Seorang pria bersurai cokelat tampak tengah meneguk sekaleng cola ditangannya. Kedua matanya tampak semakin menyipit begitu cola itu mengalir ke tenggorokannya. Kemudian ia menatap orang-orang di depannya yang tengah sibuk bermain basket.
"Hei, hanya sendirian, huh?” tanya seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya dari belakang. Orang itu kemudian duduk di sebelahnya.
"Ke mana gadis-gadis yang selalu mengikutimu? Dan ... mana gadis cantik yang selalu bersamamu itu? Seorang Sean Erlangga tidak mungkin ditinggalkan selingkuh oleh seorang wanita," ucapnya diikuti tawa.
Rekannya yang bernama Sean itu tertawa pelan.
Ia menatap kaleng di tangannya tidak fokus. "Maksudmu Erika? Ah, aku sudah muak dengannya."
Rekannya yang duduk di sebelahnya tampak tercengang.
"Kau serius? Kau baru saja memacarinya kemarin dan sekarang kau sudah memutuskannya? Astaga, Sean . Yang benar saja!" ucapnya tak percaya.
Sean berdecak. "Untuk apa aku berbohong? Ayolah, dia sangat membosankan. Dia tidak berbeda jauh dengan para jalang yang pernah kutemui."
"Ck! Sampai kapan kau mau seperti ini? Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang? Mencari yang baru?” tanya rekannya.
Sean kemudian tersenyum miring. "Tentu saja. Aku membutuhkan 'mainan' baru sekarang. Hei, Jimmy. apa kau memiliki 'saran' yang bagus untukku?” tanyanya.
Sementara rekannya yang bernama asli Jimmy Arizal itu tampak mendengkus. "Sudah banyak wanita yang menjadi mantan pacarmu di sini. Apa kau berniat memacari semua wanita yang ada di sekolah?"
Sean menaikkan sebelah alisnya. "Menurutmu?" Pria itu kemudian beranjak dari posisinya dan berjalan menjauhi Jimmy .
"Mau ke mana kau?! Hei!"
teriak Jimmy dan langsung pergi menyusul langkah Sean .
"Aku bosan. Di mana Satria dan Elang?” tanya Sean .
"Kurasa tadi mereka pergi ke perpustakaan."
Mendengar ucapan Jimmy , Sean tertawa. "Apa? Perpustakaan? Apa sekarang mereka berdua berniat menjadi kutu buku?"
"Bukan begitu. Sepertinya mereka tengah menggoda salah satu siswi tingkat satu," ucap Jimmy .
"Lagi? Astaga, apa mereka tidak sadar kalau mereka terlihat seperti para p*****l yang mengincar para bocah?" Sean tertawa.
Jimmy menatapnya sengit. "Hei, pacarku juga tingkat 1. Apa kau juga sedang mengataiku p*****l?"
Sean kemudian menoleh padanya. "Ah, ya. Aku lupa. Haha. Berarti kau sama saja dengan metertaw
"Apa?! Lalu kau sendiri bagaimana? Kau lebih menyukai para wanita tua kaya raya dan merampas semua hartanya?" cibir Jimmy .
"Aku sudah kaya. Kenapa harus mencari seorang wanita tua? Lagi pula aku tidak tertarik dengan harta mereka."
Mendengar itu, Jimmy mencebikkan bibir. "Ucapanmu berbeda dengan kelakuanmu. Bukankah kau juga sering memacari senior yang ada di sini? Ah, dan kau juga memacari para junior, 'kan? Dasar."
"Aku hanya menyukai mereka. Jadi apa salahnya?" Sean berujar dengan begitu santai sembari memainkan kaleng minuman yang berada di tangannya.
"Ah, ya. Terserahlah." Jimmy memutar kedua matanya. Ia sudah terlalu malas menanggapi ucapan rekannya itu.
Tiba-tiba langkah Jimmy terhenti saat ia menyadari kalau Sean tertinggal.
Pria itu kemudian menoleh ke belakang. Ia mendapati Sean tengah berdiam diri seperti tengah memperhatikan seseorang di depan. Jimmy mengikuti arah pandangannya dan menemukan seorang siswi yang tengah berjalan sekitar 10 meter membelakanginya. Sebuah earphone putih terlihat terpasang di kedua sisi telinganya.
Jimmy mengerutkan dahi. "Sean , kau tidak akan menjadikan gadis itu targetmu, 'kan?" Jimmy memperhatikan garis di depan sana. Pria itu kembali menoleh pada Sean dan sekarang ia mendapati rekannya itu tengah mengayun-nganyunkan kaleng yang berada di tangannya itu di udara.
"Apa yang kau lakukan?” tanya Jimmy sedikit khawatir. Perasaannya mendadak tidak enak.
Sean menggigit lidahnya. "Kau lihat saja."
"Hei, kau jangan macam—" Ucapan Jimmy terpotong saat arah mata Sean benar-benar mengarah pada gadis itu.
"Hei, apa kau gila?! Kau bisa melukai kepalanya!!" ucapnya panik.
"Justru itu tujuanku." Sean semakin menunjukkan seringaiannya.
Jimmy melotot. "H-hei jang—"
Terlambat.
Kaleng itu sudah melayang ke udara. Hingga...
Pletaakkk
"Yes!" Pekik Sean girang sembari mengepalkan tangannya.
"A-awwhh..... “ Sementara gadis di depan terlihat memegang bagian belakang kepalanya yang terasa berdenyut. Ia melepas earphone miliknya dan segera berbalik.
Sean membelalakkan kedua mata sipitnya. Mulutnya membentuk huruf o kecil.
"Cantik," gumamnya.
Sementara kedua mata gadis itu membulat. Dengan tergesa-gesa ia langsung membalikkan kembali tubuhnya dan segera berjalan menjauh, bahkan terkesan berlari.
Senyuman Sean menghilang dan kini dahinya berkerut. "Kenapa dia malah pergi?"
"Tentu saja. Dia takut padamu, bodoh!" ucap Jimmy .
"Takut? Hei, aku bahkan tidak terlihat menakutkan. Kenapa di harus takut padaku? Dia pikir aku hantu?" gerutu Sean .
~Han Rachel POV~
Selesai makan di kantin, aku memutuskan untuk kembali ke kelas. Ah, hari ini sedang tidak ada banyak tugas. Jadi kurasa aku bisa sedikit bersantai.
Aku memasang earphone-ku dan mulai mendengarkan lagu favoritku sembari berjalan menyusuri koridor.
Pletaakkk
"A-awwhh.... “
Tiba-tiba sebuah benda keras menghantam bagian belakang kepalaku.
Astaga, ini sakit sekali.
Aku memegang kepalaku yang kini berdenyut. Aku melihat sebuah kaleng bekas minuman yang tergeletak tidak jauh dariku.
Apa-apaan ini?! Siapa yang telah melemparkan kaleng itu sembarangan?!
Aku membalikkan badan hendak memarahi orang itu. Namun yang terjadi justru sebaliknya, bibirku bungkam.
Ya Tuhan, dia ...
Sean Erlangga?!!
Si playboy yang hobi mengoleksi para gadis yang ada di sekolah. Astaga, aku harus pergi! Aku tidak boleh terlibat dengannya!
Tanpa pikir panjang lagi aku segera berlari menjauhi pria yang tengah bersama dengan rekan sesama playboy-nya, Jimmy Arizal.
Aku tidak peduli mereka menganggapku aneh atau apa. Tapi aku benar-benar tidak mau terlibat dengan mereka, terutama dengan Sean Erlangga. Dan semoga saja setelah ini kejadian buruk tidak menimpaku.
Aku harus cepat-cepat pergi ke kelas.
Dengan ragu aku menolehkan kepalaku ke belakang.
Huft ....
Untung saja dia tidak mengikutiku. Aku langsung mendudukkan diriku di bangku begitu sampai di kelas.
Astaga, tadi itu hampir saja..
~Author POV~
Sean menatap punggung Rachel yang semakin menjauh.
"Apa kau sudah gila?!" Jimmy memukul bahu Sean cukup keras. Namun si pelaku pelempar kaleng itu hanya tersenyum tipis, seolah tidak habis melakukan apa-apa.
"Hei, apa kau tidak lihat yang barusan itu,” ucap Sean .
"Ya, aku lihat. Kenapa?" jawab Jimmy malas.
"Kau lihat, 'kan? Dia cantik. Aku sudah bisa menduganya bahkan hanya dengan melihatnya dari belakang." Kedua mata Sean mendadak terlihat berbinar, membuat Jimmy menatapnya geli.
Jimmy memutar bola matanya. "Ya, ya, ya. Aku tahu it— tunggu! Apa kau benar-benar berniat menjadikan gadis itu sebagai targetmu?!" ucap Jimmy tidak percaya. Pasalnya, lelaki yang berdiri di sebelahnya itu baru saja memutuskan pacarnya kemarin.
Dan sekarang ia mengincar yang baru lagi?
Oh, yang benar saja.
"Hei ... kau mengincar gadis yang salah. Kau tidak akan bisa dengan mudah mendapatkannya," ucap Jimmy .
"Benarkah? Aku tidak yakin. Selama ini belum pernah ada satu wanita pun yang menolakku."
"Dia berbeda. Dia salah satu murid pintar di sini. Satria juga pernah menggodanya sekali dan salah satu kakinya langsung memar. Kau yakin? Kurasa gadis itu sangat jauh dari tipemu. Dia seorang kutu buku."
"Mendengar ucapanmu aku jadi semakin menginginkan gadis itu. Ah, apa kau tahu siapa namanya?"
Jimmy tampak berpikir. "Ah, entahlah. Aku tidak tahu. Dulu aku juga sempat tertarik padanya. Tapi begitu melihat kaki Satria , aku mengurungkan niatku."
"Aku bahkan tidak takut meskipun dia akan mematahkan kakiku. Hei, apa kau bisa membantuku?” tanya Sean .
"Membantu apa?"
"Apa kau tahu dia di kelas mana?"
"Aku tidak yakin. Tapi seingatku, dia ada di kelas 2 - 1."