih! "Eh, bapak.. jogging juga disini?" Sandra memasang senyum yang bahkan tidak sampai matanya. Mencoba ramah pada atasan yang bisa kapan saja memotong gaji juga bonusnya hanya karena tidak pasang senyum kalau disapa. "Hm. Masih lanjut olahraga atau mau pulang?" tanya Abram, dia menyeka keringatnya dengan handband yang dipakainya. "Ini mau pulang, pak." Jawab Sandra. Dia sudah berdo'a semoga Abram tidak sedang dalam mode menjadi workaholic dan mengingatkannya akan pekerjaan. "Pulang sama saya aja kalo gitu." Mata Sandra sudah membulat mendengar tawaran dari Abram. "Nggak usah, pak. Saya juga mau mampir ke tempat lain." Tolak Sandra, dia heboh menggoyangkan telapak tangannya menolak tawaran Abram. "Ke mana?" "Itu.. saya.. mau beli.. sarapan?" ungkap Sandra dengan gelagapan, walau akhirnya bisa menemukan alasan yang tepat. "Oke, nggak masalah." Putus Abram. Cowok ini langsung pergi dari hadapan Sandra yang sudah manyun karena tidak bisa menolak ajakan bosnya itu. Nyebelin banget, sih! Sandra itu sangat menghindari interaksi dimana dia harus berduaan dengan Abram. Bukan karena dia suka sama bosnya itu, atau benci dengan Abram. Tapi ada satu hal yang bikin Sandra keki dan canggung kalau dekat-dekat sama bosnya itu. "Tapi, Pak—" Abram tidak menanggapi protesan Sandra di belakangnya, tetap melaju menuju parkiran mobilnya sambil sesekali melihat ke belakang apakah Sandra mengikutinya atau tidak. /// Sandra menatap tidak rela ketika langkah kaki bosnya, Abram Arkana memasuki tempat tinggalnya. Tidak ada sama sekali rencana di akhir minggunya yang memasukkan nama Abram di dalamnya. Tapi kenapa dia sekarang malah terjebak dengan sosok cowok dingin bin sadis macam Abram ini? Kemana pula peruntungan yang dia baca di laman zodiak mingguan kemarin? Kayaknya perlu dikritik tuh peramalnya! Cibir Sandra dalam hati, menahan dongkol karena Abram justru ikut bersamanya ke apartemen, tempat tinggalnya. "Bapak mau pesen makan apa?" Sandra sudah berdiri di dekat Abram yang duduk di sofa sambil melihat ke arah televisi layar datar di tempat tinggal Sandra. "Apa saja, saya ikut kamu." Jawab cowok itu. "Oke, jangan protes nanti ya, pak." "Hm." Hampir saja Sandra mendengus karena mendapatkan tanggapan hanya semacam 'Hm.' setelah berbuat baik memesankan makanan untuk sarapan mereka berdua. Dia memutuskan memesan makanan rumahan dari restoran langganannya lewat go-food. "Saya tinggal bebersih dulu ya, pak. Silakan diminum." Karena tidak sopan membiarkan tamunya menuggu dengan keadaan kelaparan dan kehausan, apalagi tamunya itu adalah atasannya sendiri—walau tidak diundang—jadi Sandra mengeluarkan persediaan camilannya dan membuat segelas es sirup. /// Dengan tubuh berbalut tanktop warna pink dan hotpants yang panjangnya cuma 5 cm dari pangkal paha, Sandra keluar dari kamarnya. Rambutnya masih setengah basah karena kalau nunggu sampai kering, maka Abram mungkin sudah bersiap-siap memberinya SP 1 karena menganggurkan cowok itu. Sandra berjalan melewati belakang sofa tempat Abram duduk, tapi tadi cowok itu sudah melihat penampilan Sandra saat cewek itu baru keluar dari kamarnya. Dia tentu saja terkejut, tapi Sandra justru pede-pede saja dengan penampilannya yang demikian. TING TONG Suara bel membuat dua orang penghuni apartemen itu saling memandang. Sandra sebagai pemilik apartemen akhirnya memutuskan untuk membuka pintu. Masa iya tamunya dia suruh, apalagi itu kan atasannya. Tapi tiba-tiba saja Abram beranjak cepat dan menahan langkah Sandra. "Biar saya saja." Kata Abram lalu berjalan menuju pintu. Dia kembali menuju Sandra dengan membawa sekantung plastik putih di tangannya dan menyerahkannya pada Sandra. "Bayar go-food nya pake uang bapak?" tanya Sandra, dia memang sedang kehabisan gopay jadi dia akan membayar cash saja tadi. "Hm. Biar saya yang traktir." Sandra mengangguk saja. Dia toh tidak rugi karena ditraktir oleh Abram. Sandra pun kini menyiapkan makanan yang sudah dipesannya, berupa bubur ayam langgananya dan beberapa lauk tambahan seperti telur dadar dan ayam goreng, meski di dalam bubur sudah ada dua jenis lauk itu, tapi mungkin Abram ingin tambah. Jadi Sandra memesannya dan sekarang sudah tersaji di depan mereka berdua yang duduk bersebelahan karena di apartemen Sandra tidak ada meja makan, hanya meja bar dengan 4 kursi tinggi yang melengkapinya. Selama makan, Sandra kerap kali melirik pada Abram. Ini pertama kalinya dia berduaan dengan Abram. Selama ini jika terlibat interaksi dengan Abram, selalu ada orang lain diantara mereka. Maksudnya, pokoknya mereka tidak pernah berdua. Entah itu hubungan kerja yang profesional atau pun di luar hotel. Karena satu hal yang membuat Sandra keki untuk berada di sekeliling Abram, setelah dia mengetahui sesuatu yang mungkin sangat dirahasiakan atasannya itu. Otaknya tiba-tiba saja terlempar menuju 1 tahun lalu dimana dia mengikuti Abram bersama Oni untuk dinas di luar kota. Tepatnya waktu itu di Surabaya. Oni kebagian kamar di lantai 8, lalu Sandra dan Abram ada di lantai 7 saat menginap di hotel. Kejadian yang Sandra maksud dengan rahasia Abram adalah saat mereka baru saja mengikuti gala Dinner di ballroom hotel, Sandra tentu bersama Abram menuju kamar hotel masing-masing karena satu lantai. Abram menunggui Sandra hingga cewek itu masuk ke dalam kamarnya, seolah memastikan Sandra masuk ke kamar hotel dengan selamat sentosa. Tapi belum ada lima menit dia masuk ke kamar, Sandra kembali keluar dan dikejutkan dengan pemandangan yang— AJEGILE! BOS PELUKAN SAMA COWOK??! ///
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN