Bab 21 - Aku Juga Rindu Kamu, Senja

1032 Kata

Esok harinya, Una bangun tidur dalam keadaan menyesal. Menyesal karena sudah seterbuka itu pada si bos menyebalkan. Di balik kata-kata manisnya kemarin pasti lelaki itu menertawakan Aruna di belakang dan menganggap itu adalah karma. Huh, kenapa dia susah sekali berpikir positif pada Jeka? Saat melihat jam dinding menunjukkan pukul sembilan pagi, mata bulatnya melebar. Dia refleks berlari membuka pintu kamar dan mencari si pemilik rumah. Masih dengan rambut acak-acakan dan muka yang belum dibersihkan, dia menghampiri Jeka yang berjalan dari luar rumah dan membawa kantung plastik warna hitam. Lelaki itu mengenakan kaos hitam dan juga celana panjang. “Mister, saya telat!” ucapnya dengan formal. Dia malas kalau harus melakukan squat jump hanya karena masalah sepele. “Maaf, Mister.” “Hm.” Je

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN