Hantu Terkenal

1662 Kata
Sementara Tama, akhirnya Bianca menuruti kemauan Tama yang ingin mengikuti audisi sampai akhir tanpa kecurangan. Meski kesal tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Malah Bianca semakin tertantang dengan kepribadian Tama yang unik itu. Dimana lagi ada orang yang ketika sudah mendapat kemudahan malah ingin bersusah-susah cuma karena memikirkan perasaan orang lain. Yap, meski terlihat apatis tapi sesungguhnya Tama punya sikap peduli satu sama lain. Tahap demi tahap terlaksana dengan baik. Tinggal tiga peserta yang tersisa dan akan memperjuangkan piala juara pertama. Peserta pertama seorang perempuan dengan bakat akting yang bagus. Dia bisa berperan sebagai antagonis dan protagonis dalam satu waktu secara bersamaan. Tidak terlihat raut kaku dalam setiap akting yang ia lakoni. Pun semua orang menatap kagum padanya. Riuh tepuk tangan penonton saat wanita baru saja menyelesaikan sebuah drama. “Bagus sekali. Saya suka,” ujar juri dengan lipstik merah terangnya. Ada juri lain yang ikut menimpali dengan anggukan kepala. Kali ini mereka akan memberi tantangan selama lima menit sebagai penilaian terakhir. “Sekarang coba kamu perankan Cinderella saat harus mengerjakan pekerjaan rumah ketika disuruh ibu tiri dan kakak-kakaknya.” Wanita itu diam sejenak, kemudian mengangguk. Dongeng Cinderella sudah sangat familier di kalangan masyarakat dunia. Jadi menurutnya itu tidak sulit. Penampilan ke duanya membuat juri sedikit bingung. Ternyata kelemahan wanita itu adalah kurang bisa menghafal teks naskah. Apalagi drama tiba-tiba seperti ini. Meski begitu penampilannya sangat baik. Peserta kedua adalah sepasang penari yang tubuhnya begitu lentur meliuk-liuk di atas panggung. Semua orang terperangah saat sang wanita diangkat dan berdiri di pundak si lelaki dengan ibu jari kaki saja. Sungguh keseimbangan yang luar biasa. Gerakan tubuh keduanya sangat serasi dengan alunan musik yang sedikit rancak. Membuat siapa saja yang mendengar jadi ikut mengentak-entakkan kaki. Hampir semua penonton berdiri sambil memberi tepuk tangan ketika dua orang itu mengakhir penampilan dengan si wanita yang memutar tubuh lebih dari dua puluh kali dengan sebelah kaki terangkat. “Waaah. Kalian yang menari tapi saya yang berdebar,” ujar juri pria dengan kepala plontos mengkilap. “Tantangan untuk kalian adalah, menari dengan irama lagu yang kami tentukan.” Keduanya langsung mengangguk penuh semangat. Musik yang terdengar adalah lagu Celine Dion yang berjudul My Heart Will Go On. Soundtrack film terlaris di jamannya. Sejenak mereka saling berpandangan karena lagu ini slow. Berarti gerakan mereka juga harus sesuai. Tak lama mereka memulai gerakan demi gerakan meski belum pernah berlatih dengan lagu ini. Lagu syahdu tersebut berakhir seiring dengan berakhir pula tarian sepasang pria dan wanita itu. Ketiga juri memberi tepuk tangan sambil berdiri untuk keduanya. Tarian mereka sangat indah, sampai beberapa penonton larut dalam lagu dan tarian tersebut. Bahkan ada beberapa orang yang mengeluarkan air mata. Kali ini giliran Tama yang tampil. Dia sudah bersiap dari tadi menunggu di rumah tunggu yang ada di belakang panggung. “Inilah peserta terakhir kita. Tantama Buana!” Pembawa acara begitu lantang memanggil nama Tama. Pemuda itu lantas bergegas ke panggung dengan gitar akustik yang selalu dia bawa. Suasana hening saat Tama berdiri di depan mikrofon yang sudah terpasang di tiang. Riuh tepuk tangan penonton saat Tama memainkan gitar dengan begitu lihai menggunakan tangan kiri. Perlahan dia menutup mata saat mulai menyanyikan lagu. Pemuda tampan itu membawakan lagu Good Bye milik grup band Air Supply. I just can’t live Alie anymore *** There’s no other way than to say good bye Penonton bersorak saat Tama menyanyikan bagian reff dengan nada tinggi. Dia benar-benar berhasil menghipnotis semua orang yang hadir. Juri terakhir seorang pria dengan kaca mata yang giliran berkomentar. “Saya tidak tahu harus berkata apa. Kamu benar-benar membuat panggung ini menjadi hidup malam ini,” pujinya. “Saya sangat menyukai Iwan Fals. Jadi tantangan untuk kamu adalah menyanyikannya yang berjudul ... Ibu.” Deg! Tama sempat tertegun sebentar. Bagaimana tidak, saat ini hubungannya dengan sang ibu tidak baik-baik saja. Bahkan dia sudah memutuskan untuk pergi dari rumah dan meninggalkan wanita yang telah melahirkannya itu sendirian. Seolah tak peduli apa yang nantinya akan Rike kerjakan di club malam. Meski Tama sangat-sangat tidak ingin Rike kembali lagi kesana. Namun dia tidak boleh mundur. Hanya tinggal menyelesaikan tantangan ini maka dia bisa tahu hasil akhir dari perjuangannya selama ini. “Ribuan kilo, jalan yang kau tempuh Lewati rintangan demi aku anakmu Dia menyanyikan bait demi bait dengan penuh penghayatan. Membuat semua orang hanya terpaku padanya. Dengan apa membalas Ibu ... ibu ... Tama tidak sanggup menyelesaikan lagu itu karena suaranya yang sudah bergetar akibat menahan tangis. Bagaimana pun dia sangat menyayangi sang ibu terlepas dari apa pun. Hal itu bukan membuat penampilannya tak berperforma tapi malah semua berdiri dan memberi tepuk tangan yang cukup panjang. Juri wanita satu-satunya menutup wajah dengan kedua tangan. Ia ikut menangis karena lagu tersebut sangat apik dibawakan oleh Tama. “Terima kasih,” ucap Tama seraya menundukkan tubuh saat penampilannya berakhir. Tiga peserta dihadirkan ke atas panggung. Sedangkan tiga juri yang duduk di kursi kebesaran sedang berdiskusi tentang siapa yang layak jadi pemenang. Mereka tidak boleh egois. Harus memberikan penilaian secara profesional berdasarkan penampilan yang tadi mereka lihat. Terlepas dari siapa pun peserta favorit masing-masing. “Kami sudah memutuskan siapa yang akan jadi pemenang. Kami yakin kalian yang berdiri di panggung saat ini adalah pemenang. Tapi yang namanya audisi tentu harus ada atau pemenang utamanya.” Seluruh penonton yang hadir berdebar. Terlebih lagi tiga peserta yang berjumlah empat orang di atas panggung. Pasti mereka sedang harap-harap cemas kiranya siapa yang akan pulang dengan membawa hadiah besar yang sudah dijanjikan saat pendaftaran.” “Jadi tidak usah berlama-lama lagi ... Pemenang juara satu kita pada malam hari ini adalah ... ...Tantama Buana!!!” Prok! Prok! Sorakan girang dari penonton seolah menyetujui keputusan juri. Tiba-tiba panggung dihujani kertas kerlap keripik yang pasti sudah disiapkan oleh panitia sebelumnya. Tama yang namanya dipanggil sebagai pemenang langsung maju beberapa langkah. Dia tidak menyangka akan menjadi pemenang padahal lawannya juga sangat baik. Dan yang paling dia cemaskan adalah mengapa juara satu. Dia hanya ingin juara tiga dengan uang yang dia anggap sudah lebih dari cukup. Ketiga juri naik ke atas panggung untuk menyerahkan hadiah. Selain itu, sudah ada seorang produser musik yang akan langsung menampungnya jika dia menang. Dan hal itu terwujud karena Tama benar-benar memenangkan audisi tersebut tanpa kecurangan. Bianca yang hadir dan duduk di barisan paling depan tersenyum licik. Entah apa yang ada di pikirannya, yang pasti ketertarikan pada Tama semakin menjadi-jadi. Dia tipe wanita yang harus mendapatkan apa yang dia mau. Tidak peduli bagaimana caranya, orang tersebut suka atau tidak, dia akan tetap mengejar sampai dapat. Tama menerima karangan bunga dan hadiah yang tertulis secara formalitas. Sesi foto antara juri dan peserta juga sudah dilaksanakan sebagai dokumentasi untuk penyelenggara acara. Sedang peserta lain memberikan selamat pada Tama tanpa merasa beban. Penonton meminta Tama untuk menyanyikan satu lagi sebagai lagi kemenangan pada malam hari ini. Dan pemuda itu langsung menyetujuinya sebagai apresiasi untuk semua orang yang sudah mendukungnya sepanjang perhelatan tersebut digelar. Dia jadi larut dalam senyuman-senyuman para penonton. Tama merasa jadi amat berarti karena dia yang seolah menghadirkan senyuman itu. Dari sini dia berfikir, menjadi terlihat ternyata tidak begitu buruk. Setidaknya dia bisa membawa angin kebahagiaan. Menghibur yang sedih juga menghadirkan nostalgia yang begitu terasa berarti untuk jiwa manusia. Setiap manusia membutuhkan banyak rasa agar jiwanya hidup. Bila hanya satu rasa dirasakan dalam tempo lama. Maka hatinya akan redup. *** Beberapa bulan kemudian. Tak terasa waktu seolah cepat berlalu. Dan Tama benar-benar menjadi super star yang tengah digandrungi di dunia entertaint. Produser musik yang menaunginya kini menjadi rumah produksi musik paling menjanjikan di tanah air. Tiap hari Tama disibukkan dengan segala rutinitas yang disiapkan kru-krunya tanpa pernah Tama tahu mengapa semua bisa seperti ini. Dia cuma gak mau mengecewakan orang lain. Tetapi malah dirinya yang tergerus dengan hal yang tidak begitu dia sukai. Yah, menjadi terkenal. Tama tak suka dirinya banyak dikenal. Semua tindak tanduknya nampak di lensa para pencari berita. Setiap kali jepretan kamera mengenainya dia merasa sesak dan ingin pergi. Sayangnya ia sudah terjerat dan sulit untuk terlepas. Alih-alih berlari, Tama malah tersenyum dalam kepalsuan. Meski di hatinya juga merasa rindu pada Rike. Perlahan Tama mulai merambah ke ranah seni peran. Dia mendapat tawaran bermain dalam sebuah drama series. Bahkan dalam waktu beberapa bulan saja dia sudah menyelesaikan empat judul series. Dan saat ini dia baru saja menyelesaikan episode terakhir dari series ke empat. Wajahnya yang mendukung, suara berat dan seksi, postur sempurna membuat dia sangat cocok memerankan peran apapun. Pun Tama diam-diam pintar berakting. Mungkin bakat itu dia dapati dari ibunya yang selalu berakting tiap kali bertemu tamu. Sejak terkenal, Tama semakin jarang bertemu ibunya. Dia seperti tidak memberi kesempatan pada wanita itu untuk memperbaiki hubungan mereka. Dia juga seperti terkena sindrom super star yang selalu merasa paling tampan dan paling dikejar-kejar wanita—meski pada kenyataannya memang begitu. Tama mulai terlibat dalam dunia malam. Terkadang setelah lelah syuting Tama mengikuti pemain lainnya untuk ke cafe yang menyediakan minuman keras. Hal yang sebelumnya sangat jauh darinya kini seolah begitu dekat. Sedekat nadi. Untuk membagi jadwal yang sangat padat, dia memperkerjakan temannya yang dulu menyuruh ikut audisi sebagai manajer. Jadi dia bisa fokus pada karyanya tanpa harus disibukkan dengan bagaimana membagi waktu. Tama gak mau memakai manajer orang yang tidak dia kenal. Lagian Irwan banyak berjasa padanya. Tama juga tidak segan-segan memberi bayaran yang mahal pada setiap orang yang bekerja padanya. Hari ini Tama ada jadwal wawancara dengan salah satu televisi swasta. “Bagaimana perjalanan Anda selama masuk ke dunia entertaiment?” pertanyaan pertama ini sudah sering ditanyakan oleh banyak wartawan. Tama yang introvert hanya tersenyum tipis. “Tidak ada pencapaian tanpa perjuangan. Tidak ada keberhasilan tanpa jalan yang terjal. Jadi saya tidak mudah untuk sampai di posisi saat ini,” jawabnya dengan nada datar. Mimiknya sama sekali tidak berubah tapi menambah kesan cool dalam dirinya. Ketampanannya memang bisa membius penonton apalagi yang bergender perempuan. Sesi tanya jawab masih terus berlangsung. Tanpa sadar ada seorang wanita yang terus menatap Tama dari jauh. Wanita tersebut begitu berambisi untuk mendapatkan Tama, tetapi segala usahanya belum membuahkan hasil. Karena Tama menolak dekat dengan siapa pun.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN