Adam's SECRET 2

807 Kata
Dan Bella hanya meliriknya sekilas lalu menatap ayahnya dengan penuh pertanyaan. "Bella, kenalkan pria yang di depan ayah ini, namanya nak Adam, mulai besok dia yang akan membimbing kamu belajar tentang perusahaan Ayah..," Ayahnya berkata dengan penuh semangat dan langsung di potong oleh Bella. "Ti-dak ma-u A-yah," Ia langsung mundur dan membalikkan dirinya agar bisa langsung pergi dari ruangan itu. "Itu terserah Bella, tetapi tindakan Ayah tetap sama. Tidak ada kartu kredit, tidak ada kendaraan untuk kamu," Bella pun langsung menghentikan langkah nya beberapa detik namun dengan kesal ia membuka dan membanting pintu ruangan Ayahnya dengan keras. "Astaga!" Ucap Adi kaget karena tingkah anaknya sendiri. Lain dengan Adam yang berada di depannya, pria itu malah terkekeh dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Semoga kamu bisa tahan sama dia ya nanti,Dam." Adam hanya menganggukan kepalanya sebagai tanda iya kepada atasannya ini. .... Begitu Bella keluar dari ruangan Ayahnya, ia langsung menghentak-hentakan kakinya, dan menahan kesal dengan mengeluarkan hanya sedikit geraman dari mulutnya. Seketika ia sadar bahwa ada beberapa karyawan Ayahnya yang melihat ke arahnya, "Apa lihat-lihat? Mau ku pecat kau?!" Sentak Bella kepada para karyawan ayahnya dan kemudian orang-orang itu langsung menunduk tak berani melihat Bella. Sungguh Bella sangat cantik bagi para karyawan lelaki yang ada, apa lagi pipi Bella yang tidak begitu tirus dan tubuhnya yang ideal namun tergolong pendek. Ia terlihat menggemaskan walaupun wajahnya dibuat dewasa oleh riasan yang ia buat. Tapi tingkah laku Bella sangat tidak mencerminkan itu semua. Bagi para karyawan lama, mereka sudah tahu bagaimana sifat Bella, namun bagi para karyawan baru, tentu mereka bergidik ngeri melihat Bella. Namanya sih boleh saja Bella seperti orangnya tapi sifatnya? Ibaratkan kongkang yang lucu, imut dan menggemaskan namun dapat mengeluarkan racun. Itulah Bella. Setelah sampai di rumah pun ia masih kesal dan teriak-teriak memanggil pembantunya untuk membuatkannya Green Thai-Tea. Saat Bella menaiki tangga menuju ke kamarnya, Bella dapat melihat Maminya yang baru akan menuruni tangga. "Mami?" Bella menatap Maminya dengan bingung rasa-rasanya Maminya ini lebih sibuk dari pada Ayahnya padahal kerjaannya hanya kumpul-kumpul dengan teman. "Loh, Bella udah pulang? Kok Mami baru tahu ya," Dasar Mami Biadab "Dari kemarin Bella udah pulang, Mami mau kemana lagi? Bukannya baru pulang?" "Oh, ini Mami mau ke Pademangan Bel, mau berburu Bakso diajakin teman-teman Mami, enak deh ada cabe di dalam baksonya, kamu mau ikut tidak?" Bella heran dengan Maminya, sepertinya acara Maminya dan teman-temannya ini tidak akan ada ujungnya. "Mager ah Mi, bungkusin aja deh ya, Bakso bening loh ya Mi jangan pake kecap, entar jadi nya manis,"  Pesan Bella. "Engga ah, nanti mobil Mami wangi-wangi jadi bau bakso dalam nya, Big No! Kalau mau ikut kalau tidak yasudah," Mami nya pun mulai berlenggang melewati Bella ditangga. "Kalau gitu Mami tidak usah pergi aja, temenin Bella ih di rumah! Bella kan mau cerita-cerita sama mamih!" Kesal Bella. "Bye~" Maminya yang sudah di lantai bawah dekat pintu pun melambai-lambaikan tangannya dari tangan. Bella kesal sekali. Mami macam apa yang ia punya? Ia pun masuk ke dalam kamarnya yang tidak lama kemudian ada Bibi baru yang Bella tidak kenal mengetuk permisi untuk membawakan Green Thai-tea yang ia minta. Bella terbiasa tidak mengucapkan terimakasih kepada seseorang, dan ya.. Orang-orang disekitarnya juga terbiasa tanpa ucapan itu dari Bella. Bella pun menyalakan musik aliran pop yang ia sukai dari Speaker berwarna merah muda yang cukup besar di kamarnya. Jangan tanyakan bagaimana wujud kamar Bella. Semua yang ada di dalam sana berwarna merah muda. Bahkan seprai,selimut, sarung bantal dan guling terpasang warna merah muda semua. Padahal tanpa itu, perabotan dan kasur serta barang lain lain hingga dinding kamarnya pun berwarna merah muda. Bahkan jendela hingga gordennya pun juga. Jangan lupakan karpet yang melapisi lantai kamar Bella. Karena itu juga berwarna merah muda dan sangat halus tentunya. Bibi dirumah Bella juga harus tahu, bahwa apapun yang berurusan dengan Bella harus di sertai merah muda. contohnya seperti sekarang, Bella meminum teh yang cangkirnya berwarna merah muda, untuk makan pun sama. Tapi jika untuk urusan pakaian, dan style lainnya, Bella sudah tidak seperti 7 tahun yang lalu saat ia masih duduk di bangku SD, semua juga harus berwarna merah muda. Karena sekarang warna lain pun sudah cukup indah untuk melapisi lekuk tubuh Bella yang indah. Bella mulai membaringkan tubuh di kasurnya. Ia berpikir apa yang harus ia lakukan dan tindakan mana yang ia ambil. Ia pun mengeluarkan dompet di dalam tas Hermesnya. Ia buka dompet itu dan melongo ke dalam dompetnya tepat di bawah wajahnya. Satu, dua, tiga, empat, lima.... Ia hanya memiliki lima lembar uang seratus. Lalu ia beralih melihat kedalam celengan yang ia ingat terakhir ia isi saat kelas 2 SMP. Ia mulai mengguncang isi celengen itu. Sepertinya ada isi. Lalu ia pecahkan celengan itu hingga ada beberapa bibi yang datang untuk memastikan keadaannya. Namun Bella sedang asik menghitung koinan yang berceceran di karpetnya dengan wajah bahagia. "Lebih baik bibi-bibi bantuin Bella hitungin ini deh dari pada cuma lihatin aja," Lalu para bibi pun mulai membantu Bella. Namun begitu menghitung jumlah koin dan uang celengan yang ia pecahkan Bella mulai merengut. Hanya ada empat puluh tujuh ribu seratus lima puluh perak. Bahkan untuk pergi ke suatu tempat dengan taksi online saja, uang celengannya ini kurang. Lalu Bella harus apa? Desahnya frustasi.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN