"Pus, bangun." Aku menggeliat pelan, membuka mata sedikit, lalu memeluk tangan Mas Rasya erat. Mas Rasya menggelengkan kepala. Tangannya dengan gemas menarik pipiku. "Mas Rasya apaan, siih. Sakit tau Mas Rasyaa." Aku menatapnya sambil cemberut. Rasanya masih begitu mengantuk. Aku mengusap-usap mata. "Sudah jam 4. Kita harus segera jemput Adnan dan Qila. Ibu mau pergi." "Iya tapi jangan cubit-cubiit." Aku beranjak bangun. Menguap lebar sambil merentangkan tangan lantas menuju lemari dan meraih pakaian dengan mata sangat mengantuk. Mas Rasya menggelengkan kepala. "Cepat, Pus." Tangannya menunjuk dinding. "Itu lihat sudah jam setengah 4. Kutunggu di mobil." Aku ke kamar mandi untuk mencuci wajah lalu menyusul Mas Rasya yang sudah berkali-kali mengklakson tak sabar. Beda sekali dengan M

