Perkenalan

1009 Kata
Kicauan burung yang bertengger diatas ranting pohon, serta silau matahari yang masuk kedalam kamar bernuansa hitam itu, membuat sang pemilik kamar terusik bersamaan dengan teriakan seorang wanita paruh baya yang bernama Agata-ibunya. " El!! Wake up nak! " Ucap Agata dengan langkah lebar, mendekat keranjang anaknya, setelah membuka jendela kamar. Elzata-si empu, menutup telinga nya malas dengan selimut tebal bermotif doraemon. Agata menggeleng kepala, ia duduk menyamping diatas kasur, sambil berusaha menarik selimut Elzata berharap anak gadis nya bangun, kemudian mandi, tapi nihil, Elzata makin mengeratkan pelukan nya pada selimut, " El! Yaampun nak, sekarang udah jam setengah tujuh pagi! " Agata dibuat kesal oleh Elzata, ia menggoyang kan badan anaknya, " Bangun! Bangun! " racaunya. " Apasih Bun! " tanya Elzata malas dengan mata setengah terbuka. " Bangunin kamu, sama seperti bangunin kerbau! " celutuk Agata. Elzata hanya menjawab dengan deheman, membuat Agata menghela nafas pasrah, kalau seperti ini, ia harus pura-pura pergi dan seolah-olah merajuk, agar gadis bersurai panjang itu bangun kemudian bersiap-siap kesekolah. Agata, berdiri lalu berjalan meninggalkan kamar, " Serterah! Bunda nggak akan bangunin kamu lagi, mau kamu terlambat, itu urusan kamu. " ujar Agata,kemudian ia menghilang dari balik pintu. Sepeninggalan Agata, Elzata langsung mengerjap matanya, menyesuaikan silau cahaya yang terang. Ia menyibakkan selimut dan bantalnya, kemudian beranjak dari tempat tidur, tidak lupa merapikan nya terlebih dahulu. Setelah itu, Elzata berjalan kedalam kamar mandi. Hanya memakan waktu sepuluh menit saja, Elzata keluar dengan handuk yang melekat di badan ramping nya. Ia mengambil baju putih dengan rok biru untuk dipakai. Lalu, mengambil tali yang mengikat bagian kardus yang sudah terpotong dengan namanya yang sudah tertera disana. Sebenarnya, Elzata sangat malas berpenampilan seperti ini, tapi apa daya, ia harus mengikuti perintah para osis, yang menyuruh semua anak baru untuk memajang kan tag name, dengan bahan kardus dan tali rapia, tidak lupa juga, kaos kaki panjang setengah lutut dengan warna yang berbeda. Elzata menghela nafas, sambil menuruni tangga. Hari ini merupakan hari pertama ia masuk sekolah, setelah bergabung di grup watshap yang anggota nya hanya osis dan anak baru, yang menyuruhnya memakai tag name dengan bahan kardus seperti ini. Elzata sedikit deg-deg'an, bertemu dengan sekolah baru, guru baru, dan teman baru, walaupun sahabat nya ikut bersekolah ditempat yang sama. Bagi Elzata, sangat sulit menyesuaikan lingkungan sekolah yang baru karena ia pendiam dan sulit menerima orang yang baru dikenalinya,semoga saja SMA Candra Gunawan adalah sekolah yang tepat dipilih nya. " Pagi Bun" sapa Elzata ramah ketika sudah sampai dimeja makan. Ia mengambil kursi yang masih kosong, lalu menduduki nya. Agata acuh, lalu melanjutkan kegiatan nya yang sedang membuatkan s**u putih. " sombong amat bun " celutuk Elzata karena Agata tidak menjawab sapaan nya. Agata menaruh s**u yang sudah dibuat nya diatas meja, lalu duduk dikursi hadapan Elzata, " Anak gadis susah banget di bangunin. " Elzata mengunyah roti yang sudah dilapisi selai, " Sekali-kali dibangunin Bunda. " jawab Elzata enteng, tidak peduli dengan raut muka Agata yang sudah berubah, ia menatap anak gadis semata wayang nya dengan pandangan sedih. Elzata, seolah-olah terlihat baik-baik saja dan masih bersikap normal layaknya anak dan ibu, tapi Agata tau itu, Elzata pasti kecewa dengan nya yang jarang sekali pulang kerumah. Tapi harus bagaimana, ini demi kebaikan gadis itu sendiri, entah kebaikan apa yang disebut Agata, dengan menelantar anaknya sendiri. " El, maaf ya. " ujar Agata tulus, " habis kamu kesekolah, bunda akan pergi ke Singapore. " lanjut nya. Elzata meminum s**u putih itu dengan sekali teguk, lalu menyandang tas nya, sambil menatap Agata, " Bunda bahkan nggak nanya,kenapa penampilan ku seperti ini, bagaimana sekolah ku, aku berangkat dengan siapa..bunda nggak nanya itu, bunda malah memilih mengatakan -pekerjaan, pekerjaan, dan pekerjaan. " " El, bukan-" belum sempat menyelesaikan perkataan nya, Elzata sudah pergi dari hadapan nya. Agata menatap punggung Elzata dengan nanar, " Kenapa penampilan kamu seperti itu El? sekolah SMA Candra Gunawan baguskan? Mau Bunda anter?" tanya Agata lirih pada bangku yang sudah beberapa menit ini ditinggalkan. **** Dilain sisi, gelak tawa pecah menyambut pagi dari keluarga Lincoln. Beginilah pagi mereka, sarapan bersama sebelum sibuk dengan urusan nya masing-masing. Abraham Lincoln seorang pengusaha terpandang membuat nya lebih sedikit menghabiskan waktu bersama keluarga. Berbeda dengan istrinya-Yolanda yang lebih memilih menjadi ibu rumah tangga demi mengurus keluarga kecil mereka, terlebih Alter-anak semata wayangnya dengan Abraham. " Pa, hari ini Al minjam scup ya? " tanya Alter membuat wajah Abraham yang semula tertawa menjadi masam. Scup itu, motor tua kesayangan nya, banyak sekali kenangan saat Abraham memakai motor itu. Oleh sebab itu, Abraham sangat menjaga scup, ia bahkan tidak memperbolehkan siapapun memegang scup, terkecuali Alter orang satu-satunya yang meruntuh kan pertahanan Abraham untuk tidak memakai motor itu. " Kenapa harus scup. Kan banyak mobil-mobil yang lain, pokoknya jangan scup deh. " ujar Abraham dengan nada memohon, jarang-jarang loh Abraham seperti ini. Pria paruh baya itu terkenal tegas, tidak terbantah kan dikalangan teman-teman nya. Hanya kepada keluarga nya lah, Abraham bersikap lembut dan perhatian. " Pinjamin aja kenapa sih Pa? Lagian motor itu untuk dipake, bukan jadi pajangan garasi aja. " celutuk Yolanda sambil mengunyah makanan nya. " Jangan dong. Al kan bisa pake kendaraan lain aja. " bukan apa-apa, scup itu motor tua, bisa saja sewaktu-waktu baut nya lepas, atau ban nya bocor, mesin nya rusak, membuat Abraham meringis memikirkan itu. " pakai mobil papa aja deh gimana? " tawar Abraham membuat Alter menggeleng. Alter meneguk segelas s**u dihadapan nya, lalu meletakkan gelas kosong itu kembali. " Masalah nya, murid-murid baru rame Pa. Pasti parkiran penuh sama kendaraan mereka. " Alter mendapat informasi dari grup watshapp nya kemarin, bahwa jumlah murid baru itu sekitar seribu orang. Sedangkan parkiran SMA Candra Gunawan lumayan sempit, bakhan tak jarang siswa-siswi disana memilih memarkirkan kendaraan mereka ditempat Abah Opet, pemilik warung lesehan yang letaknya didepan gedung sekolah.  " Pakai kendaraan lain aja gimana sih Al? " tanya Abraham sedikit melirih, Alter tidak peduli, ia mengedikkan bahunya kemudian menyampirkan tas nya dibahu, lalu beranjak dan menyalami kedua orangtua nya. Saat hendak menyalami Abraham, tangan Alter ditahan seakan Abraham mengatakan ' Pakai mobil aja deh.'  Alter tergelak, " Alter pergi dulu. Udah telat. " ucap nya tidak lupa menjulurkan lidahnya kearah Abraham. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN